MALANG, Tugumalang.id – Rektor Universitas Islam Malang (Unisma), Prof Dr Maskuri MSi berpesan agar mahasiswa inbound program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) mampu menjadi duta. Tak hanya sebagai duta harmoni, melainkan duta toleran akan keberagaman dimanapun berada.
“Mahasiswa inbound harus menjadi duta. Duta harmoni, duta toleran akan sikap-sikap moderat di tengah peradaban dan bisa memposisikan diri sebagai orang yang bersikap proporsional dimanapun berada,” kata dia.

Arahan itu disampaikan Maskuri dalam kegiatan Penutupan Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Universitas Islam Malang di Gedung Bundar, Selasa (24/1/2023). Penutupan yang berlangsung semarak ini mengusung tema ‘Bertukar Sementara Bermakna Selamanya’.
Menurut Maskuri, PMM ini menekankan banyak hal. Diantaranya, membangun karakter leadership yang tidak sekedar dibentuk oleh potensi tapi juga faktor-faktor eksternal seperti pertemanan dan lingkungan.
“Maka menyatukan potensi internal dan faktor eksternal ini menjadi sebuah kunci. Karena kedepan adalah yang kompetisi yang harus dipahami oleh mahasiswa. Unisma, kini dalam rangka membangun mindset dan culture set mereka supaya menjadi warga yang baik di tengah kebhinekaan,” terangnya.

Selain itu, PMM juga mengembangkan intelektualitas dari sisi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terlebih, Unisma juga menjadi perguruan tinggi yang membawa misi moderasi beragama.
“Di dalamnya juga ada aksi nyata yang ketika ada acara bisa mempererat tali persaudaraan lintas perguruan tinggi. Betapa indahnya program strategis ini dalam rangka memberikan pengalaman nyata,” sambungnya.
Wakil Rektor 1 Unisma, Prof Junaidi menambahkan bahwa pelaksanaan PMM semester gasal tahun akademik 2022/2023 cukup berbeda dari tahun sebelumnya yang masih diterpa pandemi COVID-19.

“Peserta PMM tahun 2022 ini dilaksanakan secara full luring selama satu semester penuh, berbeda dengan PMM tahun 2021 yang kala itu diselenggarakan luring sebentar lalu selebihnya daring,” terangnya.
Jumlah keseluruhan ada 80 peserta. Terdiri dari 75 mahasiswa PMM dari 36 perguruan tinggi seluruh nusantra dan 5 mahasiswa Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) asal Universitas Abdurrab Pekanbaru, Riau.
Sedangkan, 75 mahasiswa itu tersebar di 20 prodi Unisma. “Sehingga ini insyaallah sudah menggambarkan Indonesia kecil karena semua suku, ras, budaya sudah terwakili,” lanjutnya.
Diketahui, selama menempuh program PMM di Unisma sejak bulan September 2022, puluhan mahasiswa inbound itu menempuh maksimal 20 SKS. Sedikitnya, mereka dibimbing oleh 4 dosen pendamping modul nusantara.
Pada prakteknya, dalam modul nusantara mereka diajak untuk saling mengeksplor kebudayaannya masing-masing. Termasuk yang ada di Malang Raya.

Outputnya, akan menghasilkan beberapa luaran yang notabene bermanfaat dan berdampak pada masyarakat. Salah satunya, peluncuran buku mahasiswa PMM berjudul ‘Melestarikan Budaya Nusantara’ yang dilaunching di sela-sela agenda penutupan.
Puluhan mahasiswa PMM itu juga nampak antusias mengikuti rangkaian penutupan yang akan menjadi puncak berakhirnya program PMM Unisma.
Sebab itu, mahasiswa inbound juga turuti menyemarakan kegiatan dengan mengenakan pakaian adat masing-masing daerah asal mereka. Berbagai aksi kesenian daerah juga disuguhkan di panggung PMM tersebut.
Tak berhenti disitu, Gus Azmi bersama grup sholawat Syubbanul Muslimin dari Pondok Pesantren Nurul Qodim Kalikajar Paiton, Probolinggo juga turut memeriahkan penutupan PMM Unisma.
Reporter: Feni Yusnia
editor: jatmiko