MALANG – Meredanya pandemi COVID-19 membuat berbagai event serta karnaval kembali digelar tak hanya di Kabupaten Malang bahkan secara nasional. Berkahnya, perajin kostum kembali banjir pesanan. Salah satu perajin kostum yang dibanjiri pesanan adalah Fitrah Firmansyah (42), warga Desa Gondanglegi Kulon, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang.
Sejak Juli-September 2022 ini Fitrah mengaku telah meraup omzet sebesar Rp75 juta. Padahal saat pandemi COVID-19 lalu, pesanan yang ia terima merosot dari biasanya.
“Waktu pandemi pesanan ada, tapi nggak banyak. Sempat gulung koming (kesusahan). Setelah pandemi ini alhamdulillah,” katanya.
Ia sempat berinisiatif membuka warung kopi, namun hanya bertahan sebentar sebelum akhirnya gulung tikar.
Fitrah menekuni pembuatan kostum ini sejak tahun 2016. Hasil karyanya yang cantik dan unik membuatnya selalu dicari para peserta karnaval dan cosplay. Ia sendiri kerap mengikuti lomba-lomba sehingga karyanya makin dikenal banyak orang. Selama ini, ia pernah membuat kostum dan mengirimnya ke Papua, Kalimantan, hingga Sumatera.
“Awalnya buat kostum untuk karnaval di sini. Lalu saya ikut lomba cosplay karakter manga Jepang. Alhamdulillah sering dapat juara,” kenang Fitrah.
Kirim Kostum ke Manca Negara
Bahkan bakatnya juga diakui hingga manca negara. Fitrah pernah membuat kostum dan mengirimnya ke enam negara, di antaranya Australia, Polandia, Brunei, Singapura, Malaysia, dan Belgia.
Setiap tahunnya Fitrah kebanjiran pesanan, khususnya di bulan Juli-November saat karnaval dan berbagai event marak digelar. Sebelum pandemi COVID-19, ia bisa meraup omzet lebih dari Rp150 juta selama lima bulan tersebut dari penyewaan dan pembuatan kostum.
Untuk sewa kostum, Fitrah mematok harga Rp200 ribu hingga Rp2 juta. Sedangkan untuk pemesanan kostum, harga bisa bervariasi tergantung desain, bahan, dan ukuran.
Pemesanan kostum dari luar negeri biasanya berukuran sekitar 2-2,5 meter dan membutuhkan waktu lebih dari satu bulan untuk pembuatannya. Untuk itu, dia berani mematok harga sampai Rp17 juta.
Ia pun tak memikirkan harga pasaran yang ditetapkan orang lain. Menurutnya, rezeki sudah ada yang mengatur. Usaha ini pun ia jalankan untuk memberdayakan anak-anak muda di desanya.
“Kalau orang mau (pesan) ke sini, ya silakan. Tapi harganya ya segitu,” ujarnya.
Reporter: Aisyah Nawangsari
Editor: Herlianto. A