MALANG, TuguMalang – Peraih Anugerah Kampus Unggulan 2021, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Budi Utomo (IBU) Malang baru saja menggelar yudisium, termasuk Sekolah Pascasarjana, pada Rabu (31/8/2022).
Bertempat di Aula Pascasarjana, sebanyak 18 mahasiswa pascasarjana dinyatakan lulus dari Program Studi Magister Pendidikan Olahraga (MPO).
Tampak hadir menjadi pembawa acara yakni Sekretaris Prodi MPO Dr Agung Yudha Aswara MPd. Selain itu, Kaprodi MPO Dr Adi Sucipto MKes; Direktur Sekolah Pascasarjana Dr Sakban Rosidi MSi; dan dosen Pascasarjana yang selalu disebut paling cantik, Dr Susilo Bekti MPd.
Membuktikan salah satu keunggulan MPO IBU, multi-entry and multi-exit system, tidak semua lulusan kali ini berlatar belakang sarjana olahraga atau pendidikan olahraga, dan tidak semua berprofesi pendidik atau pelatih olahraga.
Tercatat ada nama Freddy Setya Budi Sutrisno, yang berlatar belakang Bahasa Iggris, dan menjadi lulusan pertama yang menulis tesis berbahasa Inggris. Ada nama David Setiawan, Sports Therapist Arema, yang merasa sangat lega atas kelulusan ini.
“Alhamdulillah. Seandainya tidak di Arema, mustahil saya bisa studi pascasarjana. Pertama, karena mobilitas dan jadwal padat pekerjaan. Kedua, hanya MPO IKIP Budi Utomo yang akomodatif dengan keadaan mahasiswa. Ketiga, suasana, dorongan dan pendampingan sangat besar dari para dosen dan sesama mahasiswa,” kata David.
Kemudian, ada nama Nelzon Landu Tana, karyawan sebuah Bank, yang tetap setia melanjutkan pendidikan yang linier dengan jejang sarjananya (S1). Vitalianus Haban Raya Lama Tokan, yang digadang-gadang oleh keluarganya di Sintang Kalimantan Barat, bisa pulang sebagai Magister Pendidikan Olahraga.
Termasuk lulusan yang bukan guru PJOK adalah Anggah Hadi Prayitno, Safety Officer anak perusahaan BUMN kelistrikan negara. Menurut Anggah, sebagai karyawan di perusahaan, tugas utamanya yakni memastikan keselamatan dan kesiapan baik petugas dan kelengkapan alat kerja sebelum mulai bekerja. Sebab itu, baginya, bidang pendidikan olahraga memiliki keterkaitan khusus dengan pekerjaan yang tengah digelutinya.
“Maklum, kerja perawatan dan perbaikan jaringan listrik tergolong high-risk. Jadi sangat relevan dengan kurikulum MPO, terutama materi kegawat-daruratan, kebugaran fisik, psikologi olahraga. Semua menopang topik tesis saya, yang meneliti kontribusi kebugaran fisik dan kesejahteraan psikologis terhadap keselamatan dan produktivitas kerja ratusan karyawan PT Haleyora Power Arena Mojokerto,” jelas Anggah yang juga aktivis Pramuka, PMI dan SAR ini.
Gigih May Siswantoro, Staf K3 sebuah perusahaan, yang pernah dikenal sebagai pemain Arema U-21, dan pernah pula bekerja di Sabah Malaysia, juga mengaku sangat bersyukur bisa lulus tepat waktu.
“Kalau soal relevansi dengan pekerjaan sekarang, bagi saya sudah pasti. Tapi yang berasa istimewa, saya berhasil menulis tesis tentang nasionalisme olahraga. Nasionalisme anak-anak buruh migran di Malaysia, tidak berbada dengan nasionalisme anak metropolitan Jakarta. Ini hasil analisis data empirik, bukan sekadar pendapat pribadi,” tambah Gigih.
Dari jajaran guru PJOK, tercatat nama Nur Rachmad Syah; Mochammad Kanda Iwanta; Muhammad Syakur; Ganda Ide Prayoga; Eko Budi Priyantono; Sasminto; dan Teguh Prasetyo Aji. Seperti paduan suara, mereka menilai para dosen Pascasarjana IBU itu unik, mirip sport coach, kadang galak tetapi fokus pada prestasi dan keberhasilan mahasiswa.
Seolah mewakili rekan-rekan pendidik, Andi Abdillah Kepala sebuah SMK di Pekalongan dan Sasminto Waka bidang Sarpras SMKN di Kota Batu, menyatakan mantap makin percaya diri setelah berhasil menyelesaikan studinya.
Tak hanya itu, kebanggaan tersendiri juga dirasakan oleh Teguh Prasetyo Aji, Guru PJOK SMAN 1 Kota Malang, yang dinyatakan sebagai lulusan terbaik dengan IPK 3,86.
“Ternyata selama ini kita cenderung salah. Bagi saya, kuliah magister ini menyadarkan saya akan pentingnya semakin mendekati kebenaran. Kebenaran ilmiah itu ada dan bermanfaat bagi kerja profesional pendidikan,” terang Teguh.
Pascasarjana IKIP Budi Utomo sendiri, memang istimewa dengan lima keunggulan: (1) Pembiayaan termurah dengan reputasi sangat baik, (2) kurikulum terbarukan dengan perkuliahan hibrida, (3) dua peminatan utama kewirausahaan olahraga dan kegawat-daruratan dalam olahraga, (4) terbuka bagi semua jurusan dan profesi, dan (5) kebijakan keunggulan bagi semua dan tak seorang pun tertinggal.
Di samping itu, Yudisium kali ini seolah berpihak kepada tiga guru PJOK perempuan. Betapa tidak? Siana Norma Heny, guru PJOK SMK Telkom Malang ini tak hanya berhasil meningkatkan prestasinya hingga lulus, tetapi juga memenangkan hibah bantuan PTM (Penelitian Tesis Magister).
Tesis Siana Norma, tentang Budaya Berolahraga dan Sikap Keolahragaan Remaja Indonesia, berhasil mendapatkan bantuan dari Kemendikbud sekitar Rp 30 juta. Secara signifikan bantuan tersebut lebih besar dari biaya pendidikan S2-nya. Sekadar informasi, Total SPP empat Semester Pascasarjana IKIP Budi Utomo tidak lebih dari Rp 18 juta.
“Sebenarnya saya tidak bisa berkata-kata lagi, speechless, tapi saya tetap akan berkata-kata. Kan saya sempat kedodoran di semester awal, karena sibuk pernikahan. Ternyata saya dimotivasi Pak Adi, juga dipanggil dan dikonseling Pak Sakban. Akhirnya, semester ketiga banyak mendapat nilai matakuliah A. Malah semester keempat, semua nilai matakuliah A. Rasanya jadi semangat lanjut kuliah S3. Apalagi kalau IKIP Budi Utomo, punya S3, pasti langsung mendaftar,” cerita Siana Norma Heny.
Beda lagi kebahagiaan Aulia Perwira Sari dan Yermia Kristina. Saat berkutat dengan tesis, bersama-sama mereka juga lulus seleksi dan harus ikut Diklat Cakep (Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah). Tepat sehari sebelum Yudisium, bersama-sama mereka dilantik menjadi kepala sekolah.
“Istimewa. Membuncah pokoknya!”, kata Ayik, sapaan akrab Aulia Perwira Sari. “Paginya, saya perpisahan di sekolah lama. Siangnya yudisium magister. Yang awalnya saya merasa tidak yakin bisa selesai tepat waktu. Berkat bantuan para bapak ibu Dosen yang istimewa buangeeet, akhirnya bisa selesai tepat waktu. Terimakasih Semuanya. Alhamdulillah,” lanjutnya.
Yermina Kristina, turut menyampaikan rasa terima kasih, mengingat dirinya juga sempat pesimis saat menjalani masa studinya. “Sangat-sangat membahagiakan. Karena jujur awalnya saya pesimis bisa selesai maju bersama, antara studi dan karir. Puji Tuhan dan terima kasih untuk layanan dan kasih sayang para dosen MPO IBU”, ungkap Yermia Kristina.
H-1 pelaksanaan Yudisium, calon lulusan bersama dosen mengikuti technical meeting. Pertemuan daring ini juga mengundang awak media TuguMalang. Selain berbincang susunan acara dan dress-code, para lulusan tak hanya mengungkapkan kesan sejak kuliah perdana hingga lulus, tetapi juga suka-cita selama dan setelah berhasil lulus.
Menyambut yudisium ini, Kaprodi MPO Dr Adi Sucipto MKes, menyebut para lulusan ini sebagai Hybrid Generation. “Pengalaman perkuliahan daring selama PPKM, menyadarkan kami tidak semua tujuan perkuliahan bisa dicapai secara daring. Tetapi juga memang ada yang lebih efisien bila diselenggarakan secara daring,” tukasnya.
Lebih lanjut, pembina kuliah Sports Massage dan Emergency in Sports, menuturkan bahwa prinsip perkuliahan hibrida adalah memilih dan memadukan yang terbaik dari beberapa pendekatan dan moda perkuliahan.
“Kita sudah efektif melaksanakan perkuliahan hibrida. Jadi memadukan pembelajaran bersemuka, pembelajaran daring, dan pembelajaran mandiri. Pilihan moda perkuliahan, sesuai hasil lokakarya penyesuaian kurikulum, harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran,” kata Adi Sucipto.
Sebab, imbuhnya, tujuan pembelajaran fisiomotorik, psikomotorik, atau kompetensi gabungan, tidak boleh dilaksanakan melalui pembelajaran daring sewaktu (synchronized), pembelajaran daring tak sewaktu (unsynchronized), atau pembelajaran modular atau sekadar video Youtube.
Ada pesan pendek Dr Agung Yudha Aswara MPd kepada lulusan. “Gelar baru tidak hanya tambah tinggi tingkat pendidikannya, yang paling penting adalah bertambah besar tanggung jawab keilmuan yang diemban, tetap belajar dan terus belajar. Karena esensi dari orang berilmu akan menjadikannya sadar akan kekurangannya,” katanya.
Lebih lanjut, ada pesan menarik dari Direktur Sekolah Pascasarjana IKIP Budi Utomo, Dr Sakban Rosidi MSi, baik saat technical meeting maupun saat Yudisium.
“Dari jargon PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), tentu yang terpenting adalah efektif, dalam arti memberikan pengetahuan, kecakapan dan pelajaran (bil-hikmah). Sia-sia perkuliahan aktif tapi tidak efektif. Percuma perkuliahan kreatif tapi tidak efektif. Juga sesat parah kalau perkuliahan menyenangkan tapi tidak efektif,” terangnya.
Ditambahkan, pernyataan filsuf Jerman Friedrich Nietzsche, “What Doesn’t Kill You, Makes You Stronger” boleh dipedomani oleh para guru dan pelatih olahraga. Belajar atau berlatih itu memang tidak jarang menyakitkan, tetapi senantiasa terukur dan bertujuan pengembangan.
Jadi benar, “Rasa sakit yang tidak membunuhmu, justru membuatmu lebih kuat”. Mirip vaksinasi, yang tidak lain adalah antigen (bakteri, racun atau virus) yang telah dilemahkan yang dimasukkan kedalam tubuh manusia.
“Tujuannya, dengan fungsi membentuk kekebalan tubuh terhadap serangat penyakit tertentu. Terukur dan bertujuan pengembangan. Ingin lebih menghayati? Nikmati lagu dan baca lirik nyanyian Kelly Clarkson berjudul Stronger (What Doesn’t Kill You),” tandasnya.
Reporter: feni Yusnia
editor: jatmiko