Malang, tugumalang.id – Ratusan atlet Taekwondo ITF Malang menjalani grading test atau ujian kenaikan tingkat di Lapangan Serba Guna SMKN 4 Malang pada Minggu (19/11/2023). Grading test itu turut menghadirkan Presiden Internasional Taekwond-Do Federation (ITF) Indonesia, Ivan Antonius sebagai penguji.
Ratusan atlet usia muda hingga dewasa dengan antusias menjalani serangkaian ujian sesuai tingkatan mulai karakter, gerakan teknik dasar, jurus, sparing hingga pemecahan papan. Setidaknya, ada sekitar 300 atlet yang menjalani grading test itu.
Presiden ITF Indonesia Taekwondo, Ivan Antonius mengaku takjub dengan antusias grading test yang digelar di Malang itu. Sebab menurutnya, ujian kenaikan tingkat ini menghadirkan peserta terbanyak se-Indonesia.
Baca Juga: Atlet Taekwondo Kabupaten Malang Sumbang Medali Perak di Porprov Jatim VIII 2023
“Sebagai penguji, ini trobosan bagi Kota Malang. Ini peserta terbanyak se-Indonesia, ada peningkatan signifikan setelah pandemi. Peserta ujian dan peserta didik terus meningkat. Malang ini perkembangannya cukup baik,” tuturnya.
Menurutnya, Taekwondo ITF berbeda dengan taekwondo pada umumnya. Siswa Taekwondo ITF menurutnya dididik dengan mengedepankan karakter, mental dan kedisiplinan terlebih dahulu sebelum menjalani materi teknik bela diri seperti ketangkasan gerakan kaki dan tangan.
Melalui pendidikan karakter hingga kedisiplinan itu, atlet muda Taekwondo ITF tak akan terlibat dalam aksi bullying yang dapat merusak generasi bangsa.
“Kami mengedepankan karakter, baru teknik atau fisik. Memang tanpa fokus, tanpa karakter dan disiplin maka bela diri bisa menjadi senjata berbahaya. Ibaratnya kalau pisau diberikan ke orang gak jelas kan bahaya,” ungkapnya.
“Kami harap di Malang ini menjadi contoh untuk mendidik mental anak anak soal disiplin, karakter dan punya teknik bela diri yang bagus,” imbuh Kepala Pelatih Nasional ITF Indonesia itu.
Taekwondo ITF menurutnya merupakan aliran bela diri taekwondo tertua di Indonesia. Sedangkan ITF Indonesia Taekwondo adalah organisasi nasional yang berafiliasi dengan International Taekwondo Federation (ITF). Bela diri ini diperkenalkan saat tim demo Korea Selatan ke Indonesia, salah satunya di Kota Malang pada 1968 silam.
Selanjutnya organisasi Taekwondo pertama dibentuk di Medan pada 1973, diprakarsai oleh almarhum Harno Omar yang merupakan penyandang sabuk hitam pertama di Indonesia dan dinobatkan sebagai Bapak Taekwondo Indonesia.
Kemudian ITF Indonesia Taekwon-Do sendiri terbentuk pada 2011 di Jakarta. Lalu perkembangannya dimulai di Kota Malang dengan didirikannya ITF Malang Taekwondo pada 7 Januari 2017 lalu. Kini, ITF ITF Indonesia Taekwondo telah tersebar di 16 provinsi di tanah air.
“Jadi ITF setelah di Jakarta, pertama dikembangkan di Malang, lalu Sidoarjo, Madiun, Kalimantan Timur, Kalbar, Riau, Jambi hingga Sulawesi Utara,” jelas Ivan sebagai pemilik sabuk hitam tertinggi di Indonesia yakni Dan VI itu.
Sementara itu, Ketua sekaligus Pendiri ITF Malang Taekwon-Do, Meta Andri Setiawan menambahkan bahwa perkembangan Taekwondo di Malang dimulai sejak 2017 lalu, tepatnya setelah ITF Malang didirikan.
Baca Juga: Atlet Taekwondo UIN Malang Raih Medali Perak di Ajang POMPROV Jatim II
Saat itu, Meta yang hijrah dari Jakarta sempat menggantikan mertuanya yang tengah sakit untuk melatih siswa bela diri. Dari situ, Meta bertekat untuk mendirikan ITF Malang Taekwon-Do dengan melatih 11 siswa dalam kelas ekstrakurikuler di SMKN 4 Malang, sebagai siswa pertamanya.
Dalam perjalananya, Meta mendapat banyak tantangan karena Taekwon-Do ITF jarang dikenal masyarakat. Untuk itu, Meta juga menulis buku tentang sejarah Takewon-Do ITF yang menjadi literasi dan pendorong berdirinya Taekwon-Do ITF di berbagai daerah di Indonesia.
“Jadi awalnya dulu murid saya cuma 11 orang di SMK ini. Tantangannya di awal dulu ya gak ada yang kenal dengan bela diri ini. Lalu akhirnya saya membuat buku dan dipakai di Indonesia hingga berdiri Taekwon-Do ITF di 16 provinsi,” jelasnya.
Setelah itu, kegiatan ITF Malang mulai dikenal bahkan kerap diundang sekolah sekolah untuk melatih siswa dalam ekstrakurikuler. Kini, ITF Malang Taekwondo telah memiliki 600 siswa dan anggota.
Menurutnya, ITF Malang Taekwondo sejak 2017 juga telah menggelar grading test reguler (3 bulan sekali) hingga akbar (6 bulan sekali). Adapun grading test kali ini, memang ditujukan untuk menguji siswa apakah layak naik tingkat atau tidak.
Peserta berasal dari berbagai unit binaan ITF Kota Malang. Terbanyak dari Sekolah Internasional Al Ya’lu, kemudian dari SD Islam Al Azhar 56 dan SMK Negeri 4 Malang. Selain itu juga dari sejumlah dojang umum.
“Saya melihat antusiasme kali ini cukup luar biasa. Ini terbesar pasca pandemi. Ada 300-an peserta usia 6 tahun sampai tak terbatas, ada siswa, mahasiswa, pekerja sampai ibu rumah tangga. Siswa dari 3 sekolah dan umum dari Dojang Sawojajar,” ujarnya.
Dalam grading test ini, peserta menjalani ujian mulai karakter, kemampuam teknik dasar, sparing hingga pemecahan papan sesuai tingkatan masing masing.
Dikatakan, Taekwondo ITF memiliki tingkatan sabuk warna. Mulai putih (pemula), strip kuning, kuning polos, kuning strip hijau, hijau polos, hijau strip biru, biru polos, biri strip merah, merah polos, merah strip hitam, hitam. Kemudian sabuk hitam terdapat tingkatan 1 sampai 9 (tertinggi).
Meta mengatakan bahwa Taekwondo ITF cukup bermanfaat jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari. Sebab ilmu bela diri ini mengedepankan kedisiplinan, membentuk karakter, kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusan.
“Lebih tepatnya kami melatih budi pekerti dan membentuk karakter orang yang baik. Karena pada dasarnya bela diri itu untuk membentuk orang baik. Jangan sampai berlatih bela diri tapi digunakan untuk kekerasan atau kejahatan. Maka kami latih agar ilmu ini tidak disalahgunakan,” tandasnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko