Malang, Tugumalang.id – Museum Brawijaya Malang dibangun dari sebuah ide cerdas Brigjen TNI (Purn) Soerachman, yang pada saat itu menjabat sebagai Pangdam VIII/Brawijaya.
Museum Brawijaya dibangun di tahun 1967, kemudian diresmikan pada tanggal 4 Mei 1968. Sampai saat ini Museum Brawijaya menjadi salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi para pelajar khususnya di daerah Kota Malang. Semboyan dari Museum Brawijaya adalah Citra Uthapana Cakra. Memiliki arti cahaya yang dapat membangkitkan semangat juang 45.
Museum Brawijaya tentunya menyimpan banyak koleksi persenjataan yang dulu digunakan para pejuang kemerdekaan. Salah satu koleksi dari Museum Brawijaya yang cukup kontroversial adalah Gerbong maut.
Gerbong maut yang terletak di Museum Brawijaya merupakan salah satu dari 3 gerbong maut. Saat ini gerbong maut tersebut masih berdiri kokoh. Terawat dengan baik. Dari tampilan luar terlihat gerbong tersebut berwarna hitam, dan abu-abu. Pada salah satu sisi gerbong tersebut bertuliskan nomor registrasi GR 10152.
Gerbong Maut inilah yang dulu digunakan tentara Belanda mengangkut 100 orang tawanan pejuang-pejuang Indonesia. Gerbong ini mengangkut tawanan pejuang-pejuang Indonesia dari penjara Bondowoso pindah ketempat tahanan Bubutan Surabaya pada tanggal 23 November 1947. Pada gerbong ber nomor registrasi GR 10152 yang merupakan gerbong terakhir inilah 38 pejuang Indonesia gugur akibat kekurangan oksigen, lantaran tidak adanya ventilasi udara di gerbong.
Sedangkan pada gerbong pertama yang berisikan 30 orang ditemukan selamat semua, meskipun ada beberapa yang pingsan, juga pada gerbong kedua yang berisikan 32 orang, yang meninggal 8 orang, ini dikarenakan pada gerbong pertama dan kedua masih banyak ventilasi walaupun lubang hanya sebesar paku.
Gerbong maut ini dibawa ke Museum Brawijaya Malang sebagai bagian dari koleksi perjuangan. Gerbong ini juga tercatat sebagai cagar budaya melalui surat yang dikeluarkan Balai Pelestarian Cagar Budaya Mojokerto.
Gerbong maut sebagai cagar budaya memberikan banyak manfaat untuk bagi para penerus bangsa. Selain mengenal sejarah pada jaman dahulu, kami juga dapat memahami betapa keras perjuangan para pahlawan Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Dikarenakan sudah menjadi kewajiban untuk penerus bangsa melestarikan, juga mempelajari sejarah perjuangan para pahlawan kemerdekaan Indonesia.(*)
*Untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia kelas X-J SMAN 3 Malang.
Penulis: Yudhistira mahendra, Princessa zanetta, Fellita Abida, Vania Widyadhana
editor: jatmiko