MALANG – Malang Raya sejak dulu memang menjadi salah satu barometer musik di tanah air. Kota ini selalu menghasilkan musisi-musisi berbakat, baik tingkat regional sampai tingkat nasional.
Nampaknya, label itu belum luntur hingga saat ini dengan tampilnya Agnes Cefira Marcelia, sebagai juara dua Kompetisi Musik Pop Academy Indosiar 15-16 Januari lalu.
Namun, mungkin banyak yang belum tahu jika adik dari Gwen Priscilla ex-Mahadewi ini, mengawali karir profesionalnya di dunia tarik suara bersama Silver Band Malang.
“Nama band saya Silver Band Malang personilnya ada 5 orang. Ada gitar, bass, keyboard, drum dan vocalnya Agnes,” ungkap Agnes pada tim tugumalang.id, Selasa (19/01/2021).
Perempuan kelahiran 7 Maret 1997 ini juga menceritakan bagaimana keseruan selama mengikuti audisi Pop Academi sampai masuk grand final.
“Awal perjalanannya itu berawal dari audisi online Pop Academi sekitar Bulan Juli 2020, jadi kayak share video ke mereka. Lalu satu bulan berikutnya Kak Giring Ganesha, menyatakan Agnes lolos audisi online,” kenangnya.
“Selanjutnya, Agnes berhasil lolos sampai babak final audition. Baru saat final audition Agnes berangkat ke Jakarta sekitar Bulan Agustus 2020,” sambungnya.
Setelah lolos tahapan final audition, perempuan yang juga memiliki usaha burger ini, harus menunggu satu bulan untuk melanjutkan ke tahap 40 besar.
“Lalu setelah final audition Agnes nunggu lagi sampai Bulan September 2020 untuk ikut yang 40 besar Pop Academi. Memang nunggunya satu bulan karena saat itu ada PSBB di Jakarta,” ucapnya.
Saat 40 besar itu, Agnes baru melihat satu persatu pesertanya bagaimana. Tapi saat itu Agnes fokus ke Waode, Sandi, Jessica. ”Karena mereka menurutku udah menonjol dari awal. Aku melihat mereka kayaknya rival deh,” tambahnya.
Sabar Menunggu Untuk Masuk 10 Besar
Selama tahap eliminasi tersebut, banyak kisah yang sulit melupakannya. Mulai dari kisahnya terdampar di grup terakhir, hingga berada di grup kedua.
“Selama 40 besar sampai babak final kesannya banyak banget baik kesan sedih, baik maupun buruk ada semua. Karena di 40 besar Agnes dapat grup 2. Hingga akhirnya masuk ke 30 besar. Agnes dapat grup terakhir atau grup 10,” tuturnya.
“Mentok di 30 besar itu Agnes dapat lagu Roman Picisan dengan aransemen yang sangat berbeda dari lagu aslinya. Jadi, benar-benar memanfaatkan bagaimana caranya lagu ini supaya benar-benar menjadi milik Agnes,” imbuhnya.
Menunggu giliran di grup 10 itu sangat menguras waktu dan emosi. Sehingga ia harus memanfaatkan momen agar aransemen lagu berbeda dari lagu aslinya. Agnes mengungkapkan waktu itu mendapatkan kesan yang sangat luar biasa.
“Setelah di 30 besar dapat grup 10, Agnes langsung dapat grup 2 selanjutnya. Jadi, langsung cuma berhenti 1 hari doang langsung tampil lagi di top 20. Itu merupakan tantangan yang sangat menantang buat aku,” ungkapnya.
Saat masuk grand final, perempuan yang juga sempat mengikuti The Voice Indonesia 2019 ini tidak bisa langsung bersantai.
“Saat masuk grand final yang pasti sangat gugup, karena jurinya udah beda dan kelas internasional seperti Agnezmo. Jadi, memang benar-benar tantangannya dan Kak Agnezmo sangat menantang sekali. Karena harus nyanyi lagunya Kak Agnezmo di depan orangnya langsung,” bebernya.
Hingga Agnes harus puas mendapatkan juara kedua. Waode asal Baubau sebagai Juara pertama.
Dapat Support dari Kera Ngalam Hingga Bupati
Selama berjalannya kompetisi, Agnes sangat berterima kasih kepada warga Malang Raya dan para pejabat yang sudah memberikan support sepanjang kompetisi.
“Saya tahu ada Pak Bupati Sanusi, lalu Pak Made Arya Wedhantara Kadisparbud Kabupaten Malang, sama Pak Wahyu juga Sekretaris Daerah Kabupaten Malang,” katanya.
Selain itu, Agnes juga mendapat dukungan dari Wawali Kota Malang, dan Pak Emil yang memberi dukungan melalui Instagram.
”Ada banyak juga dukungan orang-orang penting di Kota Malang. Agnes tahu semu. Karena semua video selau forward ke Agnes,” ujarnya.
Bagi Agnes, dukungan itu menambah semangat tersendiri. Karena dari orang-orang Kabupaten Malang seperti contohnya Pak Made sering memberi support. Seperti memberikan job sama bandnya Agnes di acara-acara penting Kabupaten Malang sampai acara pernikahan.
”Jadi, memang sudah kenal dekat dan sering ketemu bareng teman-teman band. Sering minta bantuan dan dukungan ke Pak Made,” tambahnya.
Kepada tugumalang.id, perempuan berhijab ini membeberkan jika ia memang memiliki darah musisi di tubuhnya.
“Kakak aku Gwen Priscilla ex-Mahadewi, memang penyanyi juga dan dulunya juga penyanyi band kayak Agnes. Ya kurang lebih Agnes mengikuti jalannya kakak, tapi sekarang kakak sudah menikah jadi tidak melanjutkan karir,” bebernya.
Impian untuk menjadi musisi sudah mendapatkan dukungan sejak kecil. Bahkan support dari kedua orang tua tidak main-main agar Agnes sukses menjadi penyanyi.
Ingin Sukses Harus Kerja Keras Mulai Sekarang
Hobinya menyanyi, menurut Agnes,sejak SD. Waktu itu Sudah berani mau nyanyi. Terkadang agar Agnes mau tampil menyanyi di cafe bersama kakaknya, orang tuanya memberi iming-iming hadiah. Ternyata hadiahnya setelah tampil uang Rp 50 ribu.
”Kebetulan orang tua juga suka banget melihat anaknya nyanyi-nyanyi. Kita dulu juga punya banyak CD buat karaoke. Kami sering karaokean bareng papa, mama, kakak dan Agnes. Karena papa sering mengajak karaokean gratis,” ujarnya.
Setelah percaya diri tampil menyanyi di panggung untuk acara kecil. Agnes kemudian mulai mengikuti lomba nyanyi kecil-kecilan antar daerah. Lalu tingkat nasional. Kemudian antar band.
”Akhirnya sampai bisa buat grup band Agnes sendiri dari nol sampai besar di tahun 2016 sampai sekarang,” terangnya.
Terakhir, Agnes menuturkan agar para wanita-wanita di luar sana tidak patah semangat untuk impiannya menjadi musisi.
“Pokoknya jangan berhenti untuk berusaha. Kalau saran Agnes sekuat dan semampu kalian aja. Semua orang punya kualitas masing-masing, kalau ada orang tanya kok bisa suara aku tinggi tapi dia tidak,”
Menurut Agnes ikuti aja alur kalian, ikuti aja kualitas yang kalian punya. Karena gak semua orang punya vocal yang tinggi, karena ada vocal yang tinggi atau ada yang rangenya rendah dan ada juga yang rangenya medium. ”Ikuti aja alur kalian,” tegasnya.
Semua perjalanan kalian, lanjut Agnes, akan terbayarkan kalau kalian itu bisa berusaha dari bawah. Bisa susah-susah dulu. Kayak Agnes selama di Pop Academi itu sering banget nangis karena jauh dari keluarga.
”Agnes juga harus meninggalkan semua kegiatan yang menghasilkan di Malang. Agnes harus rela meninggalkan semua di Malang, untuk menitih karir di dunia ini. Itu semua butuh perjuangan,” katanya.
Karena semua perjuangan, lanjut Agnes, tidak ada yang instan. Nikmati aja alur kalian, selama kalian mau berusaha dan masih mau menghasilkan karya yang luar biasa maka nikmati semua alurnya.
”Jangan lupa untuk ikhlas dan bersyukur serta berdoa,” pungkasnya.