Tugumalang.id – The Boy in the Striped Pajamas merupakan film berlatar belakang sejarah Holocaust yang disutradarai Mark Herman dan rilis pada 12 September 2008. Film ini diangkat berdasarkan buku international bestseller karya John Boyne yang terbit pada 6 Januari 2006. Film berdurasi 1 jam 34 menit ini mendapat rating 64% di Rotten Tomatoes, 7,7 di IMDb dan 3,6 di Letterboxd.
Film ini berkisah tentang Bruno, anak lelaki yang hidup dan menikmati hari-harinya di Berlin, Jerman sekitar tahun 1940. Tetapi semua berubah ketika ayahnya dipromosikan menjadi komandan tentara Nazi Jerman. Bruno dan keluarganya kemudian pindah ke pedesaan di Eropa dimana ayahnya berkuasa atas kamp konsentrasi untuk orang Yahudi.
Rumahnya kini jauh dari kota-kota, dikelilingi tembok-tembok tinggi, tentara patroli yang bersenjata lengkap dan pagar listrik yang berbahaya. Bruno tidak memiliki teman untuk bermain, berbeda dengan kehidupannya di Berlin. Merasa bosan dan karena rasa keingintahuannya yang tinggi kemudian Bruno mengeksplor area sekitarnya tempat tinggalnya.
Dalam eksplorasinya Bruno menemukan sebuah peternakan yang di dalamnya terdapat banyak orang mengenakan pakaian bergaris. Ketika menanyakannya pada orang tuanya mengapa orang-orang tersebut mengenakan pakaian bergaris, orang tuanya hanya memberikan jawaban mengelak dan ayahnya kemudian melarang Bruno untuk bermain di halaman belakang.
Hari demi hari berlalu, Bruno kemudian menyelinap ke hutan dan berhadapan dengan perkemahan yang dikelilingi pagar kawat berduri. Di sana, ia bertemu dengan anak lelaki seumurannya bernama Shmuel yang tinggal di dalam kamp tersebut. Bruno dan Shmuel kemudian berbicara dengan satu sama lain dan saling bercerita. Sejak saat itu pertemanan terlarang antara Bruno dan Shmuel terus berlanjut. Bruno sering mengunjungi Shmuel untuk berbagi makanan dan bermain permainan papan.
BACA JUGA: 3 Film tentang Ibu yang Masuk 10 Top Movies in Indonesia di Netflix
Suatu hari ibu Bruno, Elsa, mengetahui realita tentang penugasan suaminya di tempat baru ini setelah seorang Letnan bernama Kotler menceritakan tentang apa sebenarnya asap hitam berbau sangat busuk yang sering keluar dari cerobong asap dalam kamp. Mengetahui hal tersebut, Elsa kemudian menghadapi suaminya dan memutuskan untuk pindah ke rumah saudara dekat bersama dengan Bruno dan kakak perempuan Bruno, Gretel.
Setelah mengetahui bahwa ia akan pindah rumah lagi, Bruno memutuskan untuk menemui Shmuel untuk terakhir kalinya. Di hari kepindahan Bruno dan keluarganya, ia kemudian menyelinap ke kamp untuk menemui Shmuel. Sesampainya di kamp Shmuel bercerita bahwa ayahnya hilang setelah mengikuti pawai dalam kamp. Bruno kemudian berganti pakaian menjadi piyama bergaris dan menggali tanah di bawah pagar untuk dapat menyelinap masuk ke dalam kamp dan membantu Shmuel mencari ayahnya. Petualangan terakhir Bruno dan Shmuel pun berakhir dengan tragis.
Film The Boy in Striped Pajamas menggambarkan bagaimana sudut pandang dan kepolosan anak-anak pada masa dimana perang terjadi dimana-mana. Dihadapkan dengan berbagai kekerasan, doktrinasi kebencian dan kebohongan, seorang anak terdampak akan berbagai sisi buruk dari peperangan yang tidak ada sangkut pautnya dengan mereka.
Kisah lengkap Bruno dan Shmuel, pertemanan terlarang antara orang Jerman dan Yahudi pada masa perang dunia dua, dapat ditonton melalui platform layanan streaming Netflix. Siapkan tisu dan hati Anda untuk menyaksikan kisah tragis mereka. Selamat menonton!
Penulis : Angelinne Ivana Simandalahi
editor: jatmiko