MALANG, Tugumalang.id – Orang Tuli tak menjadi pengecualian dalam daftar korban kekerasan seksual di Indonesia. Untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual pada Teman Tuli, FeminisThemis menggelar workshop FeminisThemis Academy 2024 dengan materi tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi.
Workshop ini juga digelar dalam rangka memperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional yang jatuh setiap tanggal 23 September. Workshop yang didukung oleh Komisi Nasional Disabilitas Republik Indonesia dan Unilever Indonesia ini digelar di Malang Creative Center (MCC) mulai Jumat (20/9/2024) hingga Minggu (22/9/2024).
Baca Juga: Dukung Abah Gunawan-Dokter Umar, Komunitas Penyandang Disabilitas Ingin Kabupaten Malang yang Lebih Inklusif
Sekitar 30 orang teman Tuli dari berbagai komunitas di Malang mengikuti workshop dengan pemateri dari FeminisThemis. Selain di Malang, program ini juga telah dilaksanakan di Kota Yogyakarta dan Bandung. Total sekitar 150 teman Tuli menerima materi dari workshop ini, baik secara online maupun offline.
Pada Sabtu (21/9/2024), tampak para peserta berkumpul di lantai 4 MCC dan membentuk tiga kelompok. Masing-masing kelompok menerima materi yang berbeda.
Kelompok pertama menerima materi tentang pubertas, kelompok kedua belajar tentang organ reproduksi laki-laki, sementara kelompok ketiga belajar tentang organ reproduksi perempuan.
Baca Juga: Berharap Ada Kepedulian, Komunitas Budayawan dan Petani Deklarasi Dukung Abah Gunawan dan Dokter Umar
Co-founder dan Direktur Eksekutif FeminisThemis, Nissi Taruli Felicia mengatakan ada beberapa tantangan yang ia temukan dalam pelaksanaan workshop di berbagai kota ini. Ia melihat selama ini hak bahasa isyarat bagi teman Tuli masih belum terpenuhi.
“Bahkan di kebanyakan sekolah luar biasa, anak Tuli masih diajarkan untuk membaca bibir dan didorong untuk belajar layaknya orang dengar. Akhirnya mereka tidak menguasai bahasa isyarat yang seharusnya menjadi hak mereka untuk dapat berkomunikasi,” papar Nissi.
Ia juga melihat adanya keterbatasan pengetahuan dan akses informasi mengenai hak tubuh, hak kesehatan seksual, dan reproduksi bagi teman Tuli.
Hal ini disebabkan mayoritas masyarakat belum memahami dunia Tuli dan bahasa isyarat sehingga tidak bisa memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan orang Tuli.
”Selain itu, materi edukasi hak kesehatan seksual dan reproduksi, bahkan di sekolah dengar sekalipun, masih terbilang minim. Topik penting seperti kebersihan organ reproduksi, hak tubuh, pencegahan dan dampak aktivitas seksual, masih dianggap tabu,” kata Nissi.
Di samping itu, kecenderungan victim blaming atau menyalahkan penyintas atas kekerasan seksual yang mereka alami masih marak di masyarakat. Hal ini pun juga terjadi di antara individu Tuli.
Hal ini yang kemudian mendorong FeminisThemis untuk menggelar workshop bagi teman Tuli. “Kedepannya, ‘FeminisThemis Academy’ akan merangkul lebih banyak peserta hingga ke level akar rumput untuk mengedukasi lebih banyak orang mengenai kesehatan seksual dan reproduksi,” tutup Nissi.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
Editor: Herlianto. A