BATU, Tugumalang.id – Pasca-aduan maraknya warga Kota Batu, Jawa Timur terjerat bank titil, Diskoperindag Kota Batu langsung menggerebek kantor koperasi abal-abal, Jumat (27/1/2023). Koperasi menyaru bank titil itu berada di komplek perumahan Sumbergondo Asri Permai Dusun Gundu, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Tak tanggung-tanggung, dari sidak itu ditemukan 3 kantor koperasi abal-abal sekaligus. Dalam sidak mereka juga tidak bisa menunjukkan keterangan izin, baik izin domisili maupun izin keterangan usaha simpan pinjam.
Tiga koperasi itu bernama Koperasi Lima Jaya, Koperasi Bangun Jaya Mandiri dan Koperasi Jaya Lestari Abadi. Bahkan diketahui, koperasi bank titil itu telah beroperasi sejak belasan tahun lalu di Kota Batu.
Hal ini diungkapkan Kepala Diskoperindag Kota Batu, Eko Suhartono bahwa operasi itu digelar usai pemberitaan soal itu viral di media massa. Hal itu dibuktikan dengan pemungutan bunga yang terlalu tinggi.
”Kami bersama perangkat desa langsung menuju ke sana dan benar mereka tidak punya izin. Bahkan arti koperasi saja mereka tidak tahu. Mereka juga tidak punya anggota, punyanya nasabah. Kerjanya hanya memberi utang dengan bunga 10-30 persen tiap minggu,” ungkapnya.
Menariknya, ketiga koperasi abal-abal itu ternyata mempunyai izin namun dari bukan Kota Batu. Tapi dari Kepanjen hingga Surabaya. Bahkan dari papan penagihan di salah satu kantor itu,, total akumulasi uang pinjaman dari berbagai nasabah di Malang Raya mencapai Rp 1,9 miliar.
”Kesimpulan kami memang itu bukan koperasi simpan pinjam, tapi bank titil karena ada debt collectornya,” tegasnya.
Sebab itu, pihaknya menegaskan agar operasional koperasi itu ditutup karena tidak tidak bisa membuktikan legalitasnya. ”Misal ada legalitasnya, ya kami lakukan pembinaan,” ujarnya.
Lebih lanjut, pihaknua akan berkoordinasi dengan Asosiasi Petinggi dan Lurah (APEL) Kota Batu untuk ikut memberantas keberadaan bank titil ini. Sebaiknya agar BumDes bisa berperan penting dalam meminalisir kejadian seperti ini lagi.
”Jadi kalau ada yang kesulitan ekonomi larinya ke BumDes, bukan ke rentenir. Kalau di desa ada koperasi kan sudah jelas, bunganya juga tidak tinggi,” tandasnya.
Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko