MALANG, Tugumalang.id – Pemimpin.id mengajak anak muda Indonesia sebagai pemimpin muda berbicara tentang tantangan dan potensi pendidikan Indonesia di masa depan dalam acara diskusi daring Gelar Wicara melalui kanal YouTube, Pemimpin Indonesia pada Selasa (20/8/2024). Gelar Wicara merupakan rangkaian dari festival LEAD THE FEST 2024 yang diselenggarakan oleh Pemimpin.id.
Tema yang diusung dalam diskusi Gelar Wicara yaki Mengatasi Jauh Untuk Dekat: Membawa Pendidikan ke Semua Penjuru Indonesia. Dipandu oleh Program Officer Indonesia Mengajar, Haratdzul Ichsan Jushar. Para pemimpin muda yang hadir dalam acara Gelar Wicara tersebut mendapat wawasan baru sekaligus sharing pengalaman langsung dari Executive Director Indonesia Mengajar, Alief Bagus Wicaksono dan Founder and Partnership Director Isbanban Foundation, Panji Aziz sebagai narasumber.
Keduanya selama ini sudah lama berkecimpung dalam gerakan anak muda yang peduli terhadap permasalahan pendidikan di Indonesia. Terutama masalah akses pendidikan bagi masyarakat yang tinggal di daerah pelosok.
Baca Juga: Talkshow Pemimpin.id Kupas Sosok Pemimpin yang Berdampak bagi Sekitar
Alief dan Panji sepakat bahwa permasalahan pendidikan di Indonesia selama ini adalah kemudahan mengakses layanan pendidikan. Ada tiga masalah utama dalam pemerataan pendidikan di Indonesia yang perlu menjadi perhatian para anak muda selaku pemimpin muda Indonesia di masa depan.
Permasalahan tersebut yakni masalah infrastruktur pendukung, kekurangan guru, dan juga isolasi geografis daerah-daerah terpencil.
Permasalahan itulah yang kemudian memantik Isbanban Foundation dan Indonesia Mengajar untuk menginisiasi gerakan anak muda Indonesia untuk berkontribusi mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia.
Berbekal pengalamannya bergiat bersama Isbanban Foundation menurut Panji Aziz ada tiga tantangan utama pendidikan di Indonesia yaitu masalah infrastruktur yang belum merata dan kondisinya perlu perbaikan, kemudian masalah jumlah guru yang belum seimbang, dan masalah isolasi geografis yang membuat desa terutama daerah pelosok sulit untuk mendapatkan akses pendidikan yang layak.
“Tantangan pendidikan di Indonesia khususnya di bidang pendidikan kalau berdasarkan pengamatan saya, dari banyak-nya masalah ada tiga tantangan besar atau utama yakni keterbatasan infrastruktur kemudian masalah rasio guru di daerah terpencil yang jumlahnya tidak ideal. Serta masih banyak daerah di Indonesia yang terisolir dan susah mendapatkan layanan pendidikan,” papar Panji.
Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2023, terdapat 146 ribu-an ruang kelas yang ada di sekolah dari seluruh penjuru Indonesia yang kondisinya rusak atau butuh perbaikan. Ditambah dengan akses listrik dan jaringan internet sebagai penunjang kegiatan pembelajaran juga belum terdistribusi dengan baik di daerah terpencil.
Baca Juga: Pemimpin.id Kolaborasi dengan Kemenpora RI untuk Jawab Tantangan Generasi Emas 2045
Panji pun merujuk pada data BPS tahun 2023 bahwa masih ada 12 ribu desa di seluruh Indonesia yang belum memiliki akses penuh terhadap listrik dan internet. Kemudian masalah lainnya adalah jumlah guru dan murid yang tidak berimbang di daerah hal ini menyebabkan proses kegiatan pembelajaran menjadi kurang maksimal.
Tantangan berikutnya adalah masih banyak daerah di Indonesia yang terisolir dan belum bisa berkembang untuk mendapatkan kemudahan akses pendidikan.
Apa yang disampaikan Panji diamini oleh Alief Bagus yang selama bergiat di Indonesia Mengajar juga melihat masalah infrastruktur dengan luas geografis Indonesia menjadi tantangan utama dalam upaya pemerataan akses pendidikan. Kemudian juga masalah rasio guru yang belum seimbang serta kondisi beberapa daerah yang masih terisolir.
Tetapi dari kacamatanya selama aktif di Indonesia Mengajar dan memiliki 10 titik daerah yang menjadi fokus pemberdayaan pendidikan mulai dari Aceh sampai Papua. Alief melihat ada potensi yang sebenarnya bisa menjadi peluang untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Potensi tersebut yakni bagaimana masyarakat tetap bisa hidup di tengah keterbatasan akses. Ia melihat sebenarnya ada kemauan dari masyarakat untuk juga terlibat aktif dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Melalui pendekatan konteks lokalitas menurut Alief dapat menjadi peluang bagi anak muda untuk terlibat langsung dalam upaya pemerataan pendidikan di Indonesia.
“Potensi yang kami lihat dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia adalah adanya kemauan masyarakat terutama mereka yang tinggal di pelosok daerah. Mereka sudah membuktikan sendiri bahwa mereka bisa tetap hidup meski kondisinya seperti itu (keterbatasan)” kata Alief.
“Tetapi ada potensi untuk bagaimana kita bisa masuk dalam upaya pemerataan pendidikan karena memiliki konteks lokal yang berbeda-beda seperti sumber daya alam dan juga kesenian budaya yang dapat menjadi ruang bagi pendidikan masuk ke sana,” imbuhnya.
Baik Panji maupun Alief menuturkan bahwa lahirnya Isbanban Foundation dan Indonesia Mengajar tidak dapat terlepas dari kepedulian anak muda terhadap permasalahan pendidikan di Indonesia. Program Isbanban Foundation dan Indonesia Mengajar kemudian menjadi wadah bagi anak muda yang ingin berkontribusi bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.
Keduanya pun sepakat bahwa kolaborasi dan sinergi stakeholder penting untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Peran stakeholder dalam pentahelix model meliputi akademisi, corporate (bisnis), community (komunitas), government (pemerintah), dan media memiliki peran untuk saling berkolaborasi dalam menjawab tantangan dan potensi pendidikan di Indonesia.
Pemimpin.id merupakan social start-up yang memiliki misi menciptakan ekosistem para pemimpin di Indonesia. Pemimpin.id percaya pada tiga prinsip aksi yang harus dimiliki dan diimplementasikan oleh setiap orang karena Pemimpin.id percaya semua orang adalah pemimpin dan kepemimpinan bisa dipelajari semua orang.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Bagus Rachmad Saputra
editor: jatmikoa