Oleh: Aqua Dwipayana
Selama pandemi Covid-19 yang membatasi pertemuan orang dalam jumlah banyak, membuat webinar menjadi marak. Hampir tiap hari ada acara seminar online dengan topik beragam.
Saya termasuk yang sering diundang sebagai pembicara webinar. Namun dengan berat hati sebagian besar undangan itu saya tolak.
Bukan menolak rezeki yang tidak semata-mata uang, tapi juga amanahnya yang melebihi materi. Alasan penolakan itu terutama karena beberapa hal.
Pertama, durasi bicaranya singkat. Jika memang ingin banyak menggali dari narasumber tentang topik yang dibahas, hendaknya pembicara diberi waktu yang panjang.
Kalau hanya sekitar 20 menit, seperti undangan webinar Sabtu, 7 Agustus 2021 mendatang yang saya terima, terbatas sekali untuk menyampaikan sesuatu. Kecuali jika para pembicara hanya sebagai pajangan saja. Sekedar tampil.
Kalau seperti ini kasihan pembicara dan semua peserta. Narasumber tidak bisa tampil maksimal karena waktunya terbatas. Sedangkan yang hadir tidak akan dapat banyak pengetahuan dari orang yang mereka simak bicaranya.
Kalau kondisinya seperti ini, webinarnya tidak maksimal. Akibatnya hasilnya tidak optimal. Membuat citra buruk terutama pada penyelenggaranya.
Kurang Puas
Kedua, topik tidak sesuai dengan kompetensi. Setiap mendapat undangan webinar, saya selalu menanyakan kepada panitia tentang topiknya.
Jika tidak sesuai meski mendapat berbagai iming-iming, langsung saya tolak. Untuk apa berbicara yang bukan kompetensi kita.
Kalau dipaksakan hasilnya pasti negatif. Mempermalukan diri sendiri karena menyampaikan topik yang bukan kompetensinya.
Apalagi di agama sudah dikatakan segala sesuatu serahkan pada ahlinya. Kalau tidak tunggulah kehancurannya.
Jadi kalau memaksakan diri menyampaikan yang bukan bidangnya, hasilnya pasti negatif. Sama dengan merendahkan diri sendiri.
Kasihan peserta karena tidak mendapatkan yang mereka harapkan. Bahkan materi yang disampaikan narasumber bisa membuat mereka kurang puas karena pasti tidak mendalam dan hanya “di permukaan” saja.
Perpaduan Luring dan Daring
Ketiga, tidak efektif untuk memotivasi. Webinar bukanlah media yang tepat untuk memotivasi karena motivator tidak ketemu langsung secara fisik dengan seluruh peserta.
Selain itu, motivator tidak dapat melihat satu-persatu para peserta secara utuh, termasuk bahasa tubuh mereka. Sehingga sulit “menyentuh” hati tiap-tiap orang.
Pertemuan lewat media sosial itu dapat memunculkan hambatan psikologis. Ada jarak yang sangat terasa antara motivator dan semua peserta.
Kondisinya sangat berbeda dengan pertemuan langsung. Motivator dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya plus “jam terbang”, dapat menyapa secara langsung dan “menyentuh” hati para peserta. Saat yang sama merasakan responnya dari yang hadir.
Makanya kepada mereka yang mengirimkan undangan untuk acara Sharing Komunikasi dan Motivasi selalu saya sarankan untuk melaksanakannya secara luring dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Jika mereka keberatan dengan berbagai pertimbangan, jalan tengahnya adalah luring dan daring. Peserta yang hadir secara fisik jumlahnya terbatas. Sedangkan yang daring tidak dibatasi.
Perpaduan luring dan daring inilah yang sering saya lakukan. Termasuk mengawali kegiatan Sharing Komunikasi dan Motivasi saya saat pandemi Covid-19 tahun lalu.
Tepatnya Jumat sore, 3 Juli 2020 lalu di Queen’s Head Jl Kemang Raya No 18C Jakarta Selatan. Waktu itu Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rully Setiawan yang mengundang saya.
Topiknya adalah “Mempertahankan dan Meningkatkan Kinerja Sekretariat Perusahaan Bank Mandiri Saat Pandemi Covid-19”. Waktu itu Rully sendiri yang memimpin acara tersebut.
Semoga pandemi Covid-19 segera reda sehingga pertemuan tatap muka secara langsung dalam berbagai aspek kehidupan manusia dapat kembali dilaksanakan. Aamiin ya robbal aalamiin…
>>Dari Bogor seusai buka puasa saya ucapkan selamat berusaha mengefektifkan setiap pertemuan. Salam hormat buat keluarga. 18.40 02082021😃<<<
*Motivator Nasional dan Penulis Buku Trilogi The Power of Silaturahim