Tugumalang.id – Membuka International Event Student Creative Business Competition (Interest) 2021, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang (FEB Unisma) menggelar webinar hybrid bertajuk “Daya Saing UMKM Berorientasi Ekspor Dalam Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional”, di Gedung Pascasarjana Unisma lantai 7, pada Sabtu (30/10/2021).
Kegiatan yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Manajemen FEB Unisma ini, menggandeng Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur (Jatim) dan Surabaya Export Center.
Hadir sebagai narasumber yaitu Ketua Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto serta Koordinator Surabaya Export Center Kemendag RI dan Tenaga Teknis Bidang Standarisasi Produk, Dr Ir Moch Ardi P MEng.

Dekan FEB Unisma, Nur Diana SE MSi dalam pembukaannya menyampaikan bahwa salah satu visi dan misi FEB Unisma adalah mencetak lulusan berjiwa enterpreneur yang memiliki daya saing dengan menggandeng dunia industri, dunia kerja, asosiasi profesi, hingga perguruan tinggi dalam dan luar negeri.
Kata dia, berbagai terobosan dilakukan guna menciptakan lulusan yang berjiwa entrepereneur. Namun saat ini, UMKM tidak hanya menghadapi era Revolusi Industri 4.0, namun juga dihadapkan pandemi COVID-19 sehingga mempengaruhi perjalanan UMKM di Indonesia.
“Hasil survei yang dilakukan oleh Asian Development Bank tahun 2020, terdapat 48,6 persen yang tutup sementara bahkan permintaan domestik UMKM menurun 30,5 persen dan 41 persen melakukan pembatalan kontrak, bahkan hambatan lain UMKM yang masih membutuhkan suntikan modal,” sebutnya.

Di sisi lain, tambah dia, upaya pemerintah membangkitkan UKM melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) telah menyerap anggaran untuk dukungan UMKM sebesar Rp 112,44 triliun atau 96,7 persen dari pagu sebesar Rp 123,47 triliun.
Dari segi regulasi, kata dia, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM di Indonesia sebagai aturan pelaksanaan UU Cipta Kerja.
“Faktanya kontribusi UMKM terhadap ekspor hanya sebesar 14,37 persen, lebih rendah dibandingkan negara lainnya di Asia, seperti Singapura (41 persen), Malaysia (18 persen), Thailand (29 persen), Jepang (25 persen), dan Tiongkok (60 persen),” bebernya.

“Produk daya saing kita apakah masih bisa menjadi ujung tombak mendukung perekonomian Indonesia? Tentunya di sini membutuhkan asupan-asupan dari entrepreneur yang mungkin bisa dihasilkan dari lulusan-lulusan perguruan tinggi,” imbuhnya.
Sementara itu, Adik Dwi Putranto menyampaikan bahwa Kadin Jatim secara umum mempunyai program untuk meningkatkan sumber daya manusia karena semua sektor sangat tergantung dengan sumber daya manusia. Di antaranya adalah pendampingan UMKM, mendirikan Rumah Kurasi, serta menciptakan wirausaha-wirausaha baru.
“Sebagaimana kita tahu wirausaha di Indonesia itu masih sedikit sekali, persentasenya hanya 3 persen,” sebutnya.

Lanjut lanjut, Adik Dwi Putranto memaparkan mengapa UMKM sangat penting di Indonesia dan menjadi konsentrasi Kadin. “Karena UMKM mampu menyerap tenaga kerja sangat luar biasa yaitu 90 persen,” ungkapnya.
Sementara Ardi Prasetiawan menyebutkan bahwa hal yang paling penting dalam ekspor adalah standarisasi mutu produk UKM yang berdaya saing.
“Bagaimana kita menciptakan standarisasi produk-produk yang dihasilkan itu memiliki daya saing, Karena kalau kita tidak memiliki daya saing maka tidak bisa ekspor atau kalah dengan negara-negara lain,” katanya.
“Persaingan kita tidak hanya di internal Indonesia saja, tapi juga negara-negara lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, mereka memiiki karakteristik yang sama dengan kita,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ardi Prasetiawan menyampaikan bahwa Kementrian Perdagangan RI sudah mempunyai website atau aplikasi yang memberikan kemudahan bagi pelaku ekspor untuk mengetahui standar teknis negara tujuan ekspor yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku usaha.
“Selain itu, perwakilan dagang yang ditempatkan di 45 negara di dunia bisa market brief dan market intelligence yang memberikan masukan terhadap produk yang dihasilkan,” pungkasnya.(ads)