Tugumalang.id – Kehadiran Telaga Madiredo di Desa Wisata Madiredo, Kecamatan Pujon diakui memberi warna baru dalam ragam atraksi wisata di Malang, Jawa Timur. Bahkan, Madiredo digadang-gadang menjadi wajah masa depan desa wisata yang berkelanjutan khususnya di wilayah Malang Barat.
Meski tercatat sebagai pendatang baru pada 2017, desa wisata ini telah menjadi primadona baru di kalangan wisatawan. 6 tahun berjalan, desa ini terus mengalami perkembangan pesat. Tak hanya wisata, tapi juga perekonomian hingga tata kelola sampah yang mandiri.
Pesatnya kemajuan Madiredo membuat desa ini kemudian didelegasikan mengikuti Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024 yang dihelat Kemenparekraf dengan tema Desa Wisata Menuju Pariwisata Hijau Berkelas Dunia. Total ada 8 desa di Kabupaten Malang yang dipastikan ambil bagian di ajang ADWI 2024.
Baca Juga: Menikmati Kejernihan Air di Agrowisata Telaga Madiredo Pujon
Selain Madiredo, desa lain yang ikut antara lain Desa Gubuklakah dan Desa Poncokusumo di Kecamatan Poncokusumo; Desa Sumberoto, Kecamatan Donomulyo; Desa Sukolilo, Kecamatan Wajak; Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari; dan Desa Bangelan, Kecamatan Wonosari.
Desa Madiredo dengan berbagai potensinya sendiri terklasifikasi sebagai desa wisata maju karena dinilai mampu memberikan sumbangsih terhadap perekonomian masyarakatnya. Jika boleh dibilang, desa ini sudah setara dengan Desa Pujon Kidul yang sudah kondang terlebih dulu.
Primadona Desa Wisata Baru di Malang
Lokasinya yang strategis dekat dengan Kota Wisata Batu, Telaga Madiredo menawarkan kesegaran udara dan kejernihan air telaga yang menyegarkan jiwa.
Telaga ini terletak di ketinggian 1.200 mdpl dengan lanskap pemandangan gugus pegunungan dan sawah berundak yang bisa dibilang nyaris seperti dilihat di Pulau Bali.
Baca Juga: Cerita Muda-Mudi di Pujon Kembangkan Sumber Air Madiredo Jadi Agrowisata
Potensi telaga ini bermula dari banyaknya tamu dan pengunjung yang mempercayai adanya tuah atau kekuatan spiritual pada air telaga yang merupakan sumber air warga satu desa tersebut. Potensi itu lalu berhasil dikembangkan oleh pemerintah desa sejak 2017 dan berkembang pesat hingga sekarang.
”Menariknya, di telaga ini kalau dipakai mandi orang banyak sekalipun airnya tidak akan keruh. Selain karena ini sumber, di bawahnya juga sudah kita tata sedemikian rupa dengan filter alami biar tanahnya ini gak terangkat ke atas,” ungkap pengelola Telaga Madiredo, Fauzan Anwari.
Pengunjung juga tak perlu bingung jika lapar karena di sana juga telah tersedia restoran. Termasuk fasilitas musala, camping ground hingga toilet. Selain telaga, pengelola juga menyediakan sejumlah wahana bermain anak-anak hingga memancing.
Cuka Apel, Oleh-oleh Khas Madiredo
Selain aspek pariwisata, Madiredo juga memiliki oleh-oleh khas. Salah satunya yang sudah terkenal adalah cuka apel. Cuka apel ini bukan cuka masak, melainkan minuman yang dibuat dari bahan baku apel yang sudah difermentasi.
Bicara cuka apel sendiri merupakan minuman khas yang sudah diwariskan secara turun-temurun. Pujon sendiri merupakan wilayah yang pertama kali diuji coba ditanami apel. Selain buahnya dijual, apel ini kemudian diolah menjadi produk olahan lain.
“Cuka apel ini susah ditiru di tempat lain karena tingkat kegagalannya tinggi. Padahal metode pengolahannya sama. Jadi bisa dipastikan kalau ada cuka apel yang dijual di pasaran, itu dipastikan produk buatan sini. Kalau merek sini namanya Cuka Apel Asyifa,” beber Fauzan.
Cuka apel sendiri dalam perjalannya dikenal sebagai minuman kesehatan untuk obat diet. Semakin lama umur fermentasinya, semakin mahal pula harganya. Untuk membuat 1.000 liter cuka apel, membutuhkan buah sekitar 2 ton.
”Nilai historis dan potensi khasnya ini membuat kami akhirnya juga menjadikan cuka apel ini sebagai welcome drink buat tamu dan wisatawan yang datang,” tuturnya.
Kelola Sampah Secara Mandiri
Selain aspek pariwisata, Desa Madiredo ternyata menjadi satu desa yang sudah mandiri dalam mengelola sampahnya. Selama ini, mereka sudah tidak lagi bergantung pada TPA karena memiliki TPS3R sendiri yang sudah dibangun sejak 2017.
Setiap harinya, desa yang dihidupi lebih dari 10 ribu orang ini telah berhasil mengolah sampah lebih dari 50 ton per harinya. Setiap harinya, terdapat petugas yang menjemput sampah untuk dilakukan pilah sampah. Hampir tidak ada sampah residu satu pun yang dihasilkan.
”Untuk sampah organik itu kan kita banyak limbah ternak sapi, itu kita olah jadi biogas. Sampah organik itu kita jadikan kompos. Untuk sampah plastik kita jadikan banyak kerajinan. Soal sampah, semua sudah kita olah sendiri, sudah gak bingung ke TPA lagi,” ungkapnya.
Bahkan, dari hasil olahan limbah ternak mereka sudah menjadi penghasilan tersendiri oleh warga. Pihak desa telah menjalin kerjasama dengan KOP Sae Pujon untuk pengolahan limbah ternak menjadi biogas.
”Hampir 50 persen lebih warga yang adalah peternak itu kini sudah punya tempat pengolahan limbah ternaknya untuk dijadikan biogas sendiri digunakan untuk kebutuhan rumah tangga,” terangnya.
Picu Perekonomian Desa
Hadir sejak 2017, agrowisata ini terbukti mampu menjadi penggerak roda perekonomian warga. Selain banyak toko, pelaku usaha UMKM yang ikut kebagian dampaknya, juga dapat memberi tambahan penghasilan bagi anak-anak muda di sana.
Fauzan mengatakan operasional Telaga Madiredo ini sepenuhnya dikelola oleh pemuda-pemudi yang tergabung di Karang Taruna Desa. Bahkan, mereka juga melibatkan anak-anak sekolah untuk turut ikut menambah penghasilan di desanya sendiri.
”Banyak dari mereka yang kerja di sini itu usia 20-30 an. Kerja Sabtu-Minggu lumayan bisa buat uang saku tambahan mereka dari desa sendiri,” ungkap Fauzan.
Tak pelak dengan kehadiran Agrowisata Telaga Madiredo ini memberi warna tersendiri bagi wajah perekonomian desa. Fauzan mengatakan sejak potensi dikenal luas, pertumbuhan ekonomi di desa mencatat pertumbuhan pesat hingga 30 persen.
”Sejak ini dikenal ya banyak yang kebagian kue, toko-toko milik warga jadi ramai, anak-anak desa bisa kerja kelola wisata ini, jaga parkir hingga potensi oleh-oleh khas sini juga mulai dikenal lagi,” ujarnya.
Melihat hal itu, Fauzan bersama pemuda di desa punya harapan besar untuk lebih mengembangkan semua potensi wisata di desanya. Dengan begitu, perekonomian desa bisa tergerak berkelanjutan hingga diwarisi generasi penerusnya.
”Kami yakin jika semua ini bisa kita kembangkan, kita tata terus akan memberikan dampak ekonomi daerah secara berkelanjutan. Bisa jadi pembangkit juga bagi desa-desa, khususnya di Malang barat ini untuk bangkit dan berdaya saing tinggi,” harapnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter : M Ulul Azmy
Edito: Herlianto. A