MALANG, Tugumalang.id – Senyum lebar disertai sapaan hangat ditujukan Riyanto (61), salah satu pedagang buku di Pasar Buku dan Seni Velodrome Malang ketika Tugumalang.id menghampiri lapaknya. Ia pun mempersilahkan untuk melihat koleksi buku lawas yang ada di lapak berukuran 2×3 meter itu.
Tumpukan buku bacaan dari berbagai genre lintas tahun mudah dijumpai di lapak buku milik Riyanto yang lokasinya ada di sebelah utara Pasar Buku dan Seni Velodrome Malang.
Pria yang mengawali usaha berjualan sejak tahun 1987 di daerah Bareng, Kota Malang itu bercerita bahwa saat ini tidak terlalu banyak pengunjung yang datang ke lapak bukunya. Riyanto mengungkapkan dari tahun ke tahun semakin sepi hanya beberapa orang yang datang dan itu pun mereka adalah kolektor atau penghobi buku bekas.
Baca Juga: Pasar Buku Wilis dan Velodrom Sepi Pembeli, 70 Persen Pelapak Milih Tutup
Ia pun mengungkapkan alasan mengapa lapak buku di Pasar Buku dan Seni Velodrome Malang sepi karena banyak pedagang buku yang berjualan secara online. Tetapi Riyanto tetap memilih berjualan secara offline dengan membuka lapak bukunya setiap hari, selain faktor keterbatasan pemahaman teknologi juga karena ia ingin bercengkrama dengan setiap orang yang datang ke lapaknya.
“Sekarang memang tambah sepi. Kalah semuanya dengan HP (Handphone), seharusnya memang (jualan) online tetapi saya enggak bisa online,” ungkap Riyanto, Minggu (29/12/2024).
Sementara untuk koleksi buku yang banyak dicari oleh pelanggan. Riyanto mengatakan tidak ada genre buku khusus yang dijual di lapak buku miliknya. Semua genre buku dapat dicari di lapak buku Riyanto, selain itu juga ada majalah dan komik terbitan lama.
“Buku yang saya jual macam-macam, sedapatnya orang mengirim ke saya dan kemudian dijual. Juga enggak saya fokuskan (genre) tertentu, tergantung kebutuhan orangnya,” ucapnya.
Hanya saja beberapa kali, Riyanto sempat mendapat pesanan dari beberapa kolektor buku lawas untuk mencari judul buku tertentu.
“Kadang-kadang memang ada orang yang minta ke saya untuk mencarikan buku tertentu dan nanti dapat bayaran segini, seperti itu juga ada,” beber pria yang membuka lapak buku di Pasar Buku dan Seni Velodrome Malang sejak 16 April 2009 itu.
Setiap hari bersinggungan dengan buku, Riyanto mengaku juga hobi membaca buku terutama buku-buku yang membahas tentang Soekarno (Bung Karno) dan Presiden Ke-4 Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
“Saya sendiri juga suka baca buku. Bukunya Bung Karno hampir lengkap dan kadang juga suka baca buku tentang Gus Dur,” ujarnya.
Baca Juga: Pemkot Malang Anggarkan Rp 1,5 Milyar untuk Revitalisasi Pasar Buku Wilis
Berdasarkan pantauan Tugumalang.id, situasi di Pasar Buku dan Seni Velodrome Malang cukup sepi. Hanya beberapa lapak buku saja yang masih buka sementara banyak lapak lainnya yang tutup.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Bagus Rachmad Saputra
Redaktur: jatmiko