BATU, Tugumalang.id – Rencana Pemerintah Kota Batu menyiapkan aplikasi informasi villa menjadi langkah yang ditunggu-tunggu warga, khususnya di kawasan Songgoriti. Aplikasi ini menjadi solusi agar kawasan wisata legendaris itu kembali berjaya.
Dengan adanya aplikasi pendukung tersebut akan semakin memudahkan wisatawan untuk memilih alternatif penginapan, selain di hotel. Tak hanya itu, wisatawan juga dimudahkan karena bisa memesan villa dalam satu genggaman (gadget, red).
Ketua Paguyuban Villa Songgoriti, Indra Tri Ariyono menyambut baik rencana itu. Bahkan, langkah kongkrit seperti itulah yang ditunggu-tunggu warga dan pengusaha villa.
”Terus terang, rencana aplikasi info villa itu adalah rencana yang sudah kami tunggu-tunggu. Semoga bisa segera direalisasikan,” ungkap Indra kepada tugumalang.id, Minggu (19/2/2023).
Hanya saja, sejak wacana itu bergulir, sambung Indra, hingga saat ini belum ada pertemuan dan komunikasi lebih lanjut dengan dinas terkait. Sebab itu, pihaknya sendiri juga belum bisa berkomentar lebih jauh.
Terpenting, kehadiran aplikasi itu tidak serta merta menghilangkan kearifan lokal yang sudah ada. Misal, seperti jasa ojek villa atau pramuwisata yang membuat kawasan tersebut dikenal.
”Dimana itu sudah menjadi kearifan lokal dan ciri khas tersendiri dari Songgoriti sendiri. Tapi saya kira misal nanti memang ada aplikasi itu mereka masih bisa tetap aktif,” timpalnya.
Meredupnya popularitas Songgoriti sendiri memang diakui disebabkan faktor perkembangan zaman. Para pengusaha villa hingga saat ini masih tetap bertahan dengan teknik promosi gaya lama. Yakni dengan mencegat pengendara yang lewat dan lalu mengejarnya untuk menawarkan jasa penginapan on the road (sambil berkendara, red).
Teknik ini bahkan di mata masyarakat Malang Raya menjadi bahan perbincangan karena menjadi ciri khas warga kawasan Songgoriti. ”Villa villa villa,” begitu kata mereka sembari mengendarai motor menjejeri pengendara.
Beberapa memilih nongkrong di depan villa mereka atau di gang-gang untuk menawarkan villa atau kamar kepada pengendara yang lewat. Namun perkembangan zaman membuat mereka mau tidak mau dituntut beradaptasi.
Terlebih, jumlah penyedia villa di Kota Batu semakin menjamur. Tidak lagi terpusat di Songgoriti. Mereka dihadapkan dengan strategi perang harga yang ditabuh pengusaha hotel hingga vendor aplikasi penyedia jasa penginapan.
Indra menjelaskan persaingan harga dengan hotel-hotel sekitar. Misal, ketika harga tertinggi villa-villa di Songgoriti mencapai Rp 150 ribu, tapi hotel-hotel menawarkan promo hingga Rp 200 ribu.
Jawabnya, sudah jelas pengusaha villa akan kalah secara fasilitas. Dalam situasi ini, pengusaha merasakan dilema karena mereka juga menghadapi persoalan biaya operasional villa yang tinggi.
”Mau atau tidak, kita memang kalah saing dengan hotel-hotel dan vendor penginapan dengan strategi perang atau banting harga habis-habisan. Disitulah kami angkat tangan,” paparnya.
Hanya saja, sebagian besar masyarakat masih tetap memilih bertahan dengan kondisi yang ada. Total ada 324 villa di Songgoriti yang masih beroperasi hingga saat ini. Hanya saja, tingkat okupansinya memang mulai meredup dari tahun ke tahun.
”Saat ini di akhir pekan tingkat okupansi kita mentok sampai 60-70 persen. Kalau dulu di masa kejayaan kami ya bisa sampai 100 persen lebih,” tuturnya.
Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko