Malang, tugumalang.id – Niat hati hendak menimba ilmu di tanah kelahiran yakni di Politeknik Kota Malang (Poltekom). Seorang mahasiswa asal Kota Malang ini kini malah menjadi penjaga kampus usai kampusnya mangkrak dan terbengkalai.
Meski tak ada aktifitas perkuliahan sejak setahun terakhir, mahasiswa angkatan 2021 itu masih datang ke kampus hampir setiap hari. Tak untuk berkuliah, namun dia bersih bersih kampus.
“Jadi selama gak kuliah ya bersih bersih, mulai kamar mandi, lantai kelas, alat alat praktek sampai lapangan. Kami bersih bersih ya karena eman aja,” kata Mahbub Ubaidilah, mahasiswa Poltekom.

Tak hanya membersihkan fasilitas kampus, dia bersama 5 temannya yang masih bertahan juga menjaga kampus. Terlebih, tak satupun pihak kampus maupun satpam yang ada di kampus seluas 3 hektar itu.
Baca Juga: Poltekom Bermasalah, Pj Wali Kota Malang Minta Yayasan Segera Selesaikan
“Ya bisa dibilang kami ini ya jaga kampus. Security aja gak ada,” ujarnya.
Bahbub bertekat untuk tetap bertahan hanya karena mimpinya agar kampus yang ada di tanah kelahirannya itu kembali beroperasi selayaknya lembaga pendidikan vokasi lainnya.
Bersama teman teman yang masih bertahan, Mahbub membentangkan sejumlah spanduk aspirasi dan tuntutan di gerbang kampus. Mulai “Terlalu Sibuk Berpolitik Sampai Lupa Ngurusi Politeknik #Save Poltekom” hingga “Hak Dosen Tak Terpenuhi Apalagi Hak Mahasiswa”.
Kemudian ada “Katanya Kota Pendidikan Tapi Kampus Kami Hancur Kok Dibiarkan”. Tak hanya itu, ada juga spanduk berisikan tulisan Wanted Wong Ruwet yang didalamnya terdapat sejumlah instansi yakni DPR RI, Rektor IBU, DPRD Kota Malang, PDAM dan KONI Malang.

Mahbub mengungkapkan bahwa beberapa spanduk yang berisikan isu politik dipajang lantaran dia mendapatkan informasi bahwa jajaran pimpinan yayasan merupakan anggota DPR RI hingga anggota DPRD Kota Malang. Bahkan menurutnya, salah satu pembina yayasan diisukan akan maju dalam Pilkada Kota Malang.
Baca Juga: Polemik Kampus Poltekom Kota Malang Setahun Terbengkalai Tapi Terima Maba
Menurutnya, sejumlah pertemuan hingga audiensi dengan pihak yayasan sudah dilakukan untuk mencari solusi. Namun hasilnya hanya janji manis yang tak kunjung terealisasi.
“Pihak yayasan pernah bilang permasalahan ini akan selesai sampai akhir Agustus 2023. Tapi kok gak ada perubahan sampai sekarang,” ungkapnya.
Mahbub juga sempat memberikan opsi penyelesaian masalah ke pihak yayasan kampus. Yakni upaya pengembalian aset kampus ke Kemendikbud RI, upaya merger dengan Politeknik Negeri Malang (Polinema) atau melakukan Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) dengan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS).
Dia mengungkapkan, mahasiswa Poltekom Malang ini saat ini menyisakan kurang dari 50 orang dan 5 dosen. Dikatakan, sudah banyak mahasiswa dan dosen yang telah keluar. Sebab menurutnya, seluruh hak perkuliahan mahasiswa hingga gaji dosen juga tak dipenuhi dengan selayak layaknya. Namun kampus ini menurutnya masih menerima mahasiswa baru.
“Saya aja terakhir menikmati kuliah ya saat pembekalan di semester 3 Desember 2022 lalu. Itu sampai sekarang ya gak ada aktivitas perkuliahan,” beber mahasiswa yang seharusnya duduk di semester 5 itu.
Meski tak ada aktivitas perkuliahan, Mahbub tetap membayar uang semester sebesar Rp 3 juta. Uang itu terkahir dibayarkan pada semester 4.
“Kami juga kasihan sama kakak kakak kami yang mau proses wisuda. Mereka tidak bisa mengurus proses wisuda karena direksi juga sudah tidak ada, jadi terbengkalai,” tandasnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko