Malang, Tugumalang.id – Akhir tahun 2022 lalu, Satpol PP Kota Malang mengamankan sejumlah anak di bawah umur yang diduga menjadi korban eksploitasi anak dengan meminta minta hingga berjualan kue di pinggir jalan. Kini, anak anak di bawah umur yang berjualan di tepi jalan hingga larut malam kembali marak di Kota Malang.
Setidaknya, ada 2 lokasi yang terpantau terdapat anak anak yang berjualan kue hingga larut malam. Yakni di Jalan Besar Ijen dan Jalan Veteran, Kota Malang. Saat didatangi, 2 anak yang ada di 2 lokasi itu sama sama menjual kue yang sama, yakni kue bakpao berwarna hijau. Harganya sama, yakni Rp 2 ribu per kue dan mengaku menjualkan kue milik tetangga.
Meski sedang berjualan, mereka sama sekali tidak memberikan isyarat atau tanda bahwa mereka sedang berjualan kue. Mereka duduk memangku box plastik berisi kue jualannya di tepi jalan raya. Sesekali mereka menyandarkan kepala di atas box itu, seperti sedang kelelahan.
“Saya jualan kue ini dari jam 3 sore, pulangnya ya sampai sehabisnya. Kalau gak habis, gak pulang. Paling lama pernah sampai jam 11, kalau rata rata habis jam 9 malam,” kata anak berinisial F yang berjualan kue di Jalan Besar Ijen, Kota Malang.
Dia mengaku tinggal di daerah Kotalama, berusia 15 tahun, masih kelas 3 SMP dan sudah jualan kue itu selama 1 tahun. Saat ditanya alasan berjualan hingga larut malam, dia mengaku untuk membantu orang tua. “Buat bantuin orang tua,” kata dia.
Dia juga mengatakan bahwa dirinya tidak sendirian dalam berjualan. Dia mengaku ada temannya yang menunggu di sudut jalan itu. Dikatakan, temannya akan menggantikannya duduk di tempat yang sama ketika kue yang dia jual telah habis.
“Di sana ada teman saya juga. Gantian kalau saya habis, kalau saya habis dia yang jualan di sini,” ungkapnya.
Sementara itu, seorang anak berinisial I yang juga berjualan kue bakpao dengan duduk memangku wadah berbentuk box plastik di Jalan Veteran, Kota Malang mengaku berjualan mulai pukul 16.00 WIB.
“Tadi mulai jam 4 sore, pulang ya sehabisnya. Rata rata sampai jam 9 malam. Kalau paling lama pernah pulang jam setengah 2 pagi,” ungkapnya.
Dia mengaku berasal dari wilayah Polehan, berusia 16 tahun dan masih kelas 3 SMP. Namun dia mengaku lupa sudah sejak kapan berjualan kue bakpao itu. Dia juga mengaku mengenal dengan anak yang jualan kue yang sama di Jalan Besar Ijen. “Itu yang di Ijen juga teman saya, saya kenal,” ucapnya.
Dia mengaku, orang tuanya tidak mengetahui bahwa dirinya berjualan kue di tepi jalan. Untuk berjualan, dia pamit pada orang tuanya untuk main sama temannya.
“Orang tua saya tidak kerja, ini untuk uang jajan saya, sekalian buat bantu orang tua kalau uangnya lebih,” bebernya.
“Tapi ini kuenya masih banyak, tadi saya bawa 40 kue. Saya jual Rp 2 ribuan, ambil di tetangga harga seribu,” imbuhnya.
Beberapa pengendara tampak berhenti dan membeli kue 2 anak di Jalan Besar Ijen dan Jalan Veteran itu. Beberapa di antaranya tampak memberikan uang lebih untuk anak anak itu. “Kasihan anak kecil jualan malam malam,” kata salah satu pembeli.
Kota Malang yang menyandang kota layak anak, tentu perlu memberikan perhatian pada masa depan generasi penerus bangsa itu, terutama terhadap upaya eksploitasi anak. Pertumbuhan ekonomi Kota Malang yang diklaim tumbuh mencapi 6,32 persen di 2022, tentu juga bukan hal sulit bagi pemerintah untuk memberikan perhatian pada anak anak yang berjualan hingga larut malam itu.
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko