Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia di Perumahan Joyogrand, tepatnya Rukun Warga (RW 09) Kelurahan Merjosari, berlangsung meriah dan penuh semangat kebangsaan, pada Sabtu (17/8/2024).
Upacara peringatan yang diselenggarakan di Lapangan Balai RW 09 pada Sabtu pagi, 17 Agustus 2024, dipimpin Ketua RW 09, Wahyu Rendra P, sebagai inspektur upacara.
Peringatan tahun ini tetap mengusung tema besar nasional “Nusantara Baru Indonesia Maju” terasa semakin istimewa ketika dihadirkan sub tema lokal “Maju Berguru pada Pejuang Pendahulu”. Sub tema dituang dalam sebuah kemasan fragmen perjuangan yang menampilkan kisah heroik Mayor Hamid Rusdi.

Mayor Hamid Rusdi, seorang pejuang asal Malang, memainkan peran penting dalam menumpas PKI pada tahun 1948 di Donomulyo dan merebut kemerdekaan di daerah Malang. Sajian fragmen perjuangannya menjadi puncak upacara yang paling dinantikan, disutradarai Dohir “Sindu” Herliato dengan penata artistik Mohamad Irwan Aka dan penata kostum Novie Kusumawati serta KD Hastuti. Melibatkan 75 orang, pementasan ini menggambarkan momen-momen heroik dan pengorbanan Mayor Hamid Rusdi.

Persiapan untuk fragmen ini telah dimulai sejak tiga minggu sebelumnya. Dohir “Sindu” Herliato, sang sutradara, mengungkapkan bahwa proses persiapan yang tidak terlalu panjang menjadi kesulitan tersendiri untuk melakukan penelitian mendalam tentang sejarah Mayor Hamid Rusdi serta dibutuhkan strategi khusus untuk latihan intensif bagi para pemain.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap adegan mencerminkan semangat dan keberanian Mayor Hamid Rusdi dengan sebaik-baiknya,” ujar Sindu.
Pria berambut gondrong ini mencoba menyusun cerita dalam treatmen yang dimulai pada tahun 1947, Mas Susanto, komandan TRIP, memprediksi akan terjadi agresi militer Belanda sehingga strategi perlawanan di Kota Malang dibagi menjadi tiga sektor: timur di Rampal, tengah di Kayu Tangan, dan barat di Jl. Ijen. Bulan Juli, pertempuran antara TRIP yang dipimpin oleh Mas Susanto melawan pasukan Belanda terjadi di Jl. Salak Kota Malang, mengakibatkan banyak anggota TRIP gugur.
Tahun 1948, Hamid Rusdi menyusun strategi gerilya dengan penyampaian informasi secara estafet dan menggunakan surat pantat untuk pesan penting. Tahun 1949, setelah mengetahui adanya mata-mata Belanda di kalangan mereka, Hamid Rusdi memimpin GRK (Gerakan Rakyat Kota) yang di dalamnya juga ada Sapta Srikandi telik sandi yang menyusup sebagai pedagang dan lain sebagainya untuk mengelabuhi para penjajah.
Saat tersebut Mayor Hamid Rusdi mencetuskan bahasa walikan untuk merahasiakan strategi dari mata-mata tersebut. Dalam sebuah pertempuran, Hamid Rusdi tertembak dan menemui ajalnya setelah menyampaikan pesan terakhir kepada istrinya.

Sementara itu, Mohamad Irwan AKA selaku penata artistik, telah berusaha menciptakan setting yang autentik dan detail agar penonton dapat merasakan atmosfer perjuangan pada masa itu. Setiap properti dan kostum dipilih dengan cermat untuk mendukung keaslian cerita.
Penampilan para pemain, juga patut diacungi jempol. Dengan latihan yang terbatas, mereka mampu menampilkan adegan-adegan yang menegangkan dan penuh emosi. Novie Kusumawati dan KD Hastuti sebagai penata kostum berperan penting dalam memastikan setiap pemain tampil dengan kostum yang sesuai dengan era perjuangan.
Warga menunjukkan antusiasme luar biasa terhadap acara ini. Sejak pagi, lapangan Balai RW dipenuhi oleh warga dari berbagai kalangan. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa tampak bersemangat mengikuti upacara dengan kostum dan atribut bernuansa perjuangan. Ibu Cicik, yang berperan sebagai salah satu tokoh “Sapta Srikandi,” mengungkapkan kebanggaannya.
“Saya sangat terharu dan bangga menjadi bagian dari fragmen ini, sampai-sampai saya tidak bisa berkata-kata dan meneteskan air mata. Melihat bagaimana kami bersama anak-anak bisa menampilkan kisah perjuangan pahlawan dengan baik. Semoga acara seperti ini bisa terus diadakan setiap tahun,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Selain itu, Cahyadi Fahmi, yang berperan sebagai pasukan Belanda, juga sangat terkesan dengan pementasan fragmen tersebut.
“Saya melihat semangat perjuangan yang tidak pernah padam di wajah-wajah generasi muda kita. Ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus menjaga dan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif,” katanya.

Rangkaian acara peringatan diakhiri dengan doa, pawai keliling kampung, dan makan bersama seluruh warga yang hadir. Ketua RW 09, Wahyu, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi, dan mengingatkan pentingnya meneruskan semangat perjuangan pahlawan untuk membangun Indonesia sesuai tema nasional “Nusantara Baru Indonesia Maju.”
Acara ini tidak hanya mengenang jasa pahlawan tetapi juga mempererat silaturahmi antar warga, mencerminkan semangat gotong-royong dan kebersamaan. Dengan berakhirnya acara, seluruh warga pulang dengan semangat baru untuk belajar dari sejarah dan berkontribusi dalam memajukan Indonesia.
Semoga semangat kebangsaan ini terus hidup dan menginspirasi generasi mendatang. Mari terus dijaga dan dirawat semangat ini demi kemajuan Indonesia yang lebih gemilang.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Bryna Callista (Himkomunika-Uniga)
editor: jatmiko