Oleh: M Sholeh*
Senin (17/1/2022) pagi tampak sejumlah pejabat berseragam KORPRI bergegas berkumpul di halaman Balai Kota Malang menanti suara mic protokoler memulai apel pagi. Kulewati pemandangan itu dan bersua di warung kopi yang baru pindah usai digusur Satpol PP.
“Sudah lama gak meliput wali kota saat apel pagi,” gumamku sambil menikmati kopi hitam.
Seettt, dahiku kukerutkan dan bola mataku berkeliaran mencari isu apa yang pas buat bahan wawancara wali kota. Padahal yang kupandang saat itu hanyalah tempat parkir warung yang masih sepi. Tak lama, aku teringat kemarin menulis kasus omicron masuk ke Kabupaten Malang.
Namun sayang ajudan wali kota melarangku untuk mengajukan pertanyaan sekedar tanggapannya soal omicron yang sudah masuk wilayah Malang itu. Dengan menenteng berkas, ajudan itu mengatakan bahwa wali kota sedang terburu buru hendak rakor soal omicron.
“Wih, cocok. Siap, ya udah nanti saja sekalian setelah rakor (wawancaranya),” ucapku yang saat itu meliput seorang diri lantaran memang giat apel itu tak ada di agenda giat wali kota yang biasa dibagikan di grup whatsapp humas pemkot.
Akhirnya, wali kota baru bisa diwawancara sekitar pukul 11.00 WIB oleh sejumlah wartawan. Kutangkap pernyataan Wali Kota Malang, Sutiaji yang tiba tiba mengatakan “Disini sebenarnya ada satu, tapi sudah sembuh,” katanya usai dimintai tanggapan soal omicron di Kabupaten Malang.
Padahal sebelumnya, beberapa kali Kepala Dinas Kesehatan memastikan tak ada kasus omicron di Kota Malang. Bagaimana bisa kasus omicron tersebut tak mencuat di pemberitaan. Sambil mengingat perkataan wali kota, akupun kembali ke warung kopi lantaran kopiku belum kubayar.
Saat berpikir keras menentukan judul berita hasil liputan wali kota, CEO Tugu Media Group, Irham Thoriq tiba tiba menghubungiku. Memintaku segera merapat ke kantor lantaran Direktur Utama PT Pegadaian, Kuswiyoto dalam perjalanan menuju Kantor Tugu Media Group.
Akupun tak bisa menolak perintah itu lantaran di pagi itu, pesan berisi informasi dana segar insentif pertengahan bulan juga baru saja kuterima dari kantor. Konsentrasiku mulai pecah, tak lama aku bergegas menuju kantor.
“Mbook naak, berita omicron belum selesai kuketik, ada tugas menulis soal Dirut Pegadaian. Berita omicron ini bagus, tapi ada tugas dadakan,” kataku dalam hati saat di perjalanan menuju Kantor Tugu Media Group.
Beruntung Dirut Pegadaian belum datang, akupun bergegas merangkai berita soal omicron itu. Namun tinggal beberapa kalimat saja, tamu istimewa yang dinanti itu tiba. Akupun sejenak menghentikan lagi proses penyusunan berita itu.
Kuswiyoto, Direktur Utama PT Pegadaian didampingi R Swasono Amoeng Widodo, Sekretaris PT Pegadaian dan Mulyono, Pimpinan Wilayah PT Pegadaian XII Surabaya dengan ramah menyapa semua karyawan dan jajaran Tugu Media Group.
Rombongan Dirut Pegadaian kemudian langsung melihat koleksi foto foto berita dan kegiatan yang terpajang di sudut sudut Kantor Tugu Media Group. Setelah itu, pertemuan berlanjut dengan obrolan gayeng di ruang tamu dan menyantap durian bersama.
Obrolan itu semakin hangat dengan kehadiran pembina Tugu Media Group, Dr. Aqua Dwipayana yang merupakan Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional.
Baru kuketahui, ternyata kedatangan Dirut Pegadaian ke Kantor Tugu Media Group ini direncanakan hanya sehari sebelumnya. Padahal, alumnus Washington University itu juga memiliki jadwal yang begitu padat.
Tak kusangka sosok Dirut Pegadaian ini ternyata adalah tokoh besar yang ramah dan memiliki tutur kata yang sangat positif. Bagaimana tidak, setiap kata yang dia lontarkan memiliki pesan pesan mendalam dan membangun untuk semua kalangan.
Pesan pertama yang berhasil kutangkap adalah soal pergaulan. Dia mengatakan bahwa pergaulan sangat mempengaruhi seseorang dalam membangun karakter dan mengembangkan karir. Bahkan dia juga mengatakan kesuksesan bisa diraih dengan mudah jika kita bisa menempatkan diri dalam pergaulan yang baik dan tepat.
Jika ingin sukses menjadi orang sholeh, bergaullah dengan alim ulama. Jika ingin sukses menjadi orang berwawasan, bergaullah dengan orang orang cerdas. Jika ingin sukses dalam perekonomian, bergaullah dengan pengusaha. Kurang lebih seperti itu pesannya yang berhasil kutangkap.
“Jadi kita itu cerminan dari orang terdekat kita,” kata pria kelahiran Kediri itu.
“Cukup sederhana, tapi benar juga,” pikirku.
Tak hanya itu, pesan Kuswiyoto yang juga sangat menarik adalah soal kepemimpinan. Dia mengatakan bahwa pemimpin besar adalah pemimpin yang memiliki prinsip dan jiwa membangun demi kemaslahatan bersama.
Selain itu, pemimpin besar tak akan takut kalah sukses dengan anak buahnya. Sebab, salah satu tugas pemimpin adalah mampu mengembangkan kemampuan pengikutnya menjadi lebih baik.
“Seorang pemimpin sukses itu adalah pemimpin yang bisa mengangkat anak buahnya untuk bisa sukses melebihi dia. Saya selalu berprinsip, kasih saya hansip, setahun kemudian akan saya jadikan kopasus,” ucapnya.
Kuswiyoto juga memberikan nasehat soal berbagi. Baginya, berbagi itu harus tulus sepenuh hati tanpa mengharapkan imbalan dari siapapun, bahkan dari Sang Pencipta. Dia mengaku hanya memiliki keyakinan bahwa Allah tak akan memiskinkan umatnya yang mau berbagi sebesar apapun dan dalam bentuk apapun. Sebab harta yang kita terima, sebagain adalah hak orang lain.
Dari prinsip itu, tak heran jika Kuswiyoto tidak sedikutpun ragu ketika dia berani menumbangkan rumahnya untuk yayasan pendidikan agama pada 1990an silam. Dia menghibahkan rumahnya hanya karena rumah itu tak ditempati lantaran dia tinggal di rumah dinas.
Jika kupikir pikir, mana ada orang menyumbangkan rumahnya padahal dia masih dalam proses mengembangkan karir. Namun setelah kupikir pikir lagi, benar juga ya kata Kuswiyoto soal keyakinannya bahwa Allah tak akan memiskinkan umatnya yang mau berbagi.
Kuswiyoto memiliki rekam jejak mencengangkan. Ketika akhir masa jabatanya di BRI, Kuswiyoto tak memiliki jeda untuk beristirahat. Setelah prosesi perpisahan di BRI, besoknya dia diminta untuk ngantor di PT Pegadaian untuk mengisi posisi Direktur Utama.
Pada akhirnya, usai Dirut Pegadaian ini berkunjung ke Kantor Tugu Media Group yang hanya berlangsung sekitar 90 menit, aku pulang ke rumah dengan dada yang lebih tegak. Semangatku kembali terpacu untuk menatap esok hari yang lebih baik.
*Penulis merupakan wartawan Tugu Malang ID