MALANG, Tugumalang.id – Bakso Pocong Lawang yang ada di Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang menawarkan pengalaman unik bagi pelanggannya. Mereka bisa menyantap semangkok bakso yang lezat sekaligus uji nyali karena lokasinya berada di tengah-tengah kompleks pemakaman umum Desa Bedali.
Untuk menuju ke Bakso Pocong, pelanggan harus masuk ke dalam gang makam yang letaknya berada tepat di seberang SPBU Bedali Lawang.
Gang tersebut merupakan jalan setapak di kompleks makam yang hanya bisa dilalui oleh sepeda motor. Sekitar 50 meter dari mulut gang, pelanggan bisa menemukan warung Bakso Pocong.
Baca Juga: Laris Manis Bakso Sritikah, Bakso Khas Malang Spesial Tetelan Mercon
Meski letaknya tersembunyi, Bakso Pocong kerap ramai dikunjungi pelanggan. Memang, bakso yang sudah berdiri sejak tahun 2012 ini terkenal murah dan enak.
Bakso Pocong menyediakan menu bakso halus, bakso kasar, hingga bakso aneka isian seperti telur puyuh, jamur, cabai, dan keju. Kemudian sebagai pelengkap, Bakso Pocong juga menyediakan mie kuning, tahu, tahu bakso, goreng bulat, goreng pangsit, dan sebagainya. Pelanggan juga bisa memilih bakso yang murni daging sapi atau yang campuran antara daging sapi dan ayam.
Baca Juga: 4 Rekomendasi Bakso Enak di Malang yang Wajib Dicoba
Harganya sangat terjangkau, mulai dari Rp 1 ribu saja untuk tiga butir cilok atau goreng bulat. Harga bakso yang paling besar pun dibanderol Rp 6 ribu saja.
Pemilik Bakso Pocong, Komariyah (50) mengatakan bahwa nama unik bisnisnya tersebut diambil karena unik dan sesuai dengan kondisi warungnya yang berada di tengah-tengah pemakaman. Dulu sebelum diberi nama Bakso Pocong, pelangganya kerap menyebut warungnya sebagai Bakso Kuburan.
“Ada salah satu pelanggan yang usul agar diberi nama unik supaya gampang diingat. Awalnya ada Bakso Demit dan Bakso Setan, tapi saya kurang suka. Ini kan di tengah kuburan, akhirnya diberi nama Bakso Pocong,” ujar Komariyah saat ditemui Tugu Malang ID, Sabtu (6/1/2024).
Komariyah mengakui bahwa nama Bakso Pocong dan lokasinya yang di tengah-tengah kuburan menjadi daya tarik tersendiri. “Kalau di pinggir jalan atau di restoran kan sudah biasa. Ini di tengah kuburan,” ujarnya.
Sebelum menetap di pemakaman tersebut, Komariyah dan suaminya, Sulityo telah berjualan bakso keliling sejak tahun 1994. Beberapa pelanggan kemudian mengusulkan agar mereka menetap agar mereka lebih mudah jika ingin membeli bakso.
Akhirnya di tahun 2012, mereka membuka warung kecil di teras rumah mereka. Seiring berjalannya waktu, bisnis mereka terus berkembang hingga akhirnya mereka merombak rumah menjadi warung sepenuhnya.
“Awal mulanya (omzet) hanya Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu. Sekarang kalau liburan bisa sampai jutaan,” kata Komariyah.
Perjalanan bisnis Bakso Pocong tidak selalu berjalan mulus tanpa halangan. Mereka sempat diterpa isu menggunakan daging tikus saat mereka baru saja memutuskan untuk menetap. Isu ini berdampak pada kehidupan keluarga Komariyah.
Bahkan anaknya sempat menjadi korban bullying di sekolah. Akan tetapi mereka terus membuka Bakso Pocong dan tetap fokus mengembangkan bisnis tersebut.
Berkat ketabahan dan ketekunan mereka, Bakso Pocong justru semakin ramai. Tidak ada lagi yang meragukan bahan yang digunakan untuk membuat bakso.
Bagi pelanggan yang meragukan kualitas air yang digunakan karena lokasinya dekat makam, Komariyah menegaskan ia tidak menggunakan air tanah. Selama ini, Komariyah menggunakan air dari PDAM dan sumber mata air terdekat. “Kami tidak menggunakan air sumur,” kata Komariyah.
Memiliki bisnis di tengah kompleks pemakaman, Komariyah tak menampik bahwa ada kejadian gaib yang terjadi di Bakso Pocong. Suatu hari, ia pernah melayani empat orang pelanggan. Namun, saat mereka pulang, Komariyah hanya melihat dua orang saja.
Ketika dua orang tersebut datang lagi di hari yang berbeda, Komariyah menanyai mereka berapa orang yang datang bersama mereka beberapa waktu sebelumnya. Pelanggan tersebut menjawab mereka datang berdua. Sontak Komariyah menyadari bahwa dua orang lainnya bukanlah pelanggannya.
Ia juga menceritakan suatu hari seorang anak seusia pelajar SMP datang untuk membeli dua porsi mie ayam. Namun begitu mie ayam sudah siap, sosok tersebut menghilang.
“Namanya di tengah kuburan, ya. Hal-hal gaib pasti ada,” ujar Komariyah.
Baca Juga Berita tugumalang.id di Google News
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
Editor: Herlianto. A