MALANG – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menyebut permasalahan kemiskinan di Kabupaten Malang bersifat struktural dan kultural.
Hal ini ia sampaikan selepas melakukan salat tarawih berjamaah bersama Forkopimda Kabupaten Malang dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Malang di Pendopo Kepanjen, Kamis (7/4/2022) malam.
Sebelumnya, Bupati Malang, Sanusi sempat menyampaikan terkait kondisi kemiskinan ekstrem di Kabupaten Malang serta rencana-rencana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang untuk mengatasinya.
“Saat ini kami sudah bekerja sama dengan PCNU Kabupaten Malang dan Universitas Islam Malang guna memecahkan permasalahan kemiskinan,” kata Sanusi. Ia kemudian meminta Khofifah untuk memberikan arahan terkait kemiskinan di Kabupaten Malang.
Khofifah mengatakan perlu adanya data akurat untuk menilai dan mengukur kompetensi sehingga bisa ditentukan pendekatan paling efektif dalam mengentaskan kemiskinan.
Khofifah juga mengingatkan bahwa pemimpin muslim yang baik akan memanfaatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk kesejahteraan rakyatnya. Ini juga mengacu pada prinsip yang dituliskan di pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum.
“Oleh karena itu, agenda pengentasan kemiskinan akan selalu menjadi agenda favorit bagi siapapun yang akan memimpin suatu daerah ataupun negara,” ujar Khofifah.
Ia mengungkapkan akar permasalahan yang ada di Kabupaten Malang ini adalah kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural. Ia juga berpendapat bahwa kemiskinan kultural ini akan sulit untuk untuk ditangani.
Contoh dari kemiskinan kultural adalah orang tua yang menikahkan anak yang masih di bawah umur hanya karena ingin segera melepas tanggung jawab. Padahal setelah menikah, si anak juga masih tinggal dengan orang tuanya.
“Hal ini sesungguhnya bukan menurunkan angka kemiskinan, akan tetapi justru menurunkan kemiskinan dari orang tua ke anak. Ini merupakan suatu bentuk kultur,” jelas Khofifah.
Untuk mengatasi kemiskinan kultural ini, Khofifah meminta tim psikolog dari perguruan tinggi untuk melakukan assessment lebih lanjut.
“Melalui pendekatan psikologis, (kita cari tahu) bagaimana cara mengubah mindset masyarakat. Ini memang bukan persoalan sederhana dan tidak bisa diubah dalam waktu satu atau dua tahun,”kata Khofifah.
Seorang role model juga bisa digunakan untuk mengubah mindset masyarakat tersebut. Ia menyebut seorang ibu yang pernah ia temui. Ibu tersebut memiliki mimpi untuk menyekolahkan anaknya ke India meskipun kondisi ekonominya kurang berkecukupan.
Khofifah menganggap ibu tersebut bisa menjadi referensi untuk seorang role model. Namun tentunya seorang role model akan lebih efektif perannya jika berasal dari daerah yang sama dengan masyarakatnya perlu diubah mindsetnya.
Reporter: Aisyah Nawangsari
editor:jatmiko
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id