MALANG — Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam (FEB Unisma) Malang bekerja sama dengan BEM FEB UNISMA menyelenggarakan Leadership dan Management Series 2 dalam rangka mewadahi kegiatan LKMM dimasa Pandemi.
Even tersebut bertajuk Kepemimpinan dalam Perspektif Gender. Narasumber Dra. Hj. Safira Machrusah,MA selaku Dubes Al-Jazair 2016-2020 dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Pusat dan MUI Kerja sama Internasional.
Kegiatan FEB Unisma ini sebagai lanjutan kegiatan dari ledearship dan Management Series Pertama dan dilaksanakan secara daring melalui media zoom Meeting dihadiri mahasiswa FEB Unisma baik Program Studi Akuntansi, Manajemen dan Perbankan Syariah sebanyak 900 Peserta. Kegiatan ini dilaksanakan 31 Agustus 2021.
Nur Diana, SE,M.Si selaku dekan FEB Unisma dalam Opening Speech mengatakan leadership merupkana salah satu visi dan misi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang. Untuk itulah kegiatan Latihan Kepimpinan dan Manajemen Kemahasiswaan merupakan kegiatan wajib yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau skill mahasiswa dalam memimpin dan keterampilan manajerial.
”Selain itu membangun karakter pribadi (personality), supaya semakin kuat sehingga menjadi mahasiswa yang kompeten, unggul, berdaya saing dalam mendukung Indonesia Maju,” katanya.
Lebih Lanjut Diana menjelaskan kepemimpinan bisa berasal dari faktor bawaan atau bakat, faktor social dan faktor ekologis.
“Seseorang dapat menjadi pemimpin karena faktor keturunan/genetis atau memang dilahirkan karena memiliki bakat kepemimpinan. Di satu sisi bisa jadi kepemimpinan karena faktor sosial. Yaitu Pemimpin adalah seseorang yang dibentuk dan bukan dilahirkan. Semua orang adalah sama dan memiliki potensi menjadi pemimpin. Tiap individu memiliki bakat menjadi pemimpin dan faktor lingkungan yang mempengaruhi bakat ini sehingga dapat disalurkan dengan baik,” jelas Diana.
Artinya, kata Diana, individu dapat dididik, dilatih dan dibina untuk menjadi pemimpin. Jadi, setiap orang memiliki potensi menjadi pemimpin asalkan dapat dididik, diajar dan dilatih.
Menurut Diana akan lebih baik lagi jika seorang pemimpin adalah perpaduan antara faktor keturunan dan faktor bakat dan lingkungan seperti pendidikan dan pelatihan, yang memungkinkan bakat tersebut dapat teraktualisasi dengan baik. Untuk itulah LKMM digelar untuk menciptakan leader-leader di FEB UNISMA
“Menjadi seorang Pemimpin tidaklah mudah, banyak hambatan-hambatan yang harus dilalui, dan Mahasiswa kelak akan menjadi generasi pemimpin di masa depan, maka dari itu harus menanamkan jiwa leadership dari sekarang. Sehingga bisa menghadapi era 4.0 yang penuh ketidakpastian dengan berbagai isu yang melingkupinya,” tegasnya.
Salah satu isu paling kental, kata Diana, adalah masalah gender. Selain itu mahasiswa FEB UNISMA mayoritas didominasi kaum perempuan. Kami berharap semua mahasiswa menjadi menjadi generasi yang dinamis,visioner dan merespon segala isu gender di era 4.0 termasuk juga berkaitan dengan kepemimpinan.
“Kami mengapresiasi tim Organizing Commite yaitu BEM FEB UNISMA yang sangat peka dalam mengulas berbagai isu kepemimpinan dan dimasukakn dalam mater Leadership & Management Series 2 Kepemipinna dan Perspektif Gender di era Digital. Hal ini sangat penting dipahami peserta LKMM agar tanggap terhadap isu gender dalam kepemmpinan dan diharapkan bisa menumbuhkan jiwa pemimpin yang berkesetaraan dan berkeadilan gender,” jelasnya.
Dra. Hj. Safira Machrusah,MA selaku Dubes Al-Jazair 2016-2020 dan sebagai Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dan MUI Kerja sama Internasional mengatakan, dalam paparannya fenomena fakta diskriminasi gender hampir terjadi di seluruh dunia, hampir semua sektor. Faktanya telah terjadi ketidakadilan dan diskriminasi terhadap kaum Perempuan.
”Sehingga hal ini mengakibatkan kaum perempuan berada dalam kondisi subordinat dan terpinggirkan atas kaum lelaki, situasi tersebut pada akhirnya memicu munculnya suatu tuntutan dan gugatan untuk segera mengakhiri dan menghilangkan ketidakadilan dan diskriminasi terhadap kaum perempuan,” katanya.
Selanjutnya Safira menyampaikan, ada beberapa fungsi kepemimpinan seperti Pelatih, Fasilitator, Ahli Strategi, Punya Visi, Agen perubahan, Pembuat keputusan, Pemberi Pengaruh, Pemain Tim, Mampu Mendelegasi dan Pendengar yang baik.
Safira juga mendefenisikan bahwa perspektif Gender adalah suatu sikap pandang seseorang yang mampu membuat kebijakan bersifat adil terhadap jenis kelamin.
”Gender harus digunakan untuk merujuk pada konstruksi social dan budaya tentang maskulinitas dan feminitas dan bukan pada keadaan menjadi laki-laki atau perempuan,” pungkasnya.