“Mantap sekali silaturahim Bapak Aqua sekeluarga. Melakukannya secara universal tanpa membeda-bedakan pangkat dan jabatan. Juga tidak melihat suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), serta latar belakang ekonomi dan pendidikan seseorang. Semuanya mendapat penghargaan dan penghormatan yang sama. Dengan begitu mereka pasti merasa nyaman sekali.”
Komentar senada di atas saya terima dari beberapa teman. Mereka menyampaikan itu setelah mengamati silaturahim saya selama ini termasuk dua hari berturut-turut pada Sabtu dan Minggu lalu (7 dan 8 Mei 2022).
Pada Sabtu pagi di rumah Yogyakarta, saya silaturahim dengan Bintara Teknik Pesawat Terbang Kelompok Pemeliharaan Fasilitas Skadron Udara 5 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Sertu Muhammad Evendi bersama istri Prapti, kedua anaknya Aulia Pramesti permata Evendi dan Balad Pratama Raissa Evendi serta Ibunya Sri Hartati.
Sedangkan Minggu malam, kegiatan serupa saya lakukan kepada Komandan regu 3 pleton senjata lawan tank kompi Bantuan Yonif Mekanis 411/Pandawa Salatiga Serda Yuli Purwanto, di rumah dinasnya. Dia didampingi istri Widia Ratnasari, serta kedua putrinya Alisya Ayudia Syakira dan Anasya Ayudia Asmya.
Hampir setiap hari selama puluhan tahun, saya secara rutin melakukan silaturahim kepada siapa saja di berbagai tempat. Baik di Indonesia maupun mancanegara. Melaksanakannya dengan ikhlas sehingga sama sekali tidak ada beban.
Selalu Terpikir Membantu
Niat silaturahim sepenuhnya ibadah. Melaksanakan aktivitas tersebut karena TUHAN, bukan yang lain.
Saat silaturahim yang selalu terpikir dalam diri saya adalah membantu setiap orang yang ditemui. Wujudnya beragam, tidak selalu berbentuk materi.
Saya melakukannya sebatas kemampuan, tidak memaksakan diri. Jika bisa membantu, spontan saya sampaikan dan lakukan. Namun kalau tidak mampu melaksanakannya, tanpa ragu saya infokan yang diiringi dengan permohonan maaf karena tidak dapat memberi bantuan.
Kenapa yang selalu terpikir memberi bantuan? Sebab saya yakin tangan di atas jauh lebih baik dibandingkan tangan di bawah. Maksudnya sebaiknya memberi daripada menerima.
Pengalaman saya selama ini, ketika melakukannya dengan ikhlas termasuk memberi yang wujudnya materi, sedikit pun tidak merasa rugi. Bahkan yang terjadi sebaliknya malah untung karena bisa meringankan beban mereka yang dibantu dan membahagiakan mereka.
Ketika mereka yang dibantu merasa bebannya berkurang bahkan ada yang hilang sama sekali, saya sangat bersyukur. Merasakan telah memberi manfaat pada sesama. Itulah makna sebaik-baiknya manusia.
Selalu Menghargai dan Menghormati
Selain itu, saat memberi bantuan sama sekali tidak ada yang berkurang dari yang saya miliki. Itu terjadi karena semuanya adalah kepunyaan TUHAN. Saya hanya dititipi saja dan diberi amanah untuk menyalurkannya.
Insya ALLAH saya terus konsisten melakukan silaturahim secara universal. Tidak membeda-bedakan sesama makhluk TUHAN. Itu sesuai ajaran dan perintah Sang Pencipta kepada semua umatnya.
Dengan konsisten melakukan itu, saya merasakan hasilnya. Telah 17 tahun terakhir saya menikmatinya. Tanpa jabatan dan pangkat, hanya sebagai rakyat biasa, namun mereka yang saya temui selalu menghargai dan menghormati. Bahkan tidak sedikit yang merindukan jika sudah lama tidak ketemu.
Kesimpulannya melakukan silaturahim secara universal dengan ikhlas sama sekali tidak ada ruginya. Sebaliknya untungnya sangat banyak. Dihargai semua orang dan insya ALLAH mendapat balasan berlipat ganda dari TUHAN. Aamiin ya robbal aalamiin…
>>>🇮🇩Saat menikmati udara segar di Salatiga dengan penuh rasa syukur, saya ucapkan selamat membiasakan diri melaksanakan silaturahim secara universal. Salam hormat buat keluarga. 06.00 09052022😃🇮🇩<<<
*Doktor Komunikasi, Motivator Nasional, dan Penulis Buku Trilogi The Power of Silaturahim
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id