LUMAJANG – Korban jiwa meninggal dunia akibat erupsi Gunung Semeru pada 4 Desember 2021 lalu masih terus bertambah. Data dari BPBD Lumajang per Rabu 22 Desember 2021, korban jiwa ditemukan dalam kondisi meninggal dunia bertambah jadi 51 orang.
Hingga saat ini, proses pencarian masih dilakukan sampai masa tanggap darurat bencana berakhir pada 25 Desember 2021.
Proses pencarian melibatkan 3 tim SRU gabungan dari BPBD, TNI, Polri dan Basarnas. Mereka disebar di Kajar Kuning, Curah Kobokan, Tambang Pasir H. Satuhan, Kebondeli, Kampung Renteng dan sekitar Jembatan Gladak Perak.
Dari total jenazah yang ditemukan, sebanyak 28 di antaranya berhasil diidentifikasi. Warga diimbau untuk melapor ke tim Disaster Victim Investigation (DVI) Polri jika merasa kehilangan keluarga untuk pencocokan DNA.
”Jadi semisal ada warga yang kehilangan keluarga bisa segera melapor untuk dilakukan pencocokan DNA,” kata Manajer Pusdalops BPBD Jatim, Dino Andalananto, Rabu (22/12/2021).
Lebih lanjut, mengingat status tanggap darurat yang akam berakhir 3 hari lagi, Pemkab Lumajang tengah berfokus untuk menyelesaikan pembangunan hunian sementara (huntara). Total hingga saat ini ada 10.395 jiwa warga yang tinggal di kaki gunung Semeru ini mengungsi.
Dino menuturkan, dari hasil rapat evaluasi kesiapan pembangunan huntara sedang dala, progres. Lokasi dibangun ada di 2 tempat yaitu di Desa Sumber Mujur Kecamatan Candipiro seluas 81 hektar dan di Desa Oro- Oro Ombo Kecamatan Pronojiwo seluas 9 hektar.
Untuk sementara, huntara yang dibangun terlebih dulu adalah di lokasi Desa Sumber Mujur. Untuk di Desa Oro-Oro Ombo masih dilakukan penyesuaian titik koordinat untuk relokasi. Sebab itu, kebutuhan paling mendesak saat ini adalah berupa bahan bangunan.
”Adapun huntara yang dibangun nanti memiliki ukuran seluas 6×6 dan 4×6. Kami fokus percepatan pembangunan huntara ini yang ditarget tanggal 25 Desember bisa selesai,” terangnya.
Selain itu, penanganan lain juga dilakukan seperti pengerjaan jalur di sepanjang jalan nasional Malang-Lumajang, tepatnya di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh yang kini sudah 80 persen.
”Selain itu juga ada pengerjaan tanggul darurat di bawah Jembatan Gladak Perak yang kini progresnya sudah 90 persen. Air sudah berhasil dialihkan,” ungkap Doni.
Sejauh ini, kondisi aktivitas vulkanik gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa ini masih belum sepenuhnya stabil. Potensi guguran awan panas masih terus terjadi. Bahkan terbaru, statusnya kini dinaikkan menjadi level III alias Waspada.
Didukung data dari BMKG diperkirakan musim hujan masih akan berlangsung selama 3 bulan kedepan. Akibatnya, secondary explosion juga berpotensi terjadi di sepanjang aliran sungai apabila luncuran awan panas yang terjadi masuk/kontak dengan air sungai.
Sebab itu diimbau masyarakat untuk tak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan. Hingga saat ini, kata Dino, jumlah warga yang mengungsi mencapai 10.158 orang tersebar di 151 titik. ”Rekomendasi warga masih harus mengungsi,” jelasnya.
Saat ini, Pemerintah juga terus mempercepat proses pembangunan hunian sementara dan hunian tetap. Informasi dihimpun, sudah ada 2 lokasi disiapkan yakni di petak 4F-1 Hutan Produksi Perhutani Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro dan Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Jatmiko