Tugumalang.id – Kawasan Songgoriti menjadi cikal bakal dikenalnya Kota Batu, Jawa Timur, sebagai destinasi wisata. Hingga kini, daerah itu dikenal juga sebagai pusat penginapan dan vila yang tersebar di setiap sudut.
Di Songgoriti, pengunjung bisa menikmati udara khas pegunungan serta lanskap pemandangan yang indah. Namun sejak 2012, eksistensi wisata legendaris ini mulai kalah pamor dengan lokasi-lokasi wisata lainnya.
Okupansinya dari tahun ke tahun terus menurun. Hingga berlangsungnya waktu, destinasi ini mulai tenggelam seiring menjamurnya destinasi wisata baru.
Tercatat sejak pandemi COVID-19, pelaku wisata di Songgoriti juga belum bisa bangkit dari keterpurukannya. Apalagi, kini mereka harus dihadapkan dengan wajah baru bisnis penginapan dan promo-promo hotel lainnya.
Ketua Paguyuban Villa Supo Songgoriti,Indra Tri Ariyono, membenarkan kondisi kelesuan itu. Hidup segan, mati tak mau. Omzet yang didapat para pengusaha vila terus menurun.
Penurunan omzet juga terjadi karena persaingan harga dengan hotel-hotel sekitar. Misalnya, ketika harga tertinggi vila di Songgoriti mencapai Rp150 ribu per malam, hotel-hotel menawarkam promo hingga Rp200 ribu.
Dalam persaingan harga tersebut sudah jelas pengusaha vila yang kalah secara fasilitas. Akibatnya, pengusaha merasakan dilema karena mereka juga menghadapi persoalan biaya operasional vila yang tinggi.
“Kalau dulu masih enak, sekarang mau menutupi biaya operasional saja sudah bingung,” ungkapnya dihubungi, Minggu (5/2/2023).
Situasi itu masih diperparah dengan menjamurnya vendor jasa penginapan yang bekerja sama dengan hotel dan homestay. Sehingga kekalahan pamor vila Songgoriti yang masih mengandalkan sistem tradisional semakin telak.
“Kalau lihat di aplikasi vendor itu kan banting harga sampai Rp70 ribu ya. Wah kalau kayak gitu ya repot. Udah jatuh, ketimpa tangga lagi,” ujar Indra.
Pihaknya berharap permasalahan ini segera bisa dibantu dipecahkan oleh Pemkot Batu. Karena jika tidak, warga yang sudah bertahan sekian lama menjadi pramuwisata itu akan kehilangan pekerjaan dan penghasilan dan melahirkan masalah baru.
“Harapan kami kan bisa rembukan sama PHRI, kita sama-sama diskusi mencari solusi. Kita ini juga ikut dilatih menjadi pramuwisata dan banyak hal. Kita juga bisa bahas harga yang layak dan lain-lain,” tandasnya.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A