MALANG, Tugumalang.id – Sebuah bukit tandus di Dau, Kabupaten Malang kini terlihat rimbun dengan berbagai pepohonan. Padahal, 22 tahun yang lalu, bukit tersebut kondisinya tandus dan tidak produktif.
Lahan seluas lima hektare tersebut mulai ditanami pohon pada tahun 2002 oleh Profauna Indonesia, sebuah organisasi nirlaba yang bergeran di bidang konservasi hutan dan pelestarian satwa liar. Dua dekade kemudian, upaya tersebut kemudian menghasilkan sebuah area hutan dengan 137 spesies pohon di dalamnya.
“Waktu itu kami beli (lahan) dalam bentuk masih bukit. Dulu kebun cabe, tapi nggak produkti. Sudah beberapa tahun tidak menghasilkan,” kata Founder Profauna Indonesia, Rosek Nursahid kepada Tugu Malang ID beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Musim Penghujan, DLH Kota Malang Imbau Masyarakat Waspada Pohon Tumbang
Pada saat menanam pohon tersebut, Rosek mengaku dirinya tidak mempertimbangkan zonasi ataupun spesies-spesies apa saja yang ditanam. Setiap kali menemukan bibit pohon, ia akan membawanya ke bukt tandus di Dau tersebut untuk ditanam.
“Menanamnya sembarangan pada waktu itu. Ternyata di tanah yang gersang itu lambat laun tumbuh menjadi hutan,” kata Rosek.
Jangan bayangkan hutan ini seperti hutan belantara yang ada di pelosok negeri. Di hutan ini, Rosek membangun prasarana pendidikan alam yang disebut dengan Petungsewu Wildlife Education Center (P-WEC). Hutan itu pun lebih dikenal dengan nama Hutan P-WEC.
Baca Juga: 2 Warga Bojonegoro Tewas Tertimpa Pohon Tumbang di Pakisaji
“Bangunan P-WEC itu ada asrama, balai pertemuan, dan sebagainya. Tapi tetep di sela-sela (bangunan) ini pohon,” imbuhnya.
Meski ada bangunan di dalam area tersebut, Rosek menegaskan bahwa secara terminologi, area itu bisa disebut sebagai hutan. Ini karena 50 persen tutupannya sudah berupa tegakan pohon.
“Sekarang kalau kita lihat dengan foto udara, (hanya) tempat kami ini yang ada pohon macam-macam. Di sekelilingnya sudah jadi kebun jeruk,” kata pria yang juga seorang ekolog ini.
Di dalam hutan P-WEC ini, terdapat 11 jenis keluarga pohon beringin. Pohon keluarga beringin ini menjadi habitat berbagai jenis burung dan tupai, selain juga menjadi peneduh.
Kemudian di sana juga terdapat pohon yang termasuk keluarga Fabaceae seperti pohon asam jawa, petai, kelor, gamal, kedawung, trembesi, sono keling, sengon, johar, dan sebagainya. Selain pepohonan, di hutan ini juga terdapat 10 jenis palem, 23 jenis perdu, dan tujuh jenis bambu.
“Setelah kami inventarisasi di akhir tahun 2023, yang sudah teridentifikasi ada lebih dari 130 spesies. Ada 6 spesies yang belum bisa kami identifikasi. Karena lupa, dulu kan asal menanam,” ucapnya.
Keberadaan hutan ini kemudian menjadi habitat bagi burung-burung. Menurut Rosek, setidaknya ada 40 jenis burung yang ada di hutan P-WEC, seperti burung elang hitam, elang ular bido, cipohkacat, cekakakjawa, cekakak sungai, walet linci, kapasan kemiri, dan lain-lain.
Baca Juga Berita tugumalang.id di Google News
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
Editor: Herlianto. A