MALANG, Tugumalang.id – Bencana merupakan fenomena alam yang tidak bisa dihindari. Meski begitu, resiko dampak bencana bisa diminalisir jika kita memiliki kesadaran terhadap kebencanaan. Sebab itu, kesadaran kebencanaan ini patut diterapkan sejak usia dini.
Karakter kebencanaan ini bahkan mendapat porsi utama dalam kurikulum pendidikan di Jepang. Program kurikulum itu bernama School Watching untuk anak usia dini di sekolah dan Town Watching untuk umum.
Hal ini diungkapkan Profesor bidang mitigasi bencana Universitas Brawijaya, Prof. Sukir anto, S.Si., M.Si., Ph.D bahwa Indonesia patut meniru Jepang soal kesadaran kebencanaan ini. Terlebih, Indonesia juga menjadi kepulauan dengan risiko bencana tinggi.
“Ketika sadar bencana dimulai dari pendidikan TK dan SD, hal tersebut akan menjadi budaya. Hal itu sudah tercipta di Jepang. Jadi ketika ada bencana, semua orang, termasuk anak sudah paham apa yang dia lakukan,” terang Sukir.

Profesor Bidang Mitigasi Bencana Universitas Brawijaya, Prof. Sukir anto, S.Si., M.Si., Ph.D, Foto/UB Malang
Dengan penanaman pendidikan karakter ini dia yakin sekolah akan mewujudkan multifungsinya sebagai pendidikan karakter dan shelter ketika terjadi bencana.
Sekarang, Prof. Sukir memberikan saran kepada Pemerintah Indonesia sendiri untuk menerapkan kurikulum kebencanaan ini di sekolah-sekolah. Lewat program School Watching, seorang anak juga bisa mengenali potensi bahaya akibat bencana tanpa harus menunggu arahan otoritas seperti terjadi selama ini.
”Karena masyarakat sudah paham bagaimana cara mengevakuasi dirinya sendiri ketika ada bencana,” terangnya.
Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko