MALANG, tugumalang.id – Belasan Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UKMK) se-Indonesia memamerkan berbagai macam produk kreasi dari kelapa sawit di Malang, Jawa Timur, Minggu (12/11/2023). Pameran ini menjadi upaya membangkitkan produk buatan anak negeri memiliki daya saing di tengah gempuran produk impor.
Dalam pameran UKMK oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Kemenkeu itu, anda dapat melihat berbagai macam produk turunan sawit. Tidak hanya berupa minyak goreng, tapi juga bisa disulap menjadi bahan baku produksi batik tulis, sabun, kosmetik, parfum hingga tinta cetak offset.
Salah satu UKMK pembuat produk turunan sawit yang berhasil tembus pasar internasional adalah batik tulis karya Griya Batik Tulis asal Gresik, Jawa Timur. Pemiliknya Bambang Israwan, ia menemukan minyak kelapa sawit dapat menggantikan bahan baku yang pada umumnya menggunakan minyak bumi.
Baca Juga: UKMK Se-Indonesia Pamerkan Aneka Kreasi Produk Turunan Sawit di Malang
Selain itu, ia memanfaatkan kulit biji sawit sebagai pewarna alami. Kulit biji sawit menghasilkan warna kekuningan. Sementara untuk warna biru. Bambang memanfaatkan tanaman indigovera sejenis perdu liar.
“Batik tulis saya semua menggunakan bahan alami. Selain sawit, saya juga menggunakan kulit pohon, kulit akar mangrove daun ketepeng dan lain-lain,” ungkap Bambang pada tugumalang.id, Minggu (12/11/2023).
Sejak melakoni pemanfaatan bahan baku kelapa sawit sejak 2019, animo konsumennya mulai mengalami peningkatan. Bahkan dalam kurun 3 tahun terakhir meningkat 20 persen. Meningkatnya permintaan ini kata dia seiring dengan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap lingkungan.
“Kalau pakai sawit itu untuk lingkungan lebih ramah karena ini kan natural. Jadi, limbahnya juga alami, kalau pada umumnya kan sintesis kimia,” jelasnya.
Meski produknya tergolong ‘segmented’, Bambang mengakui tren penjualannya terus meningkat. Bahkan produknya sekarang sudah tembus pasaran luar negeri. Mulai Thailand, Belanda hingga Amerika. Sampai-sampai ia juga kerap diundang menjadi pemateri workshop batik tulis berbasis sawit.
Soal harga, kata Bambang, juga masih bersaing dengan harga produk lainnya di pasaran. Bambang menjamin kualitas produknya tetap sama. Hanya saja, menurut dia produk ini memiliki keunggulan karena memanfaatkan bahan-bahan baku dalam negeri.
Produk lain yang juga menarik adalah tinta cetak yang terbuat dari kelapa sawit seperti diproduksi oleh Politeknik Media Kreatif. Menurut Adil Quarta Anggoro selaku Tim Development tinta kelapa sawit ini mengatakan, pihaknya bangga bisa terlibat dalam upaya membangkitkan kecintaan produk dalam negeri,
Menurut dia, produk anak bangsa ini juga memiliki daya saing di tengah gempuran barang impor. Gempuran barang impor ini bahkan sampai meliputi dunia percetakan. Padahal, kata dia, ternyata tinta cetak offset ini bisa dibuat dari bahan baku yang bisa didapat di dalam negeri sendiri, termasuk dari bahan baku kelapa sawit.
Sejak memproduksi tinta sejak 2020 saja, mereka bisa memasarkan produknya secara luas. “Harganya juga bersaing dengan tinta lainnya di pasaran. Kualitas hasil cetaknya juga tetap sama,” ujarnya.
Kini, mereka sedang berupaya meningkatkan skala produksinya lebih masif lagi. Saat ini, menurut Adil pihaknha sedang menjalani kerja sama dengan pabrik-pabrik.
“Misal tinta ini digunakan untuk produksi di skala pabrik, saya kira upaya mengenalkan bahan baku asli Indonesia ini bisa lebih bagus lagi. Saya harap, tinta sawit ini bisa semakin dikenal masyarakat luas,” harapnya.
Kedua UKMK itu merupakan salah dua dari UKMK binaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BDPKS) yang berada di bawah naungan Kemenkeu RI. Total ada sekitar 400 lebih UKMK yang hingga saat ini telah dibina BPDPKS.
Dirut BPDPKS Eddy Abdurrachman mengatakan pameran ini diselenggarakan untuk memperluas wawasan masyarakat bahwa sawit memiliki manfaat lebih banyak terhadap lingkungan. Tidak seperti dikira selama ini.
Menurutnya, isu yang beredar selama ini merupakan kampanye negatif dari negara kompetitor karena kalah bersaing dengan produk sawit. Isu-isu negatif yang dihembuskan mulai deforestasi, merusak dioversity hingga kandungan kolesterolnya yang tinggi.
“Tapi ternyata dari riset penelitian kan tidak terbukti. Bahkan, dari riset itu ternyata sawit justru punya kontribusi ke lingkungan. Selama ini kan sawit ditanam di tanah yang sudah rusak, ketika ditanam sawit itu nanti tanahnya akan kembali membaik. Nah, informasi seperti ini yang perlu kita perluasm termasuk ke Malang,” kata Eddy.
Eddy menerangkan jika UKMK binaan BPDPKS ini sudah didampingi sejak 2015 silam. Hingga kini. sebagian dari mereka telah berhasil menembus pasar internasional. Seperti produk batik tulis hingga sarang burung walet.
Tak hanya pemberdayaan UKMK, BPDPKS juga melakukan pengembangan dan pemanfaatan bahan bakar nabati, litbang, hingga pengembangan sarpras perkebunan kelapa sawit. Selain memberi akses pembiayaan, BPDPKS melakukan pendampingan dari sisi riset pengembangan, produksi hingga pemasaran agar skala produksi UKMK ini terus meningkat.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter: ulul azmy
editor: jatmiko