MALANG – Tabloid berbau aktivitas politik Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, yang diedarkan di masjid di Kota Malang menimbulkan kontroversi. Terlebih, takmir masjid menyatakan bahwa penyebaran tabloid itu dilakukan secara ilegal atau tanpa sepengetahuan pihak takmir.
Tabloid 12 halaman berjudul “Mengapa Harus Anies?” itu, diduga telah diedarkan ke jemaah masjid usai salat Jumat pada 16 September 2022 lalu. Berbagai capaian dan prestasi Anies Baswedan disampaikan lewat tabloid itu.
Mulai dari kepemimpinan, keberpihakan, kesederhanaan, deretan prestasi dan penghargaan, rekam jejak, rekor, gerakan, pendapat positif soal Anies hingga soal deklarasi Anies Baswedan untuk Presiden 2024.
Pakar Politik dari Universitas Brawijaya, Wawan Sobari, mengatakan bahwa pencitraan seorang tokoh sudah menjadi hal yang biasa di Indonesia. Namun dia mengatakan, masalahnya ada di pencitraan berbau politik yang dilakukan di tempat ibadah muslim.
“Yang jadi kontroversi ini disebarkan di masjid. Jadi seolah-olah Anies itu dibuat dekat dengan kalangan muslim,” ucapnya, Selasa (20/9/2022).
Menurutnya, tokoh Islam modernis memang terbukti mendapatkan dukungan besar di wilayah Kota Malang. Untuk itu, dia menduga bahwa simpatisan Anies Baswedan berusaha membangun pencitraan yang menyasar kalangan Islam modernis di Kota Malang.
“Jadi Anies Baswedan itu pencitraannya dari kalangan Islam modernis. Karena sekarang beliau melihat seseorang sebagai Islam modernis. Kalau di masjid dianggap sebagai sesuatu yang tepat, tapi isi (tabloid)nya kurang tepat. Karena isinya lebih banyak tentang politik,” ungkapnya.
Dia menilai, pencitraan di lingkungan tempat ibadah itu merupakan sebuah politik identitas. Di mana, sasarannya adalah kalangan muslim. Namun dia mengatakan, politik identitas sejatinya justru bisa merugikan.
“Tabloid disebarkan di masjid itu merugikan Anies karena itu hanya mewakili kalangan Islam. Apalagi kalau nanti dibuat cap-capan seperti dulu dikatakan kadrun, itu lebih susah lagi. Ini yang tidak sehat dalam demokrasi,” ujarnya.
Menurutnya, politik yang ideal itu mengedepankan gagasan yang tertuang dalam program-program dan diimplementasikan secara nyata. Selain itu juga tidak memanfaatkan etnis maupun agama. Sebab Indonesia adalah negara dengan masyarakat yang beragam.
Namun menurutnya, soal pemilu 2024 masih terlalu jauh untuk dibicarakan. Terlebih, Anies Baswedan juga belum diresmikan menjadi salah satu calon peserta Pemilu presiden 2024.
“Anies Baswedan saat ini belum punya tim formal, dicalonkan saja belum. Partai pengusungnya pun juga belum jelas. Saya sih menganggap itu adalah aksi dari simpatisan,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A