Tugumalang.id – Tantangan mengajar matematika adalah tidak semua siswa menyukainya. Boleh dibilang pelajaran eksak menjadi pejaran yang banyak ditakuti dan dibenci. Tapi kadang guru tidak terlalu paham mengapa mereka membenci pelajaran yang satu ini. Berikut kami berikan alasannya.
Bukan rahasia lagi bila banyak siswa yang tidak suka mata matematika. Mata pelajaran yang satu ini seringkali menjengkelkan bagi siswa yang tidak menyukainya. Karena itu, mereka kadang menyatakn benci terhadap pelajaran hitung-hitungan tersebut.
Ketika duduk di bangku SMA, siswa yang tidak senang matematika akan masuk ke jurusan IPS atau Bahasa. Jam pelajaran menghitung di kedua jurusan tersebut lebih sedikit dan cenderung lebih mudah.
Jika Anda memiliki siswa atau murid yang tidak menyukai matematika, jangan khawatir. Berikut ada beberapa penjelasan bagaimana cara menanganinya.
Melansir dari oxfordlearning.com, ada 4 alasan mengapa murid membenci mata pelajaran matematika. Yuk kita simak apa saja itu.
1. Sulit Mendapatkan Nilai yang Bagus
Ketika duduk di bangku sekolah dulu, Anda mungkin banyak mendapati teman-teman sekelas yang nilai matematikanya jelek. Hemm.. bisa jadi nilai Anda sendiri juga jelak kan.
Apa yang Anda rasakan ketika terus menerus merasa gagal dalam sebuah mata pelajaran? Pasti merasa malas dan rasanya tidak ingin lagi mempelajari hal tersebut. Begitu juga anak didik Anda. Mereka merasa frustasi ketika selalu merasa gagal dalam matematika. Frustasi bisa memunculkan rasa benci, dan malas untuk mempelajarinya.
Sebagai pendidik, Anda harus terus bisa meyakinkan mereka agar terus bisa berproses. Karena tujuan belajar sejatinya bukan hanya tentang nilai siapa yang lebih baik, tapi seberapa kuat mereka bisa terus melanjutkan rasa ingin tahunya dan terus belajar.
2. Matematika Itu Tidak Keren
Ini sepertinya agak membingungkan sebagian dari kita. Tapi ternyata ada siswa yang memiliki pemikiran seperti itu. Mereka menganggap bahwa matematika hanya sebatas pelajaran monoton, hanya tentang hitung menghitung angka. Padahal tidak sesederhana itu.
Cara pandang demikian muncul karena cara mengajar guru yang masih konvensional dan terpaku pada buku teks yang sudah disediakan sekolah. Padahal anak didik adalah orang-orang yang visioner, mereka akan hidup di masa depan. Mereka akan mengaitkan apa saja yang mereka pelajari sekarang harus berkolerasi untuk menunjang kehidupannya di masa depan. Jika tidak, mereka tidak akan tertarik untuk mempelajari hal tersebut.
Ada baiknya para guru mulai mengganti cara mengajar. Banyak sekali gara-gara mengajar yang lebih inovatif yang bisa dicontoh dan dipelajari melalui internet. Bisa melalui YouTube dan aplikasi lainnya. Pastikan juga guru bisa memberi pemahaman bahwa setiap bab yang dipelajari di sekolah akan bisa diaplikasikan ke kehidupan.
3. Terlalu Banyak Hafalan
Masih terkait dengan poin nomor 3, peran guru sangat penting untuk bisa mengubah dan mmenggiring persepsi anak didik terhadap citra matematika.
Guru harus mulai lebih kreatif sedikit demi sedikit untuk merombak proses belajar mengajar. Karena kebanyakan konsep mengajar guru matematika saat ini masih menitikberatkan pada hafalan. Coba Anda ingat-ingat lagi bagaimana guru Anda mengajari waktu masih sekolah? Menghafal perkalian, menghafal pembagian, menghafal rumus al-jabar, dsb.
Bukankah hal tersebut sangat membosankan. Tentu cara mengajar seperti itu sudah harus ditinggalkan jika ingin anak didik Anda mecintai matematika. Bisa mencoba teknik mengajar yang berfokus pada pemecahan masalah. Ajak anak didik untuk sama-sama berpikir dan berdiskusi untuk menjawab suatu soal atau permasalahan.
4. Riskan Membuat Banyak Kesalahan
Dalam matematika selain belajar angka juga melatih kesabaran dan ketelitian. Proses menjawab soal yang memerlukan cara tentu harus dikerjakan dengan sabar. Kita tidak akan bisa menyelesaikan satu soal pun jika tidak mengerjakan dengan kesabaran. Selain itu juga ketelitian. Satu saja angka yang kita tulis salah, maka akan berdampak pada hitungan selanjutnya, alhasil jawaban yang dituliskan pun salah.
Sebagai pendidik, Anda harus selalu mengingatkan anak didik untuk terus sabar dan teliti dalam mengerjakan. Anda juga harus bisa menerima bahwa kecepatan anak didik untuk bisa menyelesaikan satu soal tidak bisa disamakan. Harus dipahami bahwa mereka memiliki minat dan bakat yang berbeda. Guru harus bisa mengayomi siswa sesuai kemampuannya.
Nah, beberapa trik di atas diharapkan bisa menjadi pembuka jalan untuk terus bisa mengembangkan proses belajar mengajar matematika. Harapannya, di masa depan matematika bukan lagi momok bagi anak didik.
Reporter : Fahra Auliani Rahmah
Editor : Herlianto. A