Sejak lama Indonesia dijajah produk fesyen luar negeri. Mulai kasut, hingga garam grasak pengusir jin masut. Banjir produk branded dari luar. Alih-alih ketir, malah jadi barang pamer eh primer. Mati, gak pakai naiki…
“Grup WA Bapak2 Iphone 16” yang bukan iphone tolong bikin grup sendiri -. Itu hanya contoh deskripsi grup whatsapp jika Iphone 16 boleh beroperasi di Indonesia. Sudah kayak fraksi di DPRD saja. Yang kursinya dikit, silakan gabung dengan yang setara.
Padahal buku sejarah selalu men-display suatu negeri yang punya apa saja. Dari neker hingga nikel. Selat dan cokelat. Sapi dan kopi. Tapi kakao diekspor, ke Swiss belanja cokelatnya. Sepudi home of sapi, beli daging ke Australi. Dasar negeri dongeng!
Indonesia? betul-betul punya semuanya. Seperti INKA dan ESEMKA. Produksi asli dalam negeri. INKA perusahaan manufaktur sarana kereta api paling unggul di ASEAN. 100 persen sarana ketera api dalam negeri diproduksinya. Thailand, Filipina dan sejumlah negara, pesan kereta sama INKA. Barang jadi. Mateng!
Lalu ESEMKA? em… Kita loncat pembahasan ke grup bapak-bapak lagi. Barang antik ESEMKA kita bahas di belakang. Merek nasional ini agak rumit. Ahmad Dhani bilang di lagunya, kalau tamasya naik ESEMKA lewatnya di tol langit. Makdheng!
Kita bahas iphone. Yang lagi rame soal iphone 16 dilarang di Indonesia.
Iphone sudah edar di Indonesia belasan tahun lalu. Sayangnya si dewa tak pernah pilih Indonesia jadi pasar utama. Padahal belum rilispun, sudah dipuja. Si apel kroak yang bukan dari Kota Batu, juga Poncokusumo.
Akhir 2015 lalu misalnya, iphone 6s dan 6s plus dirilis. 40 negara terpilih jadi pasarnya. Periode berikutnya, menyusul 24 negara kebagian. Malaysia boleh beli. Indonesia? jastip dulu kali ya.
Meskipun saat ini, gerai iphone di Indonesia ada dimana-mana. Penggunanya sudah jutaan. Tapi iphone 16 dilarang. Tahu kenapa?
Baca juga: https://tugumalang.id/pesantren-sebagai-ekosistem-nilai/
Kabar itu mungkin mengagetkan, tapi bukan bimsalabim. Bos iphone Tim Cook yang ketemu Presiden Jokowi bulan April 2024 lalu, seolah sedang berwisata saja. Harapan agar Apple (iphone) berinvestasi besar, ambyar.
Hanya sekitar Rp 1,7 triliun yang disepakati. Baru sekitar Rp 1,4 triluin yang direalisasi. Nilai segitu guna sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 40 persen skema inovasi. Buat bangun infrastruktur pendidikan dengan program Apple Developer Academy.
Beda sama nilai investasi di negara tetangga. Di Singapura Rp 4 triliun buat perluasan kantor Apple saja. Di Vietnam Rp 255 triliun dan bikin sekitar 200 ribu lapangan kerja. Di Malaysia, Cook malah buka Apple Store, Juni 2024 lalu.
Padahal berita-berita menyebut, Pemerintah RI juga minta Apple Store buka di Indonesia. Tentu karena banyak pelanggan –kalau bukan pemuja-. Itu dibuktikan dengan statemen Cook pada kuartal keempat 2023, dan kuartal ketiga 2024, bilang Indonesia salah satu negara dengan rekor pendapatan fantastis.
Tapi di kuartal keempat 2004, dengan pendapatan tumbuh 94,9 miliar dollar AS, Cook tidak menyebut Indonesia, yang mungkin di-skip. Kabarnya, RI dan Apple statusnya masih rumit. Belum bisa kawin.
ESEMKA tah Solusinya?
Barang kali Presiden Prabowo suka yang taktis buat mobil kepresidenannya. Makanya pilih Maung MV3 Garuda Limousine produksi PT Pindad. Tentunya anti peluru. Dan Presiden juga ingin para menteri dan pejabat juga pakai Maung jadi mobil dinas.
Jika serius –bukan gimmick-, komitmen Prabowo ini bisa bawa dampak besar bagi teknologi transportasi nasional. Tak kalah dengan Malaysia yang punya Proton sama Perodua.
Sejumlah pengamat melihat Maung jadi angin segar permobilan dalam negeri. Katanya, industri dan produksi Maung bernilai positif. Trennya akan bagus, dan sebagainya.
Beda dengan ESEMKA, yang dulu dibilang trobosan nasional. Tahun 2011 lalu. Sekarang, mobil ESEMKA dianggap lesu. Tak ada dukungan signifikan pemerintah.
Tapi ESEMKA yang sudah dikenal luas, juga dipuja-puji, tetap bisa jadi solusi. Misalnya inovasi bikin produk hape. Hape ESEMKA. Produk dalam negeri. Punya ESEMKA Store di berbagai provinsi. Dipakai oleh pejabat-pejabat daerah dan RI.
Fajrus Sidiq
Direktur Bisnis Tugu Media Group