Tugumalang.id – Kota Malang dikenal sebagai surganya wisata kuliner di Jawa Timur. Salah satunya adalah kuliner Puthu Lanang yang terletak di sudut gang kecil di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Kota Malang. Kuliner legendaris itu bahkan pernah dicicipi oleh Presiden Soeharto hingga Megawati Soekarno Putri.
Kuliner Puthu Lanang ini dirintis oleh Supiah dan Abdul Jalal pada 1935 silam. Pasangan suami istri itu mulanya menjajakan kue puthu dengan berkeliling menggunakan gerobak. Mereka kemudian berjualan di wilayah Celaket dan menetap hingga saat ini.
Di tempat tersebut, pengunjung bisa menemukan jajanan lawas mulai puthu lanang, klepon, cenil hingga lupis. Harganya pun terjangkau, yakni Rp15 ribu per porsi. Pengunjung juga bisa menyaksikan secara langsung proses pembuatan puthu lanang yang dimasak secara tradisional yakni dikukus dengan uap panas.
Baca Juga: Mencicipi Sajian Kuliner Viral Vietcong dan 2 Legenda, Racikan Pemuda Kota Malang
Kuliner legendaris yang buka mulai 17.30 WIB hingga 21.00 WIB itu hampir tak pernah sepi pembeli. Cita rasa jajanan yang khas dengan taburan serutan kelapa dan gula aren kental itu tak perlu ditanyakan lagi. Bahkan banyak pengunjung rela mengatre panjang untuk bisa mencicipi jajalan legendaris itu.
Generasi kedua pendiri kuliner Puthu Lanang, Siswoyo (61) mengatakan bahwa kue puthu yang dia teruskan itu memang banyak diminati seluruh elemen masyakat. Mulai masyarakat umum, wisatawan hingga pejabat negeri ketika berada di Malang.
“Pak Soeharto saat masih di militer pernah datang ke sini. Panglima-panglima pun ya pernah, Pak Hasyim ya biasa, Megawati juga pernah minta dibuatkan. Mungkin kebetulan ini makanan yang mereka suka,” ucapnya.
Baca Juga: Mencicipi Roti Bien di Malang, Kuliner Kekinian dengan Sentuhan Resep Tempo Dulu
Siswoyo mengaku bersyukur bahwa kuliner yang dibangun kedua orang tuanya itu bisa dikenal masyarakat luas. Kini, dia mendapat tantangan untuk bisa tetap menjaga kualitas cita rasa dengan mempertahankan resep yang diberikan oleh orang tuanya. Siswoyo mulai memegang dan meneruskan usaha Puthu Lanang itu mulai tahun 2000.
“Sebenarnya waktu itu saya juga berat saat diminta untuk meneruskan ini karena saya juga punya aktivitas yang lain. Jadi pernah dipegang orang lain tapi agak tersendat-sendat. Lalu saya diminta orang tua untuk meneruskan,” tuturnya.
“Saya akhirnya meneruskannya karena saya dibesarkan dari usaha kue ini. Ibu saya sudah merintis ini juga cukup berat dulu,” imbuhnya.
Selain itu, Siswoyo yang suka dengan tantangan juga ingin menaklukkan mitos bahwa usaha kuliner yang dilanjutkan generasi kedua tidak akan bertahan lama.
“Saya harus bisa membuktikan bahwa kuliner yang diteruskan tangan kedua itu bisa eksis dan terus bertahan. Orang tua saya yang saat itu sudah tua saja bisa eksis, kenapa saya tidak bisa,” ujarnya.
Kini, jajanan Puthu Lanang yang dia teruskan itu bisa terjual antara 600 hingga 700 porsi kue per hari dari bahan baku 40-70 kilogram tepung dan 100 buah kelapa.
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A