Tugumalang.id – Perajin dupa di Kabupaten Malang, Jawa Timur, rupanya lebih menyukai lidi impor dari Tiongkok dibandingkan lidi buatan lokal. Ini disebabkan kualitas lidi impor lebih baik meskipun harganya lebih mahal.
Untuk satu kilogram lidi impor, perajin membayar Rp23-25 ribu. Sementara untuk lidi lokal, mereka hanya perlu membayar Rp 4.500 per kilogram. Kendati lebih murah, kualitas lidi lokal dianggap belum sebanding dengan lidi impor.
“Pakai lidi di sini (lokal), abunya hitam,” ujar Giman, salah satu perajin dupa di Desa Dalisodo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Rabu (18/1/2023).
Senada dengan Giman, perajin dupa bernama Supardi mengatakan dirinya juga lebih memilih lidi impor. Ia mengatakan bahwa saat ini tak banyak orang yang mau memproduksi lidi lokal karena masih banyak yang mengerjakan secara manual dan pekerjaan tersebut terlalu kotor. Sementara, lidi impor dibuat dengan mesin sehingga hasilnya lebih bersih.
“Bahannya sama (dengan lidi impor), tapi cara kerjanya tidak sama,” kata Supardi.
Pemilihan lidi impor ini juga disebabkan oleh mesin pembuat dupa yang harus menggunakan lidi buatan Tiongkok. Mesin buatan Thailand tersebut tidak bisa memproduksi dupa dengan baik jika lidi yang digunakan tidak terpotong sempurna.
“Nggak bisa kalau (lidinya) tidak dari Tiongkok. Kalau lidinya nggak rata dikit saja, nggak bisa keisi bahannya,” tutur Supardi.
Meski demikian, Supardi mengaku tetap memproduksi dupa dengan lidi lokal. Untuk dupa lidi lokal, Supardi menjualnya dengan harga Rp 250 ribu per 40 kilogram. Sementara dupa dengan lidi impor ia banderol dengan harga Rp 300 ribu per 30 kilogram.
Reporter: Aisyah Nawangsari
Editor: Herlianto. A