MALANG – Jagad Twitter kembali digemparkan kejahatan seksual yang diungkapkan akun @jeehantz yang mengaku sebagai korban fetish mukena oknum fotografer. Ia bercerita jika kejadian tersebut saat ia ditawari menjadi model salah satu toko online GM.
Korban yang merasa dirugikan dalam kerja sama dengan oknum fotografer beberapa di antaranya mengaku sudah melapor ke polisi. Namun ketika dikonfirmasi ke Polresta Malang Kota, polisi belum menerima laporan itu.
“Kami belum terima laporan itu. Tapi kami siap untuk menerima laporannya, monggo laporan. Kalau kami tahu pasti kami akan datangi. Kami mohon berkenan untuk datang ke Polresta untuk mengadukan kejadian itu. Kami akan mendalami perkara tersebut dan bila itu tindak pidana, kita mengharapkan terungkap perkara itu,” ungkap Kasatreskrim Polresta Malang Kota, Kompol Tinton Yudho Riambodo, saat dikonfirmasi pada Jumat (20/08/2021).
Meski belum ada laporan, Satreskrim Polresta Malang Kota, bergerak cepat mengungkap kasus ini.
Seperti yang dituturkan akun @jeehantz, perempuan yang juga model dari salah satu kontes Pageant ini menceritakan jika toko online tersebut juga merupakan salah satu sponsor kontes Pageant yang ia ikuti. Sehingga, ia harus menjadi model produk toko online tersebut.
Namun, ada beberapa kejanggalan dalam foto produk yang diikuti para kontestan Pageant tersebut.
“Salah satu pemenang lain menemukan hal janggal yaitu peniti yang masih tersangkut di mukena bagian wajah. I mean, ini kan gift pemenang ya tapi kenapa diberi yang kurang proper? dan ternyata mukena tersebut ditemukan di shopee dengan keterangan preloved,” tuturnya.
Kemudian singkat cerita, ia mengatakan mulai mengenal pemilik toko online tersebut yang menurutnya adalah seorang perempuan berinisial R. Ia juga mendapatkan tawaran foto katalog produk-produk milik toko online tersebut. Namun, sang pemilik tidak memberikan keterangan berapa fee yang diperoleh dan langsung menentukan tanggal pengambilan foto.
“Tapi karena masih awal membangun karir pikirku cuma ‘berapapun aku dibayar, niatku cuman buat pengalaman, personal branding, dan bantu olshop ini berkembang’ tidak akan sedikitpun mempermasalahkan soal fee,” ungkapnya.
“Awalnya, beliau membuat grup yang beranggotakan para model dan forografer yang collab dengan produk GM. Disitu kami dijanjikan untuk foto di studio dan MUA tapi karna satu dan lain hal, tanggal berubah, photoshoot di cafe dan tanpa MUA,” sambungnya.
Lalu saat di hari pemotretan, ia bertemu dengan seorang laki-laki dan 2 orang perempuan. Laki-laki tersebut berinisial D dan mengaku sebagai lulusan Psikologi salah satu perguruan tinggi swasta besar dan ternama di Kota Malang. Namun, ia juga bercerita jika owner toko online tersebut tidak datang saat sesi pemotretan tersebut.
“Mas D ini lulusan psikolog perguruan tinggi swasta dan saat ini menyambi bekerja di pabrik milik juragan99, katanya. Kami sempat saling bercerita sembari menunggu giliran foto. Beliau orang yang sangat ramah dan menyenangkan meskipun sedikit selalu berdebat bahwa dia mengira aku Arab,” ucapnya.
“Dari gaya bicaranya, beliau seperti orang yang sangat berpengalaman dalam menggiring percakapan bahkan dia bisa mengenaliku sebagai mahasiswa HI sebelum aku memperkenalkan ntah beliau memang se-pandai itu atau sudah mencari tau track record mengenai aku,” imbuhnya.
Dan sesi pemotretan tersebut berjalan lancar dan berakhir pada siang hari karena ia harus mengikuti perkuliahan di kampusnya.
“Sesampainya di rumah, mbak R ternyata menghubungi aku mengucapkan terima kasih dengan bahasa yang sangat sopan dan terlihat sangat agamis,” tuturnya.
“Setelah photoshoot pertama, model lain sempat menanyakan soal fee ku dan keanehannya mengenai fee sehingga ketika beliau telat memberikan fee aku sudah ngga heran lagi,” tambahnya.
Meski demikian, hubungan yang dijalin korban dan pemilik toko online tersebut tetap berjalan baik dan seringkali berinteraksi di media sosial.
“Tidak hanya itu, aku menjalankan photoshoot berikutnya dengan produk GM sesuai yang sudah dijanjikan yaitu di studio dan MUA, GM juga sempat mensponsori lagi salah satu proker paguyuban kami,” jelasnya.
Kemudian, tiba-tiba suatu hari korban menemukan fakta bahwa R yang mengaku sebagai perempuan sekaligus owner toko online tersebut ternyata adalah seorang pria yang juga fotografer berinisial D yang sebelumnya memotret korban.
“Ditemukan juga twitter dimana akun tsb adalah OA fetish mukena sehingga foto kami digunakan sebagai bahan (ejakulasi) mereka. Tentu saja, semua postingannya sangat (menjijikkan) perempuan memakai mukena yang merecord hal-hal asusila seperti akun fetish pada umumnya,” ungkapnya.
“Disitu terdapat postingan hasil semua photoshoot kami para model GM beserta tag IG kami. Semenjak itu, paguyuban kami tidak lagi bekerjasama dengan GM. Begitupula aku, memutuskan untuk tidak lagi collab dengan GM,” sambungnya.
Mengetahui hal tersebut, beberapa model yang sudah kadung bekerja sama dengan toko online tersebut langsung menghubungi nomor atas nama R dan D itu untuk menghapus foto-foto mereka yang bernuansa fetish mukena di akun IG toko online dan akun fetish mukena tersebut, bukannya dihapus, malah kontak para model diblokir.
“Bagaimanapun kasus tersebut termasuk dalam pelecehan dan penyalahgunaan kerja sama. Sampai saat ini chatku nggak dibalas sama mas D, diblokir pun enggak. Aku masih bisa mengetahui ketika beliau online dan sengaja ngga merespon,” tuturnya.
“Sebenarnya masih ada beberapa kejanggalan yang aku rasakan. Pertama, hasil photoshoot tidak pernah dipost di feeds. Bagaimana mungkin beliau repot-repot membayar kami para model dan fotografer, menyiapkan studio dan MUA, tapi foto kami hanya dipost di snap yang lenyap setelah 24 jam? Selain itu, photoshoot menggunakan mukena yang sama di waktu yang berbeda. Dan masih banyak kejanggalan lainnya,” herannya.
Selain masalah foto, ternyata para model belum mendapatkan pembayaran yang sesuai dengan perjanjian di awal. Bahkan, ada model yang sudah 2 tahun bekerja sama dan belum dilunasi.
“Buat perempuan di luar sana, hatihati ya! Jangan mau dijadikan bahan fantasi. Kamu tuh berharga! Kalau ada yang kurang ajar, dilawan. Aku sadar kemarin terlalu ceroboh nerima job sana sini tanpa banyak pertimbangan. Semoga kalian bisa mengambil hikmahnya,” pungkasnya.
Reporter Rizal Adhi Pratama
Editor: Sujatmiko