BATU, Tugumalang.id – Pasar Benih Ikan Kali Mawar yang ada di Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu bisa jadi alternatif destinasi lain. Khususnya jika ingin mencari oleh-oleh berbagai macam ikan hias. Namun kini, nasibnya terkesan terbengkalai.
Pasar benih ikan ini juga satu lokasi dengan pusat budidaya Ikan Tombro khas Punten dan Ikan Nila di bawah naungan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu. Selain di Kali Mawar, tempat serupa juga ada di Desa Pendem yang sudah dibangun sejak sekitar 5-7 tahun yang lalu.
Namun entah kenapa, gaung destinasi wisata ini di kalangan wisatawan atau pengunjung hampir tidak terdengar sama sekali. Saat reporter berkunjung ke sana pada Minggu (22/1/2023), dari 14 kios penjual ikan yang ada, hanya 1 kios yang buka.
Pemilik kios ‘Iki Ae Koi’ yang tetap bertahan buka itu adalah Untung (48). Menurut dia, hampir setiap hari sejak Untung berdagang di sana 8 bulan lalu sepi pengunjung. Ikan jualannya praktis hanya bisa laku lewat penjualan online.
Pria asal Desa Punten, Kota Batu itu mengakui jika Pasar Ikan Kali Mawar tidak seperti pasar-pasar ikan lainnya. Dia sendiri hingga kini tidak tahu karena apa.
”Padahal kalau promosi ya sudah ada, tapi mungkin kurang gencar. Di google maps juga sudah ada koordinatnya,” kata
Situasi itu juga, jelas dia, yang mungkin melatarbelakangi pedagang lain untuk tidak aktif berdagang setiap hari. Pasalnya, mereka tidak bisa mengandalkan pemasukan harian dari sana saja.
Akhirnya, para pedagang ini juga mencari pekerjaan sampingan lainnya yang juga membuahkan hasil. Selain itu, kebanyakan pedagang memilih memasarkan ikan hias mereka lewat media sosial.
“Ada yang jualan di marketplace, di instagram dan grup-grup whatsapp. Ya mau gak mau harus gitu. Kalau ngandalin jual offline disini ya tekor nanti,” ujarnya.
Untung sendiri juga menjadi salah satu pedagang yang tidak berjualan setiap hari. Kebetulan saat itu, dia sedang mengontrol kesehatan ikan-ikannya. Dia sendiri menjual berbagai jenis ikan Koi. Mulai Koi jenis Sanke, Showa, Midori, Shiro dan lain-lainnya.
”Kalau range harga ya berkisar dari Rp 50 ribu tergantung dari corak warna dan jenisnya. Kalau paling mahal ya bisa sampai Rp 1,5 juta. Tapi paling banyak disini ya jenis ikan hias rumahan,” bebernya.
Sejauh ini di tempat ini masih belum menjual atau menyedialan ikan Koi jenis Grade A atau Champion. Karena memang potensi pendapatannya yang tidak bisa diandalkan dari sisi pengunjung.
”Harapannya ya Dinas Pertanian bisa kembali menggenjot promosi tempat ini. Biar jadi ramai lagi dan mengangkat perekonomian di sini,. Seperti di Blitar itu kan ramai pasar ikannya,” harapnya.
Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko