SUMARMI namanya. Usianya 60-an, tapi masih tampak energik dalam melayani pesanan penghobi jeroan di warungnya. Tiap malam, selalu saja ada antrean panjang di warungnya yang terletak di Jalan Puntodewo 1A, Polehan, Kota Malang ini.
Di dunia kuliner, Sumarmi punya nama panggung sendiri, yaitu Mami. Warungnya sendiri dikenal dengan nama Warung Mami Cukam. Dari yang dulu hanya dikenal warga sekitar, sampai kini jadi jujugan wisatawan luar kota, baik kalangan lawas maupun milenial.
Saya yang dulunya hanya sekedar mampir sampai akhirnya bisa kenal si empunya. Kira-kira waktu itu tahun 2019, saya yang niatnya wawancara, tanpa ingin mengganggu waktu kerjanya malah disuruh mampir ke rumahnya.
”Sik entenono duwur, le. Ngobrol ndek omah ae. Iki tak marikno dodolan diluk,” kata Mami yang artinya intinya dia ingin meluangkan waktu untuk ngobrol santai di rumahnya. ”Lho mriki mawon mboten nopo,” kataku. ”Wis ndek omah ae,” sergahnya.
Saya pun dipersilahkan masuk kerumahnya yang ada di lantai 2 warung. Di sana, saya dipersilahkan duduk oleh suaminya. 10 menit menunggu, saya dijamu teh hangat manis. ”Sepurane suwe, mari ngedoli langganan. Kadang mereka gak gelem lek gak tak doli,” ujarnya baru datang sembari duduk di hadapan saya.
Sekian waktu, wawancara berjalan lempeng dan malah jadi ngobrol. Kebetulan, Mami juga orangnya supel dan suka bercerita. Rekaman wawancara saya saja waktu itu sampai hampir 1 jam. ”Wah, bakal transkrip panjang lebar nih,” gumamku.
Singkat cerita, inti dari obrolan kami paling panjang adalah soal konsep awal dia mulai berdagang nasi campur ini sejak 1985, waktu dia masih umur 26 tahun. Kini dia sudah berusia 62 tahun. Modal awal hanya Rp 8.000 waktu itu. Intinya, dia meniatkan usaha itu juga untuk beribadah.
Seporsi nasi penjara dibandrol dengan harga sangat murah. Hanya Rp 100 berisi nasi porsi banyak, sayur mayur kacang panjang, mie dan tempe tahu. Isian nasi bungkus seperti ini ibarat hidup di penjara yang makan dengan lauk seadanya.
”Rata-rata pembeliku dulu anak embongan (jalanan), ngamen, nyemir sepatu, jualan koran, tukang becak. Nama sego penjara itu ya orang-orang sendiri yang bikin karena mungkin sepi, gak punya uang tapi tetap harus makan,” kisah Mami.
Waktu itu, Mami berjualan di blok Jodipan Wetan, sebelum kemudian pindah ke perempatan Cukam, tempat warung ini kemudian mencapai masa jaya dikenal orang dari berbagai macam latar belakang.
Sebelumnya, warung Mami hanya dikenal oleh orang sekitaran sana, yang rata-rata berkehidupan ala preman. Mulai mabuk, berjudi hingga pekerja seks komersial. ”Dulu kawasan sini orang luar jarang ada yang mau lewat sini,” ungkapnya.
Meski begitu, Mami tetap telaten melakoni usaha semi ibadah itu. Tak jarang dirinya menggratiskan banyak orang pelanggannya yang memang memiliki latar belakang ekonomi susah. ”Datang-datang mabuk, pesen makan tapi gak bawa uang. Tapi aku biarkan dan kusuruh bayar di akhirat,” ujarnya terkekeh.
Namun di balik suka duka itu Mami memaknainya dengan santai-santai saja. Seperti prinsip hidupnya yang lebih menekankan makna persaudaraan antar sesama manusia. Silaturahmi. Tanpa sekat, tanpa status kelas sosial.
Hampir semua jenis orang pernah ditemuinya. Tak jarang pula dia melayani para pembeli sembari memberi bumbu-bumbu nasehat seperti halnya orang tua pada anaknya. Dari situ pula kemudian para pelanggannya merasa memiliki kedekatan spiritual dengan warung ini.
Sego Penjara adalah kuliner nasi campur yang sebenarnya bisa ditemui dimana-mana. Lebih pada masakan khas Jawa yang biasa dimasak sehari-hari di rumah. Tapi khusus untuk makanan kampungan satu ini, beda. Ada keunikan dan cita rasa tersendiri begitu anda menyendokkan sesuapnya ke mulut anda.
Komponen dalam sepiring nasi campur penjara ini sederhana saja, seperti namanya. Ada nasi putih, mie, tahu, sayur kacang panjang dan sambal. Kunci keenakan ‘Oges Aranjep’ ini memang terletak pada kuah karinya yang disiramkan ke nasi. Dimakan pas lagi sayang-sayangnya. Maknyuss.
Lebih lezat lagi jika ditambah dengan lauk jerohan khas bikinan Mami. Mulai dari babat, rempelo ati, usus, kikil dan masih banyak lagi. Seiring waktu, Sego Penjara mulai kondang mendunia. Banyak kalangan artis, pejabat hingga selebragm menyempatkan diri mencicipi masakan ini.
Mungkin berkat ketulusan niatnya beribadah itu berbuah manis. Eksistensi Warung Mami Cukam mulai dikenal dari mulut ke mulut, bahkan datang dari luar kota. Hampir setiap malam, warung Mami seolah tak pernah sepi antrean.
Kata Mami, dirinya bisa saja menghabiskan 5 sak karung beras atau seberat 4 kwintal dalam sehari. ”Mulai buka jam 5 sore sampe 4 pagi itu rata-rata bisa melayani pesanan 800 bungkus sehari. Itu 4 sak beras atau 1 kwintal,” ungkapnya.
Saat ini Warung Mami Cukam berjualan di 2 tempat. Selain di Polehan, juga buka di perempatan Cukam, daerah Pasar Kebalen. Jam buka Warung Mami Cukam mulai jam 17:30 WIB hingga 04.00 WIB. Tentu, ini bisa jadi pilihan tepat berburu kuliner jika harimu sudah kelewat malam.
Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id