MALANG, Tugumalang.id – Menginjak usia yang ke 60 tahun, ternyata hanya dinilai angka bagi dr Sadi Hariono MMRS. Baru-baru ini, ia berhasil memecahkan tantangan mengayuh rute dari Jakarta ke Malang sejauh 1000 km dalam waktu sekitar lima hari.
Dokter yang juga alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) tahun 1982 ini meyakini bahwa kunci hidup sehat adalah dengan berolahraga.
“Supaya imun kita kuat, salah satunya olahraga. Kalau hanya minum vitamin itu tidak bisa menyehatkan badan. Kalau saya, sebagai dokter sering menyampaikan pada pasien saya bahwa sakit apapun tak suruh olahraga. Seperti bersepeda. Mulai dari penyakit dalam, otot, tulang, semua akan sembuh,” kata dr Sadi ditemui usai menuntaskan misinya gowes Jakarta – Malang, Rabu (3/1/2024).
Baca Juga: Cerita Kakek Asal Pakisaji Gowes Sepeda Onthel ke 5 Negara
Mengambil tema “Alumni Tangguh (AT) 1000 Km Kaki Mengayuh”, dr Sadi menyebut aksinya merupakan persembahan khusus dari alumni ‘82 untuk memeriahkan rangkaian Dies Natalis Emas ke-50 FKUB.
Beruntung, tekad kuat dr Sadi mendapat dukungan banyak pihak, persiapannya saja sudah dilakukan sejak setahun lalu.
“Saya punya niatan ini sudah satu tahun lalu, untuk dilakukan saat Dies Natalies. Rupanya mendapat izin dan dukungan dari banyak pihak. Akhirnya dibentuk tim. Tapi saya tawari ke semua angkatan, ternyata ndak ada yang mau,” ujarnya terkekeh.
Baca Juga: Pimpinan Midun Sempat Minta Batalkan Aksi Kemanusiaan Nggowes ke Jakarta
Bersama dr Santoso Yuwono diiringi tiga personel lainnya manager, Endang Sadi; road captain, dr Johan Bastian; dan mechanic, Tri Subagio, dr Sadi memulai perjalanan 1000 km-nya dari area Monumen Nasional, Jakarta .
Perjalanan berlangsung sejak 30 Desember 2023 dan berhasil finish di kampus Universitas Brawijaya Malang pada 3 Januari 2024.
Sambutan luar biasa terdengar saat dr Sadi bersama timnya berhasil menyelesaikan misi. Di antaranya bahkan bersorak bangga karena tim itu mampu menuntaskan 1000 km.
Dengan sepeda roadbike, tim yang dipimpin dr Sadi memilih jalur selatan Pulau Jawa. Melewati 5 Kota dengan rute start dari Tugu Monas Jakarta, menuju Kota Bandung, Purwokerto, Tulungagung dan finish di Malang. “Jalur yang kita pilih adalah jalur selatan, jalur itu jalur pegunungan,” jelasnya.
Timnya menargetkan, setidaknya harus mencapai 200 sampai 250 km per hari agar bisa sampai finish tepat waktu. Salah satu rute terberat, tambah dr Sadi, saat melewati rute Bandung ke Purwokerto berkisar 280 km.
“Itu rute terberat. Sepanjang jalan hujan, jalannya nanjak, turun, licin, kalau ndak hati-hati ya bahaya. Apalagi petir, gelap gulita. Kami hanya mengandalkan lampu kecil, lampu sepeda. Tapi kita tetap berjalan. Kalau tidak berjalan, ndak sampai,” jelasnya.
Belum lagi saat rute melewati bibir pantai di Yogyakarta. Cuaca siang begitu terik luar biasa, panasnya mencapai 40 derajat. Untuk mengontrol suhu dan daya tahan tubuh, tim ini bahkan lebih sering mengguyur diri dengan air.
“Jadi mentalnya harus benar-benar kuat. Jujur manajer kami yang sakit perut karena melihat kita ndak tahan, sampai terakhir di Pacitan itu luar bisa keadaannya,” imbuhnya terkekeh.
Perihal istirahat, lanjut dr Sadi, harus betul-betul diatur sebaik mungkin. “Setiap base, kami berangkat subuh. Alhamsulillah saya selalu finish jam 7 malam atau paling lama jam 8 malam. Teman-teman finishnya subuh. Jadi kurang tidur cuma tidur satu jam, akhirnya hotel nggak dipake karena tidurnya di pinggir jalan di trotoar-trotoar itu,” bebernya.
Bukan hanya itu, skill perbaikan juga perlu di atas untuk mengantisipasi adanya kerusakan sepeda di tengah perjalanan. “Harus mandiri. Seperti saya, ganti ban sepeda bisa karena belajar sebelum berangkat. Meski kita siapkan ban serep, tapi kejadian ban bocor itu sampai empat kali,” terangnya,
Di samping itu, asupan energi dan perbekalan juga perlu diperharikan. Sehingga tidak sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sebagai seorang dokter, dr Sadi juga mengampanyekan untuk hidup sehat dengan bersepeda. Termasuk, menginsipirasi individu lanjut usia untuk tetap aktif, optimistis agar bisa terus berkarya dan tangguh.
“Khususnya lulusan sekarang ya, memang generasi sekarang kalau mencari pekerjaan itu inginnya yang enak, jadi dikasih tugas sedikit, kalau tidak mampu, lari, cari tempat lain. Ini isu nasional. Sehingga perlu terus dimotivasi,” pungkasnya.
Baca Juga berita Tugumalang.id di Google News
Reporter : Feni Yusnia
Editor: Herlianto. A