Jika orang barat punya kartu tarot Rider-Waite-Smith, Indonesia punya kartunya sendiri. Namanya Imaginary Friends buatan Donny Hendrawan, seniman dan pegiat tarot di Malang. Dalam waktu dekat, kartu tarot kreasinya akan di-launching dalam bentuk pameran artwork di Ubud Cottage Kota Malang, pada 15-16 Oktober 2022 mendatang.
Pameran perdana seni kartu tarot ini digagas oleh creativeslaps dan didukung tugumalang.id sebagai media partner. Sebelum pergi ke sana, simak kisah menggugah dari proses kreatif seniman yang tercatat sebagai kreator tarot ketiga di Indonesia ini.
Tugumalang.id – Berjalan dengan bantuan kruk, pria murah canda itu menyambut kedatangan kami dengan ramah. Tak lupa, dia menyuguhkan kopi setengah pahit panas-panas. Cukup untuk menghangatkan badan sembari merokok di tengah dinginnya musim ‘mbediding’, kalau orang Jawa bilang.
Kedatangan tugumalang.id ke kediamannya di seputaran Kelurahan Tasikmadu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, malam itu, 22 Agustus 2022, untuk mengulik proses kreatif di balik penciptaan kartu tarot hasil kreasinya yang ia beri nama “Imaginary Friends”.
Namanya Donny Hendrawan. Akrab disapa Donny. Siapa sangka, di balik tawanya yang nyaring itu, pria kelahiran Malang, Jawa Timur itu, memiliki predikat langka: tercatat sebagai pencipta atau kreator kartu tarot ketiga di Indonesia. Semua gambar dan simbol pada 78 kartu tarot dibuat dari hasil imajinya sendiri.
Meski masih dalam masa pemulihan kakinya yang patah akibat kecelakaan pada 2020 lalu, pemilik art space dan kafe bernama Legipait dan Houtenhand yang populer di media 2010 itu, tetap bersemangat saat mengisahkan perjalanan seni hingga spiritual di balik pembuatan kartu tarot ‘nyleneh’-nya tersebut.
”Ketika manusia ada di titik terendahnya, di titik nol, bisa dibilang itu musibah. Tapi bagi saya, itu berkah. Kecelakaan yang saya alami dua tahun lalu ternyata berkah. Kok bisa? Pertama, akhirnya kartu tarot ini lahir. Kedua, kehidupan saya berbalik 180 derajat,” kata Donny, mengawali obrolan.
Dari sekian tahun perjalanan hidupnya, Donny muda tumbuh dengan segala keskeptisan terhadap segala nilai-nilai hidup. Nihilis dan anarki adalah sudut pandang yang dianutnya waktu itu. Hidup baginya hanya sekedar kecelakaan atau ketidaksengajaan Tuhan yang melahirkan dirinya ke dunia—yang juga tidak ingin atau bisa memilih untuk dilahirkan atau tidak—.
Tumbuh dengan nilai-nilai masyarakat yang penuh dogma dan stigma yang ketat, Donny menantang dirinya sendiri menjadi tokoh antagonis. Segala hal yang ditentang oleh sekitarnya, justru dilakoni Donny bahkan bisa terbilang sampai titik ekstrem.
Paling gila, Donny sampai nekat membuang hingga membakar uang hasil jerih payahnya sendiri karena diyakini uang hanya menjadi sumber masalah. Suatu waktu, Donny bahkan sampai pada fase pemikiran paling gelapnya.
”Sampai pernah aku itu ingin mengukur seberapa gelap sih hitam yang dikatakan itu? Seberapa gelap? Sampe sakpiro? Jadi akhirnya semua hal buruk dari yang paling buruk semua saya lakoni. Ketika semua orang positif, aku ngelakuin yang negatifnya,” kisah Donny.
Di titik tertentu, Donny muda yang saat itu sudah bergelut dengan dunia tarot sampai meyakini dirinya akan hidup lama. ”Matiku angel, tapi uripku apes. (Sulit mati, tapi hidup apes),” ucapnya. Saking yakinnya, keyakinan ganjil itu dia sampaikan dengan gembira pada teman-temannya.
Belakangan ternyata itu adalah sebuah firasat. Dua hari kemudian, Donny mengalami kecelakaan hingga membuat kakinya patah dan mengalami gangguan otak. Selama lima bulan, dia hanya bisa terbaring lemas di kasurnya dan tak ingin melalukan apapun.
Bahkan hasrat kesenian utamanya di dunia musik, membaca buku, hingga film, mendadak lenyap begitu saja. Di situlah Donny seolah menemukan titik balik dan memutar mindset-nya 180 derajat. Dari yang berpikir negatif melulu, kini dia mulai berpikir dari sudut pandang sebaliknya.
Di tengah keterbatasan geraknya itu, Donny secara spontanitas mengambil pensil, pena, kertas, dan mulai corat-coret. Semua guratan emosi, kekalutan, dan kegelisahannya akan makna hidup ditumpahkan sekaligus pada selembar kertas.
Hingga tak sadar, dia sudah menyelesaikan gambar berisi simbol-simbol khas kartu tarot segitu banyak, 78 kartu tarot. Jumlah produksi sebanyak itu lalu diselesaikan dalam waktu kisaran bulan, menurut Donny adalah sebuah keajaiban.
”Siapapun orangnya, kalau gambar segitu banyak itu butuh komitmen yang kuat. Bagi saya yang pemalas, itu sesuatu yang sulit, meski ya aku sudah bercita-cita punya kartu tarot sendiri. Itulah kenapa bagiku kecelakaan kemarin itu sebuah berkah. Berkat itulah anak ketigaku (kartu tarot) adik setelah Legipait dan Houtenhand lahir,” ungkapnya.
Di saat yang sama, pandangan hidup Donny ikut berubah. Lahirnya kartu tarot Imaginary Friends ini kemudian mengubah pola pikirnya 180 derajat. ”You think what you’ve become. Selama inikan aku selalu berpikiran negatif, itu kenapa setiap apa yang aku ciptakan selalu hilang pada akhirnya,” kata dia,
”Seperti aku membakar uang itukan akhire sampai sekarang uang itu yo menjauh dari aku, sampai akhirnya aku kere. Di situlah aku mulai memutar mindset ke titik sebaliknya. Dari kartu ini, aku mulai menemukan makna kebahagiaan hidup,” imbuh Donny.
Berbeda dengan gambar kartu tarot pada umumnya, gaya ilustrasi kartu tarot milik Donny sangat kentara perbedaannya. Namun secara fungsi, untuk media meramal tetap sama. Total ada 78 kartu, termasuk meliputi kartu Major Arcana dan Minor Arcana.
Makna simbol tiap kartunya tetap sama, hanya saja berbeda pada konsep ilustrasinya. Penggambaran simbol untuk kartu tarot buatannya itu diakui Donny terinspirasi dari berbagai kisah pengalaman semasa kecil. Mulai dari pengalaman yang kasat hingga tak kasat mata.
Uniknya, Donny mengaku sama sekali tidak memiliki latar belakang maupun kemampuan menggambar. Namun, ketertarikannya pada dunia tarot sejak lama menjadikan dirinya banyak bergelut dengan gambar simbol atau sign. Kemampuan menggambar itupun akhirnya mengalir begitu saja.
Dengan demikian, Donny Hendrawan mencatatkan diri dalam sejarah sebagai kreator kartu tarot ketiga di Indonesia hingga saat ini. Sebelumnya, ada (Alm) Ani Sekarningsih dengan kartu tarot Wayang yang kini harganya tembus Rp 14 juta. Lalu ada Hisyam A Fachri dengan karya tarot Nusantara.
“Setahu saya di Indonesia, pembuat tarot hanya ada beliau dua orang. Bisa dibilang ya saya adalah orang ketiga yang membuat kartu tarot dengan gambar bikinan sendiri,” ujarnya.
Sebagai capaian karya seni, kartu tarot milik Donny Hendrawan akan dipamerkan seperti barang seni pada umumnya. Digagas creativeslaps, dark art tarot exhibition bertajuk Imaginary Friends ini akan digelar di Ubud Cottage Kota Malang, pada 15-16 Oktober 2022 mendatang.
Pameran ini juga dimeriahkan Vakingsyit, sebuah unit proyek karaoke milik kuartet Oom Leo, Vincent dan Desta with DJ Henry Foundation. Juga ada live performance dari 10 musisi yang turut terlibat dalam album kompilasi OST Imaginary Friends. Untuk informasi tiket bisa diincar dengan memantau akun Instagram mereka: @imaginaryfriends_tarot.(bersambung)
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Lizya Kristanti