SEJARAH dan budaya adalah bara yang harus terus dirawat agar tak padam digilas perubahan zaman. Keduanya adalah cikal bakal berkembangnya Kota Malang yang kini menjelma menjadi kota modern.
Khasanah sejarah akan menjadi pemantik kebanggaan generasi terhadap jati diri kotanya. Sedangkan budaya akan menjadi harmoni yang mengiringi generasi menuju era kejayaan.
Maka merawat khasanah sejarah dan harmoni budaya Kota Malang mutlak harus dilakukan. Jika keduanya berselaras, Kota Malang akan semakin berkelas di lintas sektor dan teritorial.
Bapak Proklamator, Ir Soekarno dalam pidatonya pada 17 Agustus 1966 pernah menyerukan semboyan ‘Jasmerah’ yang artinya Jangan Sekali kali Meninggalkan Sejarah. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang tak melupakan sejarahnya sendiri.
Kota Malang memiliki jejak sejarah perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan. Salah satunya Peristiwa Malang Bumi Hangus saat pasukan kolonial melancarkan Agresi Militer Belanda I pada Juli 1947 silam.
Sekitar 1.000 bangunan di Kota Malang dibakar sebagai taktik para pejuang dan gerilyawan untuk menggentarkan pasukan Belanda yang hendak menguasai kembali wilayah Malang.
Baca Juga: Mbois Ilakes untuk Kota Malang
Kala itu, para pejuang tak rela wilayah Kota Malang kembali dikuasai kolonial Belanda yang mulai merangsek masuk. Maka lebih baik hangus dari pada Bumi Arema yang saat itu kaya akan hasil bumi seperti kopi dan gula dikuasai penjajah lagi.
Berbagai bangunan pusat pemerintahan, pendidikan, industri, pertokoan hingga permukiman elit dibakar agar tak diduduki dan dimanfaatkan Belanda.
Bangunan itu diantaranya yakni Balai Kota Malang, Hotel Pelangi, gedung KNPI, Kantor BI, SMA Cor Jesu, pertokoan Kayutangan, permukiman di kawasan Ijen, Rampal, Celaket dan masih banyak lagi.
Pasukan Belanda sempat menguasai Kota Malang setelah Pertempuran Jalan Salak pecah dan 35 pasukan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) gugur. Meski begitu, pasukan Belanda tak bisa memanfaatkan bangunan strategis di Kota Malang lantaran sudah luluh lantah usai dibakar para pejuang.
Setelah pasukan Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia, bangunan bangunan saksi peristiwa Malang Bumi Hangus itu banyak yang kembali dipugar dan masih bisa dimanfaatkan hingga saat ini.
Bangunan bangunan itu kini menjadi jejak bahkan menjadi sumber khasanah keilmuan sejarah di Kota Malang. Maka sebagai generasi penerus, sudah sepantasnya kita bangga dengan sejarah dan jati diri kotanya.
Terlebih, Kota Malang juga memiliki Kelurahan Dinoyo yang konon menjadi pusat Kerajaan Kanjuruhan di era Raja Gajayana. Jejak adanya Kerajaan Kanjuruhan juga tersirat dalam Prasasti Dinoyo yang juga menceritakan masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan di era Raja Dewa Simha, ayah Raja Gajayana.
Di wilayah Dinoyo juga banyak ditemukan arca, konstruksi kuno, gerabah hingga prasasti periode Kerajaan Kanjuruhan yakni abad ke-8, termasuk Prasasti Dinoyo. Jejak jejak sejarah itu kini disimpan di Museum Mpu Purwa Kota Malang yang juga menyimpan benda benda era 5 kerajaan besar di Nusantara.
Kota Malang sejatinya juga punya kekayaan budaya yang menjadi harmoni, mengiringi perkembangan zaman. Budaya menjaga keharmonisan perbedaan suku, agama, bahasa, etnik dan lainnya.
Kepada pendatang, masyarakat lokal Kota Malang akan tetap menggelorakan jati dirinya yang lugas, dinamis dan pekerja keras. Bahkan saat merantau. Salah satu peninggalan budaya para leluhur di Kota Malang yang masih lekat terdengar di telinga saat ini adalah bahasa walikan.
Kemudian kekayaan budaya Kota Malang juga berpengaruh terhadap perkembangan kesenian tradisional. Seperti Tari Topeng Malangan, Tari Beskalan, Bantengan dan lainnya. Kini, Kota Malang memiliki 321 cagar budaya sebagai objek pemajuan kebudayaan Kota Malang.
Baca Juga: Mengenal Konsep Sport Tourism Menuju Sport City Kota Malang
Memasuki usia Kota Malang ke-110, peringatan HUT tak akan sekadar menjadi euforia belaka. Namun akan menjadi momentum refleksi dan evaluasi diri. Pencapaian yang telah diraih harus menjadi motivasi untuk menata diri dalam menghadapi dan menatap tantangan masa depan.
Demi Kota Malang yang berkelas, mari saling berselaras. Berkolaborasi lintas komunitas, bersibergi lintas sektor untuk satu visi satu misi membangun Kota Malang yang semakin berkelas dan berdaya saing tinggi di segala bidang.
Dalam peringatan HUT Kota Malang ke-110 ini, saya juga berkomitmen menggelorakan pamor sejarah dan budaya Kota Malang. Mulai melakukan napak tilas, menggelar event, edukasi hingga perbaikan tempat tempat bersejarah di Kota Malang.
Peninggalan sejarah dan keharmonisan budaya Kota Malang harus terus dilestarikan. Jangan sampai terabaikan, apalagi dilupakan. Dengan lugas saya nyatakan ‘Menolak Lupa’.
*Dr Ir Wahyu Hidayat M.M
(PJ Wali Kota Malang)
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
editor: jatmiko