Tugumalang.id – Biasanya, masa orientasi sekolah atau kini disebut Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) diwarnai kegiatan-kegiatan yang disiplin. Namun, suasana MPLS di SMP 4 YPK Malang justru terlihat santai dan menyenangkan.
Suasana cair antar siswa baru itu diwarnai dengan aneka permainan tradisional mulai gobak sodor, tepa tonggo, hingga patil lele. Semua permainan ini sudah jarang terlihat dimainkan anak-anak karena pergeseran zaman yang lebih banyak berkutat di perangkat teknologi.
Pengenalan pra-MPLS dengan bermain permainan tradisional itu terlihat pada Kamis, 14 Juli 2022. Kontan saja, anak-anak terlihat mulai menikmati lingkungan barunya dengan tenang, meski masih terlihat malu-malu.
Seperti diakui Bernadeth Lady Lovenia. Siswi baru berusia 12 tahun itu tampak tak canggung di hari pertamanya masuk sekolah. Lady, sapaannya, mulai merasa tidak sabar lagi untuk masuk sekolah karena sudah mengenal teman-teman dan gurunya dengan baik.
Sebelumnya, dia tidak pernah mengenal aneka macam permainan ini karena lebih sering bermain dengan gawai. Tapi sejak mengenalnya dari sekolah, ternyata ada banyak macam ilmu yang bisa dia petik.
”Tadi misal kalau gak main ya gak bisa bercanda langsung sama temen-temen baru. Tadi baru kenalan langsung akrab,” kata Lady.
Selain berinteraksi, Lady juga mulai paham bahwa permainan tradisional melatihnya memahami arti penting dari kerja sama, komunikasi, hingga ketangkasan fisik. ”Banyak sekali yang diajarkan sama guru. Seneng juga, kayak gak kerasa belajar,” akunya.
Dalam permainan itu, para guru juga menyisipkan dengan banyak ilmu pengetahuan, seperti ilmu matematika dalam permainan Patil Lele. Saat diterangkan, siswa tampak manggut-manggut dan terus aktif bertanya.
Menurut Guru SMP 4 YPK Malang, Agung Bagus Wicaksono, permainan tradisional memiliki banyak manfaat dan dampak positif dalam pertumbuhan potensi diri anak. Selain itu, juga dapat membangun karakter kepribadian si anak.
Seperti permainan asli Jawa Timur, Patil lele misalnya. Kata dia, dapat melatih insting, ketepatan bertindak, kekompakan dalam tim, ketahanan fisik dan mental dalam menjaga ego dan emosi, melatih sportivitas, memupuk tingkat sosialisasi dalam pergaulan, dan lain sebagainya.
Lalu untuk permainan Tepa Tonggo bermanfaat untuk menjaga kebugaran tubuh, meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani, serta dapat beraktivitas dengan baik dalam segala kegiatan.
Sementara untuk permaianan Gobak Sodor, kata dia, dapat merangsang aktivitas berpikir dan menentukan strategi untuk menerobos garis penjagaan lawan.
”Waktu main, si anak harus melihat situasi dan kondisi, mengambil kesempatan, mengecoh lawan, dan memikirkan bagaimana cara memperoleh kemenangan tanpa tersentuh penjaga garis saat melintas,” paparnya.
Semua cara ini dilakukan dalam rangka masa MPLS yang berlangsung selama tiga hari sejak 18 Juli 2022 mendatang. ‘
‘Harapan kami, siswa tidak terjebak dengan rutinitas era kini yang justru lebih akrab bahkan kecanduan dengan ponsel daripada dunia sekitarnya,” harap Agus.
Wakil Kepala SMP 4 YPK Malang, Supardono mengapresiasi ide kreatif dari panitia Pra-MPLS dengan menggelar permainan tradisional. Sebagai generasi bangsa yang kaya akan budaya dan tradisi, sudah seharusnya menjadi pionir dalam melestarikan permainan tradisional.
Kata dia, hal itu sejalan dengan visi sekolah dan menyonsong kurikulum Merdeka Belajar yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
”Bila kegiatan positif ini terus dilakukan, maka akan tumbuh profil pelajar Pancasila yang meliputi beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong-royong, dan berkebinekaan global,” ucapnya.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id