Tugumalang.id – Problem penanganan sampah di TPA Tlekung Kota Batu, Jawa Timur, masih belum rampung sepenuhnya. Meski sekarang Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai, total ikut terjun langsung mengawalnya, warga desa Tlekung khususnya di sekitaran TPA masih belum lega sepenuhnya.
Pasalnya, warga merasa tidak pernah dilibatkan dalam pengawasan. Sebenarnya, mereka hanya ingin tahu secara langsung progres penanganan. Ini mengingat di tahun-tahun sebelumnya, fakta di lapangan tidak sesuai dengan apa yang dikatakan sehingga masalah yang sama terus terjadi tiap tahunnya.
Merasa khawatir permasalahan itu kembali terulang, warga Desa Tlekung mengadu ke DPRD Kota Batu pada Rabu (9/8/2023) sore kemarin. Mereka diterima untuk hearing pendapat oleh Ketua Komisi C DPRD Kota Batu, Khamim Thohari, bersama salah satu anggotanya, Sampur.
Baca Juga: Tata Kelola Sampah di TPA Tlekung Kota Batu Perlu Diaudit
Warga melakukan audiensi ini karena sudah tak ingin lagi hidup dengan bayang-bayang bau tak sedap, pencemaran air sungai hingga ancaman kesehatan bagi anak-anak mereka setiap harinya. Mereka kembali mengingatkan 6 poin tuntutan mereka sebelumnya.

Seperti diungkapkan Kepala Dusun Gangsiran Ledok, Desa Tlekung, Muhammad Ansori. Total ada sekitar 700 jiwa yang hidup di dusun yang terletak paling dekat dengan TPA Tlekung. Jaraknya hanya sekitar 500 meter dari TPA.
Total sudah 14 tahunan, warga hidup berdampingan dengan gunungan sampah. Tentunya, jika dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu tidak bersungguh-sungguh menangani, maka warg meminta TPA Tlekung ditutup saja.
Baca Juga: Sehari Ngantor di TPA Tlekung, Pj Wali Kota Batu Susun SOP Pengeloaan Sampah
Jika tidak percaya, Anshori menginginkan agar Pemkot Batu memilik bank data terkait kesehatan warga di Dusun Gangsiran Ledok khususnya. Hidup selama bertahun-tahun dengan paparan bau sampah dan aliran sungai yang tercemar sudah pasti berdampak pada kesehatan warga di masa depan.
“Coba dicek kesehatan saja semua warga, tentu oleh lembaga survei yang independen ya. Bagaimana kondisi kesehatan kami, apa yang terjadi di dalam tubuh kita selama belasan tahun ini dan dampak kesehatan apa kedepannya, khususnya bagi anak-anak kami,” ungkapnya.
Selain bau sampah, Anshori juga menduga bahwa aliran sungai hinga sumber mata air di kawasannya juga tercemar air lindi. Sebaiknya, kata dia, sumber mata air yang ada di sekitar TPA juga dilakukan uji klinis. “Apakah aman dikonsumsi atau sudah tercemar,” ujarnya.
Dugaan ini menurut Anshori tidak hanya sekedar menuding saja. Semua warga desa juga banyak menuturkan kesaksian selama ini terkait aktivitas pembuangan air lindi yang serampangan. Belum lagi ketika musim hujan tiba, air lindi pasti meluber ke aliran sungai.
“Kita ini kan juga bingung tapi serba terdampak. Kalau musim kemarau itu baunya tak keruan. Kalau musim hujan itu air lindinya masuk ke aliran sungai. Kalau kena kulit itu gatal-gatal, Pak,” tuturnya.
Sementara, Ketua Komisi C DPRD Kota Batu, Khamim Tohari, berkomitmen untuk turut aktif dalam membantu penyelesaian permasalahan sampah ini. Ia menuturkan jika memang pihak eksekutif merasa kesulitan, apalagi soal anggaran, sebaiknya berkoordinasi dengan dewan.
“Kami siap mem-back up permasalahan sampah ini karena memang pelik. Saya rasa, Pemkot Batu harus total dalam menangani masalah ini. Kalau bingung mekanisme anggaran, kan kita bisa bantu nanti,” tegas Khamim.
Sepengamatan dia, permasalahan sampah di TPA Tlekung selama belasan tahun memang butuh keseriusan dari dinas terkait. “Saya kira DLH dalam hal ini setengah hati. Bahkan saya pastikan sampai saat ini mereka tidak punya program perencanaan yang jelas,” ungkapnya.
Jika hal ini terus berlarut maka yang menanggung dampak adalah warga. Tak hanya resiko kesehatan saja. tapi juga ancaman ekonomi. Mengingat sekarang hampir tidak ada usaha masyarakat di sana yang dilirik wisatawan.
“Mulai buka warung, jasa vila itu kan sepi di sana karena bau sampah ini. Jangan sampai ini terus dibiarkan, kasihan generasi anak-anak kita nanti,” ujarnya.
Menilik permasalahan yang ada, Khamim menuturkan bahwa kendala penangannya terletak pada keterbatasan mesin pencacah sampah yang hanya bisa membakar sampah 4-6 ton sehari. Sementara, beban sampah yang masuk mencapai 120 ton per hari.
Terlepas dari itu, masyarakat juga punya andil untuk ikut menangani masalah ini dengan cara tidak buang sampah sembarangan. Selain itu, di tiap desa juga mulai mengaktifkan TPS 3R yang juga butuh bantuan anggaran sarpras dari Pemkot Batu.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A