MALANG – Program Gender Equality Academy (GEA) yang digagas Komunitas Averroes Malang terus berlanjut.
Program untuk memperkuat partisipasi perempuan di ranah publik itu kini menguatkan para peserta dari aspek leadership (kepemimpinan) dan public speaking. Penguatan itu diwujudkan dalam bentuk workshop yang dihelat pada Sabtu (13/2/2021).
Dalam workshop itu, peserta diberi tugas merancang materi kampanye terkait isu gender dalam berbagai format media mulai podcast, dialog publik hingga talkshow.
Fasilitator Tim Pelaksana GEA, Urin Laila Sa’adah menuturkan, kemampuan public speaking dari para pegiat gender cukup penting. Karena isu gender juga artinya harus memasyarakat, sehingga kesadaran gender bisa meluas.

”Jadi nanti kalau mengadvokasi biaa kuat. Sebab itu penting bahwa cara publikasi dan sosialisasi isu gender yang baik perlu dibangun sehingga isu-isu kesetaraan gender bisa disampaikan dan diterima khalayak dengan baik pula,” terang dia.
Laila melanjutkan, ada beragam format kegiatan kali ini. Mulai merancang kampanye, membuat video perkenalan diri hingga menyampaikan pandangan masing-masing peserta terhadap isu kesetaraan gender disekitarnya.
Selain itu, peserta juga mengikuti diskusi bertajuk ‘Kiprah dan Kepemimpinan Perempuan di Ruang Publik’. Panelisnya pun kredibel. Mereka adalah Hanik Dwi Martya, perempuan yang menjadi Kepala Desa Tunjungtirto, Karangploso. Lalu juga ada aktivis perempuan yang sudah malang melintang di Malang Raya yakni Happy Budi Febriasih.
Mereka bicara banyak hal soal perjalanan hidup dan kiprah mereka sebagai perempuan di ranah pendidikan, organisasi, keluarga, karier dan ruang publik.
”Diharapkan, peserta dapat belajar banyak dari hidup dan pengalaman mereka bagaimana menjadi seorang perempuan yang juga punya hak untuk mengakses ranah publik,” tambah dia.
Seperti diketahui, Program GEA merupakan hasil kerjasama Komunitas Averroes dengan Kedutaan Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste. Berupaya untuk terus mengarusutamakan gender di berbagai isu publik. Mengingat representasi dan partisipasi perempuan di ruang publik masih jauh dari harapan.
Peserta GEA sendiri datang dari beragam kalangan. Mulai aktivis, mahasiswa hinggga masyarakay umum. Sebut saja PC Fatayat NU, Suara Perempuan Desa Kota Batu, Yayasan Paramitra, Forum Anak, Nasyaatul Aidyah, Imawati dan masih banyak lagi.
Dari pertemuan individu beragam latar belakang itu diharapkan menemukan pola pengarusutamaan gender seperti apa yang efektif dilakukan nantinya. Tentu dengan mempertimbangkan banyak hal dan tantangan sesuai semangat zaman.
Diharapkan dari GEA ini lahir semangat kolaborasi dan saling menguatkan antar berbagai elemen masyarakat. Sehingga tidak terkesan parsial atau bergerak sendiri-sendiri.