MALANG – Pemandian Wendit yang terletak di Desa Mangliawan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang selain memiliki beragam kolam untuk dinikmati. Di sana juga terdapat sekelompok monyet yang hidup bebas dan tidak dipelihara siapapun.
Mereka mencari makan sendiri dan terkadang mendapatkan makanan dari pengunjung yang hendak berpiknik di sana.
Namun, pernahkah terpikirkan dari manakah monyet-monyet ini berasal, karena mengingat di sekitar sana dipenuhi rumah-rumah warga dan hanya di daerah situ saja terdapat gerombolan monyet tersebut.
Kepala Desa Mangliawan, Suprapto, mengatakan jika monyet-monyet di sana dipercaya sedang menjaga mata air di pemandian Wendit.
“Monyet-monyet ini dipercaya sebagai utusan dari kerajaan di Tengger untuk melindungi sumber mata air,” ungkapnya saat diwawancarai beberapa waktu lalu.
Sumber mata air Wendit sendiri dipercaya sebagai mata air keramat yang menjadi favorit raja-raja Majapahit, salah satunya Raja Hayam Wuruk yang memimpin masa kejayaan Majapahit.
Menurut cerita para tetua Desa Mangliawan, nama Wendit sendiri sebenarnya diambil dari nama ‘Pendito’ atau artinya Pendeta.
“Para tetua desa dulu pernah bercerita kalau dulu Desa Mangliawan pernah terjadi kekeringan karena pergeseran Gunung Widodaren,” tutur Suprapto.
Di tengah kekeringan tersebut, datang seorang pendeta tak dikenal untuk melangsungkan pertapaan.
“Di tengah pertapaannya, tiba-tiba muncul sumber mata air. Karena sumber mata air tersebut membuat Desa Mangliawan kembali subur,” ujarnya.
Warga yang menyaksikan hal tersebut mempercayai jika pertapa tersebut bukanlah orang biasa.
“Pertapa tersebut dipercaya warga merupakan anak dari Bupati Malang kedua, namun ia tidak ingin meneruskan pemerintah ayahnya dan memilih menjadi pertapa,” ujarnya.
“Sementara monyet-monyet yang ada di sekitar pemandian Wendit dipercaya juga merupakan jelmaan pasukan Majapahit dan pengikut pendeta tersebut,” sambungnya.
Oleh karena itu, meskipun merupakan monyet liar, monyet-monyet tersebut tidak pernah menyerang warga.
“Sejak saya masih kecil, monyet tersebut tidak pernah menyerang warga, jumlahnya juga tidak pernah berubah,” pungkasnya.