oleh: Nurhayati*
“Sebentar ya Mbak. Dimakan dulu camilannya,” ujar seorang perempuan berkerudung mempersilakan saya duduk di sofa di depan meja kerjanya sembari meneruskan obrolannya dengan salah satu staf.
Dialah Eny Retno Diwati SPd MPd, kepala SMAN 1 Pagak, ketika saya temui 7 Juni lalu di kantornya. Kebetulan saya kenal baik dengannya sejak Bu Eny jadi waka humas SMKN 1 Turen beberapa tahun yang lalu. Iya, sejak itu, perempuan murah senyum ini seperti keluarga sendiri. Dan, sekarang dia memimpin sekolah yang berada di Jalan Kahuripan No 4, Sumbermanjing Kulon, Pagak, Kabupaten Malang ini.
“Mbak sudah pernah nyicipin tahu asli Pagak sini?,” tanya Bu Eny sembari duduk di sofa dekat saya. Saya jawab dengan senyum. Dia langsung meminta salah satu stafnya untuk membeli tahu yang dia maksud.
Sambil menunggu tahu khas Pagak, kami membuka obrolan tentang sekolah yang dipimpinnya.
Bu Eny turut berkontribusi memajukan sekolah yang dia gawangi untuk memberikan keterampilan siswanya melalui double track. Salah satunya di bidang tata boga.
“Dulu awal makan tahu Malang, tak pikir tahunya enak banget Mbak. Tapi begitu ada di Pagak, tahu di sini lebih enak lagi,” terangnya. Maka dari itu, salah satu yang dia minta untuk dikembangkan siswa tata boganya adalah tahu isi tuna.
Kepekaan indra pencecapnya dalam cita rasa tahu Pagak itu membuat saya agak terheran. Bahkan, yang lebih mengagumkan kepeduliannya untuk ikut mengangkat kearifan lokal di daerah dimana dia mengabdi. Tidak hanya sekolah itu saja, bahkan warga di sekitarnya harus ikut berimbas dengan pengabdiannya. Harusnya begitu bukan? Bahwa manusia yang paling baik adalah dia yang berguna bagi sesama. Tidak hanya memikirkan diri sendiri saja.
Sekecil apa pun itu, kalua niatnya tulus, pasti hasilnya juga baik. Terbukti, tahu local isi tuna yang dia cetuskan, sekarang terus dikembangkan siswanya yang sudah lulus tahun ajaran ini. “Lumayan Mbak. Bahkan orang dinas provinsi ada yang langsung pesan. Berarti terbukti enaknya tahu asli Pagak,” jelasnya sambal tersenyum bangga.
Niatnya memang tidak muluk-muluk, dia hanya ingin mengangkat salah satu ciri khas daerah di abupaten Malang ini. Yakni tahu. Semoga, saya juga bisa belajar yang demikian. Peka terhadap lingkungan sekitar. Peduli kepada kekayaan yang ada di mana kaki saya berdiri.
*Penulis ialah Marcomm Tugu Malang ID.