BATU – Potensi bencana ekstrem banjir bandang di Kota Batu, Jawa Timur, jelang musim penghujan diprediksi masih tinggi. Sebelumnya, banjir bandang sudah pernah terjadi di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu pada 2021 lalu hingga menimbulkan korban jiwa.
Sebagai antisipasi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mulai melakukan upaya mitigasi secara merinci. Pasalnya, revitalisasi sungai yang ada di Dusun Sambong sifatnya hanya perbaikan darurat.
Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu, Achmad Choirur Rochim, membenarkan jika potensi banjir bandang masih tinggi meski sudah dilakukan revitalisasi. ”Potensinya masih ada, tidak menutup kemungkinan bisa terjadi lagi (banjir bandang, red),” ungkap Rochim, Kamis (22/9/2022).
Nantinya, pihaknya akan meningkatkan pengawasan secara intens di semua titik rawan. Selain di Desa Bulukerto, ada sekitar 10 titik lain yang berpotensi terjadi banjir seperti Sungai Beru dan Sungai Paron hingga di kaeasan permukiman di Kelurahan Sisir dan Kelurahan Temas.
Tak hanya itu, Kota Batu juga dihantui potensi tanah longsor di 7 titik seperti di Desa Giripurno, Kelurahan Songgokerto dan Desa Gunungsari. Soal itu, BPBD sudah memasang 12 unit Early Warning System (EWS) di setiap lereng Gunung Arjuno.
Terpisah, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Batu Gatot Nugroho menegaskan bahwa tahun ini pihaknya kembali menambah jumlah unit EWS sebanyak 12 unit untuk mengantisipasi terjadinya bencana longsor tersebut.
Rinciannya, pada 2020 lalu menganggarkan 5 unit kemudian bertambah menjadi 10 unit pada tahun 2021, sedangkan untuk 2022 melakukan pemasangan 1 EWS dari BPBD Kota Batu dan 1 EWS bantuan dari BPBD Provinsi.
“Pemasangan tahun ini dilakukan di Dusun Celaket Desa Gunungsari dan satunya kami pasang di Desa Sumberejo. 1 unit EWS anggarannya sekitar Rp 106 juta.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A