Abd Al Haris Al Muhasibiy*
Sesenggukan menangis di depan saya.
Seorang ibu datang memelas mohon dibela.
Jangan sampai anak kesayanganya dipenjara.
Sungguh aku trenyuh bahkan bela sungkawa.
Serasa ikut menangis hatiku penuh duka.
Begini cara orang papa membela keluarga.
Sepenuh-penuhnya kerahkan apa yang dia punya.
Aku telpon seorang Gus dan Kiyai.
Aku tahu mereka yang biasa punya emphati.
Mereka para kiyai adalah pewaris para Nabi.
Segala yang mereka miliki untuk kepentingan bela ilahi.
Membela orang-orang kecil penuh derita berkali-kali.
Inilah ciri ulama warasatul anbiyai.
Konteks Indonesia ulama adalah para kiyai.
Mungkin anak itu memang salah.
Bahkan perkara yang sangat muhimmah.
Namun sebagai manusia yang beragama.
Aku terus terang ingin membela dengan upaya.
Ingin supaya ibunya tidak menderita selamanya.
Mungkin masih bisa dengan cara dibina.
Masih mungkin dibebaskan dari ancaman penjara.
Aku sarankan ibunya untuk berdoa.
Kepada Allah SWT yang penuh rahmah.
Allah akan menolong anak itu berkat doa orang tua.
Meski orang miskin dan papa strata paling bawah.
Inilah ujian siapa yang mau dan bisa membela.
Apa ada pengacara yang saleh yang bersedia.
Menjadi pembela orang miskin tanpa harta.
Bahkan tidak dapat imbalan justru keluarkan biaya.
Ibu….aku bersamamu sampai kapan pun jua.
Aku tetap membelamu meski tidak punya cara.
Namun aku kerahkan malaikat Allah yang setia.
Dengan permohonan yang empunya dengan ISTIGHATSAH.
LA HAULA WA LA QUWWATA ILLA BILLAH.
Surabaya, 23 Mei 2021
*Rektor UIN Maliki Malang