Kota Batu, Tugumalang.id – 302 mata air yang teridentifikasi eksis di Kota Batu, Jawa Timur ternyata banyak di antaranya telah mengalami penurunan kualitas. Temuan ini bermula dari hasil ekspeSabdisi masyarakat pelestari lingkungan hidup yang tergabung dalam Gerakan Kesadaran Terlibat dan Sapu Bersih Sampah Nyemplung Kali (Sabers Pungli).
Penurunan kualitas yang dimaksud menurut Ketua Koordinator Ekspedisi Mata Air Doddy Eko Wahyudi bermasalah dalam aspek kelestarian. Seperti penurunan debit air dari waktu ke waktu, pencemaran hingga masalah lahan hijau sebagai daerah tangkapan air di sekitarnya berkurang.
Hanya saja, kalau secara jumlah, dirinya belum bisa memastikan. Untuk menuju ke situ, perlu waktu mengambil kesimpulan.
”Tapi kalau bisa digambarkan, hampir semua mata air di Kelurahan Temas, Sisir, Ngaglik ada masalah soal kelestarian,” jelasnya, Minggu (25/8/2024).
Doddy menerangkan, pencegahan terpenting yakni terletak pada menjaga area lahan hijau sebagai daerah tangkapan air. Soal ini, pihaknya mengaku sudah menyampaikan surat rekomendasi kepada pemangku kebijakan terkait.
Baca Juga: Masyarakat Pelestari Lingkungan Identifikasi 302 Mata Air di Kota Batu
Data hasil ekspedisi tersebut semakin melengkapi data mata air di Kota Batu yang telah terdokumentasi dalam Buku Inventarisasi Sumber Mata Air Wilayah Perhutani KPH Malang, cetakan ke-3 Tahun 2016.
Jumlah mata air tersebar baik di seluruh kawasan desa dan kelurahan, termasuk di kawasan hutan dengan berbagai nama lokal. Temuan jumlah itu lebih banyak dari data yang disampaikan Pemkot Batu selama ini yang hanya mendata sebanyak 157 mata air.
”Jumlah tersebut masih belum termasuk di 2 desa dan kelurahan yang belum disurvei seperti di Desa Oro-Oro Ombo dan Kelurahan Pesanggrahan,” ujar Doddy,
Diketahui, kegiatan ekspedisi ini dilakukan sejak Oktober 2022 hingga Mei 2024. Dalam ekspedisi ini melibatkan relawan masyarakat dan perwakilan instansi Perum Jasa Tirta I, BBWS Brantas, TNI, Polri, PUPR, DLH, BPBD, dan PDAM Kota Batu.
Sejauh ini, sembari menunggu kebijakan pemerintah terkait, pihaknya bersama PJT I tengah berproses melakukan pemasangan sumur resapan atau pipa biopori. Pihaknya telah mendapatkan hibah 250 pipa biopori yang dilakukan pemasangan di sekolah, kantor/instansi, dan pemukiman masyarakat.
Tak hanya itu, upaya mempertahankan kondisi mata air di kota Batu baik secara kuantitas maupun kualitas air, pihaknya juga berkoordinasi dengan BBWS Brantas. ”Kami harap data ini tidak hanya jadi data tumpukan, tapi juga aksi untuk menyelamatkan air itu sendiri,” tegasnya.
Baca Juga: Menjawab Permasalahan Sumber Mata Air Pemkot dan Pemkab Malang di Penghujung Tahun 2022
Hal senada dikatakan Koordinator Pokja Diklat dan Pemberdayaan Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI) Jatimm Bayu Sakti berharap upaya pelestarian mata air dapat dimasifkan ke depannya.
”Tak hanya di titik mata air saja dan sekitarnya, ada juga daerah tangkapan atau imbuhan yang perlu dilestarikan, seperti daerah yang menjadi asal-usul air yang muncul di titik mata air karena itu juga jadi faktor utama lestarinya mata air,” ungkap Bayu.
Upaya pelestarian yang dapat dilakukan seperti menjaga kestabilan tanah, fungsi hutan dan lahan agar sesuai peran alaminya, mengurangi erosi dan kesuburan tanah. Menurut dia, penggunaan air tanah secara berlebihan juga dapat mengancam keberadaan mata air.
“Jangan sampai elevasi muka air tanah berada di bawah elevasi titik mata air, sehingga mata air dapat terus memunculkan air,” pesannya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter : M Ulul Azmy
editor: jatmiko