MALANG, Tugumalang.id – Fenomena Warung Kopi Cetol di Pasar Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur menyita perhatian masyarakat belakangan ini. Ini setelah diungkap melalui investigasi tim redaksi Tugumalang.id.
Menjadi kontradiksi tersendiri, pasalnya warung kopi yang juga menyediakan layanan plus bagi pelanggannya itu ada di daerah yang masyarakatnya dikenal cukup religius.
Bahkan lokasi Warung Kopi Cetol berada di depan Masjid Agung Gondanglegi yang berjaraj sekitar 50 meter. Masjid itu merupakan pusat kegiatan keagamaan bagi masyarakat Gondanglegi dan sekitarnya.
Baca Juga: Kades Gondanglegi Wetan Tanggapi Keberadaan Warung Kopi Cetol di Wilayahnya
Daerah Gondanglegi juga dikenal memiliki ratusan pondok pesantren yang tersebar di beberapa desa. Dari data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Malang, terdapat 102 pondok pesantren di wilayah tersebut.
Keberadaan Warung Kopi Cetol menjadi ironi karena tumbuh subur di tengah lingkungan masyarakat yang religius.
Keberadaan warung kopi yang berada di Jalan Gajahmada No.30, Krajan, Gondanglegi Wetan, Kabupaten Malang itu memang menyedot perhatian publik hari-hari ini.
Baca Juga: Layanan Plus Pramusaji Belia Jadikan Warung Kopi Cetol Gondanglegi Semakin Ramai Dikunjungi
Seperti warung kopi pada umumnya yang menyajikan kopi tubruk tradisional dan aneka minuman maupun makanan kepada setiap pelanggan yang datang.
Warung Kopi Cetol memberikan servis tambahan kepada pelanggannya berupa layanan plus yakni ditemani pramusaji yang berpenampilan menarik serta masih berusia muda.
Tak heran jika Warung Kopi Cetol setiap hari selalu ramai oleh pelanggan yang didominasi kaum pria, termasuk yang miris dari kalangan pelajar.
Sementara nama cetol dalam bahasa Jawa memiliki arti mencubit bagian tubuh, bisa pipi, tangan paha, atau bagian tubuh lainnya.
Jika dikaitkan dengan Warung Kopi Cetol artinya warung kopi tersebut memberikan layanan lebih dibandingkan warung kopi lainnya yakni kedekatan secara intim dengan pramusaji secara privat dan eksklusif.
Fenomena Warung Kopi Cetol dirasa telah meresahkan masyarakat sekitar. Hal ini membuat Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Gondanglegi, Muchammad Shodiq turun tangan dan mengupayakan agar Warung Kopi Cetol tidak beroperasi lagi.
Pihaknya pun mengaku telah menemui pemilik warung kopi untuk melakukan dialog bersama Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika).
“Saya sudah menyambangi mereka, terakhir bersama pihak Muspika. Kami berharap seluruh pihak terus menjalin komunikasi dan memantau serta melihat keadaan. Ini (Warung Kopi Cetol) sangat meresahkan,” ungkapnya.
Selain berada di lingkungan masyarakat yang religius, keberadaan Warung Kopi Cetol juga cukup memprihatinkan karena mayoritas pramusaji yang bekerja di sana adalah perempuan yang tergolong masih di bawah umur.
Para pramusaji Warung Kopi Cetol tersebut masih berusia 15-18 tahun yang rentan dengan eksploitasi terhadap anak dan juga berisiko menjadi korban kekerasan secara fisik maupun psikologis.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Bagus Rachmad Saputra
Editor: Herlianto. A