Tugumalang.id – Bangunan sekolah di SD dan SMP Satu Atap di Dusun Brau Desa Gunungsari Kota Batu, Jawa Timur, berdiri di atas tanah bergerak dan terancam roboh sewaktu-waktu. Ini perlu perhatian segera agar sekolah ini dapat dipindah ke lokasi yang lebih aman.
Terakhir, pada akhir 2022, bangunan sekolah di sisi selatan terdiri dari ruang guru, ruang kepala sekolah dan toilet mengalami keretakan parah. Terutama pada bagian atap, dinding hingga lantai. Saat ini, ruangan tersebut dikosongkan karena struktur bangunan yang rawan roboh.
Hal ini diungkapkan Anggota Komisi C DPRD Kota Batu, Didik Machmud, usai mendengar curhatan langsung dari kepala sekolah. Meski begitu, opsi itu tidak bisa segera ditindaklanjuti karena butuh kajian lebih lanjut.
“Ada opsi untuk pindah lokasi di tempat yang lebih aman, namun tetap di kawasan Brau. Sekarang, masih cari lokasi, belum fix,” kata Didik, Kamis (9/3/2023).
Sementara, untuk opsi rehabilitasi sendiri kata Didik sudah dianggarkan. Namun belum dapat segera ditindaklanjuti karena anggarannya mengambil dari dana BTT. “Nanti akan dibahas lebih lanjut dan kami lakukan tinjauan ke lokasi. Sementara, mereka pakai gedung sekolah SMP sebagai alternatif terdekatnya,” ujarnya.
Hal ini juga mendapat tanggapan dari Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai, yang menuturkan perlu duduk bersama membahas solusinya. Pasalnya, kondisi tanah di sana tidak stabil sehingga opsi pemindahan lokasi menjadi pilihan paling tepat.
“Tapi tetap perlu duduk bersama mencari solusi menangani permasalahan ini,” jelas Aries.
Hal senada juga dikatakan Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu, bahwa sebenarnya pihaknya lebih merekomendasikan agar bangunan sekolah Satu Atap itu direlokasi ke tempat yang lebih aman.
Pasalnya, berdasarkan hasil kajian PVMBG, BPBD Provinsi dan Geologi UB, kawasan di sana memang tidak direkomendasikan untuk ditempati karena kondisi tanah yang labil. Kawasan itu merupakan kawasan rawan bencana.
Namun di sisi lain, hanya di sanalah sekolah satu-satunya di kawasan permukiman petani yang terletak di ketinggian, di lereng Bukit Paralayang itu. Sebagai jalan tengah, BPBD merekomendasikan untuk menata aliran air dengan membuat sumur pelegah.
Pengaturan ini penting untuk mengurangi tingkat kejenuhan tanah di sana. Diketahui, kejenuhan tanah ini juga dipengaruhi oleh sumber mata air yang ada di sekitar lereng.
“Dengan membuat sumur pelegah ini nanti guna mengatur muka air tanah dan kelembapan tanah. Tapi tetap saja, di wilayah itu memang tidak aman untuk ditempati,” paparnya.
Meski begitu, di beberapa sisi, Agung masih dapat menjamin bangunan di areal sisi utara masih aman untuk difungsikan. Tanah yang labil banyak terjadi di satu sisi saja di bagian selatan.
“Tapi nanti akan kita kaji lagi karena intensitas hujan yang tinggi masih berpotensi membuat tanah di sana jenuh. Jadi potensi pergerakan tanah ke depannya masih besar,” ungkapnya.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A