Pada indeks inklusi atau utilitas produk dan jasa keuangan, kaum perempuan Indonesia juga memiliki tingkat pemahaman yang lebih rendah dibandingkan pria, yakni sebesar 75,15 persen, lebih rendah dibandingkan kaum pria yang pemanfaatan produk keuangan telah mencapai 77,24 persen.
Padahal, kata Sugiarto, di era sekarang, perempuan punya akses dan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk memperoleh sumber daya, akses terhadap ekonomi, politik, sosial, lebih-lebih pada soal tata kelola keuangan.
Apalagi, di tengah situasi pandemi seperti ini yang menuntut perempuan juga andil dalam mengelola keuangan. Kecerdasan mengatur, melihat celah peluang, dan mengetahui tingkat resikonya penting untuk memulai perencanaan keuangan di era normal baru ini.
”Di tengah kondisi perekonomian yang melambat, kita dituntut tetap produktif dan efisien dalam mengelola keuangan. Sehingga pendapatan kita tidak sepenuhnya untuk konsumsi belaka,” tutur dia.
Dalam kaitan itulah, OJK menggelar pelatihan kepada ibu-ibu untuk mewujudkan keuangan keluarga yang sehat melalui pelatihan literasi keuangan yang berkelanjutan hari ini.
Diharapkan dari sini bisa meningkatkan pemahaman dan kemampuan perempuan dalam mengatur keuangan keluarga, utamanya dalam perencanaan keuangan, pemetaan risiko, dapat mengembangkan potensi sebagai agen penggerak (agent of change) serta lebih percaya diri dalam mengambil keputusan keuangan keluarga untuk mewujudkan keuangan yang sehat.
”Sikapi uang dengan bijak, masa depan akan sejahtera,” pungkasnya.
Hal senada dikatakan Ketua TP PKK Kota Malang Widyati Sutiaji, bahwa ibu adalah sosok utama dalam sebuah keluarga. Seorang ibu kata dia adalah Super Woman yang bisa melakukan banyak hal, termasuk mengatur keuangan keluarga.
Bagi Widyati, seorang perempuan di dalam keluarga merupakan Menteri Keuangan yang memberikan literasi keuangan sehingga tercipta masa depan keluarga yang mandiri. ”Kita dituntut cerdas mau membelanjakan uang untuk apa atau investasi,” jelas Widyati.
Mewujudkan masa depan yang mandiri itu, Widyati membagikan 5 tips dan trik bagaimana mengelola keuangan keluarga. Pertama adalah dengan cara menggabungkan penghasilan suami dan juga istri agar lebih mudah dalam menata pengelolaannya.
Kedua, alokasikan sejumlah uang itu untuk kebutuhan darurat seperti keluargs sakit atau hal urgen lainnya. Ketiga, petakan lagi dari penghasilan tersebut untuk kebutuhan konsumsi seperti angsuran rumah, tagihan listrik dan lain-lain. ”Lazimnya biaya konsumsi ini patok saja di angka 40-50 persen dari penghasilan,” tambahnya.
Keempat, alokasikan sebagian uang berkisar 25 persen untuk ditabung. Kelima, alokasikan sisa uang berkisar 20-25 persen untuk digunakan sebagai investasi. ”Jadi uangnya bisa berkembang. Bisa dibuat beli tanah/rumah, emas, reksa dana dan lain-lain,” papar dia.
Terakhir, Widyati meminta agar perempaun untuk membuat pembukuan sederhana untuk merencakan keuangan. ”Hitungnya realistis saja, karena kadang perempuan sulit membedakan mana kebutuhan, mana keinginan,” pungkasnya.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Jatmiko